Begitu memasuki mobil Jeje dapat mencium wangi parfume yang akrab di indera penciumannya, wangi yang selalu dirindukannya. Diliriknya tangan abang yang bersender di kotak antara dua kursi, tangan yang selalu menggenggam tangannya dan memeluknya dulu. aah dia melow lagi. Jangan dikira kalau perjalanan yang hanya lima belas menit itu akan hening seperti yang sudah-sudah. Walau yang memulai pembicaraannya Jeje tapi ternyata ditanggapi oleh Wika, tumben kan? "Terimakasih udah jemput." ucap Jeje ketika mobil sudah keluar dari depan lobby hotel. "Sama-sama," jawab Wika. "Rencananya mau makan malam di mana?" tanya Jeje yang sebisa mungkin tidak ingin menyebutkan nama Wika khawatirnya kalau dipanggil dokter Wika akan terlalu kaku dan kalau dipanggil Abang belum tentu yang punya nama happy. "