Tidak Sesuai Harapan

1417 Words
Hari ini Wika kuliah pagi. Dari jam setengah tujuh dia sudah pergi karena kuliah akan dimulai jam sembilan. Sempat bertemu dengan Azki di halaman depan rumah dan sekali lagi Wika mengingatkan Azki soal permintaan tolongnya tadi malam, dan diiyakan oleh Azki. Meskipun dia sudah kehilangan jejak Jeje saat ini tetapi setiap hari dia selalu menelpon meski hanya operator saja yang menjawab, tiga hari pertama dia memang mengirimkan pesan agar Jeje segera membalas wa-nya tapi karena tidak juga berbalas maka Wika tidak melakukannya lagi. Pagi tadi dia juga sudah absen untuk menelpon Jeje tapi masih sama, telepon Jeje tidak pernah aktif. Wika pergi kuliah dengan perasaan tidak menentu, dia berharap segera mendengar kabar baik dari Azki hari ini dan semoga saja Jeje memang tidak pernah mengajukan pindah dan akan kembali lagi ke Indonesia. Sementara itu jam istirahat pertama di sekolah Azki... "Bro lo lihat si bule nggak?" tanya Azki pada Rayyan ketua kelas Jeje. "Gue belum lihat dia dari pagi, kayaknya nggak masuk deh." jawab Rayyan yang baru kembali dari kantin dengan Yos. "Sekar ada nggak...?" "Ada tuh di dalam." tunjuk Rayyan yang sempat melongokkan kepalanya ke dalam kelas. Azki pun masuk ke dalam kelas Jeje yang memang berada persis disebelah kelasnya. Azki langsung mendatangi meja Sekar untuk mendapatkan info. "Kar sebentar dong gue mau nanya," panggil Azki. Sekar yang ditegur Azki tentu saja kaget, meskipun Azki bukan cowok sombong tapi dia jarang sekali menyapa orang secara personal apalagi Sekar merasa bukan seseorang yang terkenal sampai perlu dicari oleh Azki yang terkenal ganteng dan Slengek an "Iya kenapa?" tanya Sekar. "Lo tau si bule ke mana nggak?" tanya Azki to the point "Maksudnya Jeje?" "Ya iyalah masak si Ani yang gue bilang bule?" "Jeje nggak masuk hari ini." jawab Sekar. "Ckkk... kalau itu gue tahu, yang gue nggak tahu kenapa dia nggak masuk, dia tuh ke mana ... itu maksud pertanyaan gue barusan." "Nggak ada kabar," jawab Sekar lagi. "Emangnya dia nggak bilang sama lo ya kalau dia belum berencana masuk hari Senin ini?" Sekar menggeleng. "Ah ya sudahlah ... Eno mana?" Sekarang Azki mencari Eno teman dekat Jeje yang lain seperti info Vena semalam. "Eno lagi ke kantin sama Vena." jawab Sekar lagi. "Ntar lo tanyain ke Eno ya, dia tahu nggak si bule ke mana." Sekar menggangguk tanda menyanggupi permintaan Azki. "Tumben lu heboh nyari Jeje, kenapa Ki?" tanya Farel yang berada di belakang Sekar. "Gue ada utang sama Jeje belum dibayar, lagi kangen ditagih sama si bule." jawab Azki seenaknya. "Paling juga dia lagi ke Jepang, males pulang kesini kali," sahut Farel. "Ya kan kita libur udah dua minggu ... emangnya kurang?" "Coba telepon aja Ki." usul Farel. "Gue telepon dia tapi nggak bisa, mati teleponnya ... eh coba deh lo yang telepon Rel, bisa nggak?" Farel pun mengeluarkan hp-nya dan menekan nomor Jeje. Tidak perlu lama dia pun mendapatkan hasil yang sama. "Iya nih nggak aktif teleponnya." "Nah itu dia, ya udah deh gue cabss dulu ya ... bentar lagi bel, tolong tanyain Eno ya Kar.." teriak Azki lagi. "Yaa nanti gua tanyain Eno." jawab Sekar. Azki pun kembali ke kelasnya, kalau sampai Eno juga tidak tahu tentang Jeje, baru nanti pulang sekolah dia akan mampir ke tata usaha untuk menanyakan status Jeje di sekolah ini. * " Wika," Panggil Keisha teman sekelas Wika ketika mereka baru selesai mata kuliah dokter Zidan. "Ya." jawab Wika sambil berbalik badan menghadap ke arah Keisha. " Habis ini kamu ke mana?" " Hmm..belum tahu, paling nungguin Rezi sebentar. Mau pulang tanggung nanti jam satu ada kuliah Prof Imran." "Makan siang bareng mau nggak?" "Makan siang?" tanya Wika dengan wajah yang sedikit heran. "Iya di GI aja .. kamu kan sambil nunggu jam satu, aku juga. Masih ada dua jam sebelum masuk ke kelas berikutnya." " Kayaknya aku nggak mau keluar dari kampus, males," tolak Wika secara halus. " kan deket Wik paling limabelas menit sudah sampai." " Iya tapi aku males keluar lagi. Nanti cari parkir lagi di sini ... belum kalo jalanan macet, aduh mending di sini aja deh. Masih mau nunggu Rezi juga, udah janjian ... paling sebentar lagi dia keluar kelas." "Aku ada sopir pakai mobilku aja." "Lain kali aja ya, kayaknya nggak this time.. aku lagi mager nih, duluan ya Kei.." sebelum Keisha bisa menyahut lagi Wika sudah berlalu dari hadapannya. Tidak perlu ke mana-mana, Wika malah menuju mobilnya, dia menghidupkan mobil, menyalakan AC dan diam di sana. Sudah jam sebelas menjelang siang belum ada kabar apapun dari Azki memang ini belum istirahat siang tapi seharusnya Azki sudah mendapatkan informasi di istirahat pagi tadi. Wika mengirimkan wa kepada adik sepupunya itu. Wika Belum ada kabar nih? Wika tahu ini sedang jam pelajaran tidak mungkin Azki langsung membalas wa-nya. Untuk mengisi waktu Wika memutar lagi video-video kebersamaannya dengan Jeje. Sejenak dia melupakan kegalauan hatinya justru bibirnya tersenyum melihat aksi Jeje di video itu. Ah dia jadi rindu. Wika mendengar ketukan pintu mobilnya dari luar. Wika menoleh ke samping kiri , ternyata Alfarezi temannya yang biasa dipanggil Rezi yang datang. "Lo udah kelar dari tadi?" tanya Rezi yang langsung masuk ke dalam mobil. "Nggak... baru kok, paling 10 menit," jawab Wika sambil menutup layar HPnya. "Masih 2 jam ke mana kita?" "Makan siang yuk, Cikini aja, Ampera mau nggak?" "Kuy lah laper gue, cuma sarapan roti tadi pagi." "Lha ... karbo itu bro ... masak laper?" tanya Wika heran. "Perut gue lokal punya Wik .. nggak ketemu nasi, nggak bangun dia." Wika hanya bisa menggeleng mendengar ucapan temannya yang memang bodynya menunjukkan kecintaannya pada makanan. "Wik... gue kemaren kenalan sama cewek anak Atma...cakep cuy.." "Terus mau lo pacarin abis itu." tanya Wika membuka jendela untuk menge'tap' kartunya dan keluar dari parkiran kampus. "Kalo semesta mendukung, gue pacarin lah." "Kalo semesta mendukung trus tapi dia nggak mau?" "Pilihan jangan dibikin sulit bro ... kalau semesta sudah mendukung ya sudah enggak usah pakai kalau ini kalau itu ... kapan pacarannya? Pantes aja lo jomblo, percuma bro kalau ganteng nggak ada ceweknya, berasa mobil mewah di showroom nggak ada yang DP gitu ... nanti keburu di diskon banyak loh kalau sudah ganti tahun." Wika tertawa terbahak mendengar teori dari Rezi sahabat barunya selama 6 bulan terakhir ini. "Gue bangke-bangke begini tiap angkatan sekolah punya pacar, SD 1, SMP 1, SMA tuh 2 pacar gue, nah sejak kuliah belum pernah nih gue pecah telur punya pacar, pasti gara-gara lo nih." tuduh Rezi seenaknya. "Lah kok gue yang disalahin, lo yang nggak punya pacar... apa urusannya sama gue?" Wika mulai ngotot. Wika ini memang pendiam dilingkungan umum, tapi khusus dengan sahabat baru dan adik sepupunya, dia tidak bisa menahan diri apa lagi sama Jeje ...semakin sulit menahan diri. "Ya bisa aja aura jomblo lo nyerempet aura gue." "Jangan nuduh, lagian siapa yang bilang gue jomblo?" "Bro kita udah berteman 6 bulan belum pernah gue lihat cewek lo sekalipun, jejaknya aja nggak ada. Nggak salah yang Aldo bilang," tuduh Rezi. Aldo sahabat Wika yang dulu sama - sama ke Jepang adalah sepupu Rezi. "Aldo aja yang nggak tahu." Wika masih membantah, tapi tetap Rezi geleng - geleng kepala menolak percaya. "Gue tetap percaya Aldo dari pada lo. By the way minggu depan kan kita libur, gue tuh udah janji sama Baby mau ketemuan. Lo ikut yuk biar nanti gue suruh dia bawa temennya, temennya juga cakep-cakep tuh." "Nggak bisa, gue mau umroh sama eyang gue, sama sepupu gue juga." "Wieess.... Jangan buru-buru Insaf bro, nakal juga belum lo.." Wika Tertawa lagi mendengar ucapan Rezi. "Mati juga nggak nunggu lo Insaf dulu Bro, apalagi sampai nunggu lo kawin. Tadi siapa lo panggil cewek itu, baby? Belum juga jadian udah maen panggil baby aja." "Nama dia baby ... bukannya gue manggil dia baby sayang ... darliiing." "Jijayyy..." Wika bergidik seperti orang sedang jijik akan sesuatu karena dipanggil darling oleh Rezi. Mereka sudah sampai di tujuan yang memang jaraknya cuman dua km dari kampus. Wika memarkirkan mobilnya tepat di depan restoran yang memang berada di pinggir jalan raya. Mereka memasuki restoran sunda tersebut dan langsung memilih makanan yang diinginkan lalu segera dipanaskan sebelum dihidangkan. Untung saja restoran belum terlalu ramai karena belum waktunya makan siang... masih setengah jam lagi, jadi tidak perlu antri. Makanan sudah dihidangkan dalam keadaan masih panas, sangat menggiurkan. 'Ting' Hape wika berbunyi tanda ada pesan masuk. Sebelum mencuci tangan untuk makan, Wika membuka pesan yang masuk dan ternyata berita penting yang sekaligus membuat keinginan makannya hilang. Azki Bang, Jeje sudah nggak terdaftar disekolah, mengundurkan diri setelah terima rapor kemarin. Bahu Wika pun luruh dibuatnya. Tak ada semangat lagi.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD