Bab 8. The Sky

1091 Words
Camelia memastikan penampilannya sudah sangat baik sebelumnya turun dari mobil. Dia kemudian kembali mengoleskan lipstik pada bibir seksinya, dan membuatnya lebih menggoda lagi. Terakhir, perempuan itu memeriksa ponselnya kalau-kalau ada pesan masuk. Tapi nihil, tak ada siapa pun yang berkabar kepadanya, apalagi menanyakan keadaannya. Bahkan pesan untuk Bima pun masih centang satu, dan pria itu tetap tak bisa dihubungi. "Terserah kalian saja lah, aku tidak peduli." Katanya yang menutup cermin. Pria di balik kemudi membukakan pintu, kemudian Camelia turun. "Perlu saya antar ke dalam?" tawarnya sambil menutup pintu. "Tidak usah, aku bisa sendiri." Camelia menolak. "Kalau Mbak Lina menghubungi bagaimana saya harus menjawabnya?" "Katakan saja aku sedang bersenang-senang." Dia menjawab. Kemudian Camelia melanjutkan langkahnya melewati jalan disamping kafe The Sky yang ramai. Lalu segera masuk ke dalam klub di belakang tempat itu dengan mudah. Tentu saja, sebagai artis papan atas dia memiliki akses masuk khusus ke tempat tersebut. "Camelia, Sayang?" Seorang pria berpenampilan casual menyambut saat dia sudah di dalam. "Hai Bony?" Mereka segera berpelukan. "Lama sekali kau tidak ke sini, bagaimana kabarmu?" "Baik, hanya sedikit tidak memiliki waktu," bohong perempuan itu. "Oh ... kau sangat sibuk seperti biasa, Darling! Bagus sekali." "Ya, begitulah." "Baik, mari kita masuk." Bony menggiringnya ke area khusus bagi member istimewanya itu. "Aku sangat senang kau datang. Ini seperti sebuah mukjizat!" Mereka tertawa. "Aku merasa club ini agak sepi sejak kau jarang datang kemari, jadi ini seperti hal yang begitu istimewa bagiku." "Ah, kau berlebihan. Ini kan hanya aku." Mereka duduk di sofa, dan seorang pelayanan segera datang menyuguhkan minuman. "Ya, kau Camelia Abigail. Bagaimana dirimu menyebut hanya? Kau ini bercanda." Camelia menghabiskan minuman berwarna keemasan itu dalam sekali tegukan. "Ayolah, nikmati semuanya di sini. Semuanya aku sediakan hanya untukmu." ucap Bony dengan ramahnya. "Oh, kau memang selalu sebaik itu, Bony. Tentu saja aku akan menikmatinya. Persis seperti permintaanmu." Kemudian musik yang keras mulai dimainkan seorang disk jokey di depan sana. Lampu disko juga menyala-nyala, berputar menambah semarak pesta yang sudah dimulai beberapa saat yang lalu. "Wanna dance?" ajak Bony kepadanya, yang langsung diamini oleh Camelia. Lalu kedua orang itu segera melantai menikmati malam panjang yang berisi begitu banyak kesenangan yang tak ada habisnya. Bergelas-gelas minuman memabukkan Camelia teguk, dan beberapa orang pria yang menariknya untuk berdansa ia biarkan. Malam itu dunianya seolah hanya berputar di suasana pesta saja dan dia benar-benar menikmatinya. Camelia tertawa seperti orang paling bahagia di dunia, kemudian menenggak minumannya lagi. Dan kesadarannya perlahan mengabur seiring semakin banyaknya alkohol yang masuk ke dalam tubuhnya. Namun perempuan itu semakin menikmati pestanya sehingga dia abai dengan keadaannya sendiri. Pria-pria mendekat, dan dengan kondisinya yang seperti itu membuatnya sangat mudah menjadi objek kenakalan tangan-tangan tidak bertanggung jawab. Dan kerumunan yang semakin ramai itu menjadi alasan bagi mereka yang memanfaatkan kesempatan. Camelia mengerjap. Sesuatu seperti menghantam kepalanya dengan keras ketika dia merasakan dadanya diremat dengan kuat. Kemudian seseorang di belakang juga menyentuh b****g dan pahanya. Dia meronta dan berusaha keluar dari kerumunan, namun kesadarannya yang hanya tinggal setengahnya membuat dia sempoyongan. "Oh, kau mabuk Sayang?" Bony merangkul tubuhnya. "Ayo minum lagi sebagai perayaan pertemuan kita!" Dia mencekoki perempuan itu dengan minuman di tangannya, dan mereka kembali berpesta. Camelia mulai kehilangan rasa. Dia kembali mengerjap ketika tangan-tangan di sekelilingnya kembali menyentuh dengan tidak senonoh, dan entah bagaimana mulanya itu membangkitkan emosinya. "Stop!!" Dia berteriak. Pria-pria di dekatnya malah tertawa begitu juga Bony. "Hentikan!" katanya lagi seraya mendorong beberapa orang dari mereka. "Aku bilang hentikan!" Dia kembali berteriak kemudian benar-benar mendorong pria-pria itu dengan keras sehingga terjadi benturan dengan beberapa orang di dekat mereka. Dan terjadilah keributan setelahnya. *** "Tunggu saja, akan aku bawa masalah ini ke jalur hukum. Pengacaraku akan menanganinya untukmu!?" Camelia berteriak saat dua penjaga menyeretnya keluar. "Kalian baj*ngan, kurang ajar! Dasar sampah!" katanya lagi dengan suara lantang, yang segera menarik perhatian orang-orang di sekitar. Camelia mengoceh tak karuan dan segala ucapan terlontar dari mulutnya. Bahkan saat pria-pria bertubuh besar itu setengah menghempaskannya ke pelataran parkir. "Yeah, pergilah jal*ng! Bawa tubuh kotormu keluar dari sini!" Si penjaga balas berteriak. "Kau ...." "Mel!!" Lina yang baru saja tiba setelah seseorang menghubunginya dengan cepat menghentikan Camelia. Sehingga perempuan itu tak lebih mengamuk lagi. "Mel, hentikan! Ada apa denganmu?" Dia meraih tangan Camelia yang hampir menyerang dua penjaga dan Bony yang ada di depannya. "Camelia!" Lina pun berteriak seraya menarik perempuan itu menjauh. Dan pada saat dia berhasil, empat orang pria melintas di dekat mereka. Membuat tabrakan keras tidak terelakan. Camelia yang sempoyongan dan dalam kondisi setengah sadar terpental saat menabrak salah satu dari mereka jika saja pria di depannya tak sigap meraih pinggangnya. "Hey, lepaskan kurang ajar!" Namun perempuan itu salah tanggap dan segera melayangkan tamparan keras pada sosok yang menahan tubuhnya dari kemungkinan terjatuh. PLAAAKKK!! Telapak tangannya mendarat di pipi Junno, dan membuat keadaan terasa hening untuk sesaat. "Apa yang ...." "Dasar laki-laki baj*ngan! Kurang ajar!" Dia memukul-mukul d**a Junno dengan kedua tangannya, dan kembali mengamuk seperti sebelumnya. "Mel, hentikan! Kau salah orang!" Lina segera menghentiiannya, namun perempuan itu malah semakin membabi buta. Dia terus memukuli Junno yang tidak mengerti apa yang tengah terjadi. Bahkan sempat mencakar rahang sebelah kirinya sehingga membuat pria itu segera mencengkram kedua tangannya, kemudian mememeluknya dengan sangat erat. "Hentikan!" katanya dengan posisi tubuh mereka yang merapat. "Hentikan, Nona! Kau akan menyakiti dirimu sendiri." Dia mencoba menyadarkan Camelia. "Hentikan, kau salah orang!" Pria itu setengah berteriak, namun Camelia masih meronta dan meracau. "Hentikan!!" Dan akhirnya Junno hilang kesabaran sehingga dia berteriak dengan keras. Namun hal itu berhasil membuat Camelia terdiam dan dia menatap wajah pria yang memeluknya. "Stop! Kau ini gila atau apa? Ingin mempermalukan diri sendiri?" katanya yang masih melilitkan tangan, menahan perempuan itu dari kemungkinan mengamuk lagi. "Permalukan dirimu tanpa melibatkan orang lain!" geramnya, lalu dia terdiam. Camelia memindai wajahnya. Dia tak mengenali pria itu, dan sepertinya mereka belum pernah bertemu. Karena meski setengah sadar di berusaha berpikiran jernih. "Apa kau sudah tenang?" tanya Junno setelah beberapa saat. Nada suaranya pun turun satu oktaf dan dia mulai bisa menguasai dirinya sendiri. "Aku akan melepaskanmu jika kau sudah merasa tenang." Dia pun memindai wajah perempuan itu yang tampak sedikit berantakan. "Kau sudah tenang?" tanya nya lagi, dan dia perlahan melonggarkan lilitan tangannya. "Sudah bisa menguasai dirimu?" Camelia mengangguk pelan. "Baiklah, aku akan melepaskanmu. Tapi jika kau mengamuk lagi, maka sesuatu yang buruk akan terjadi. Oke?" Perempuan itu mengangguk lagi. "Baik." Dan Junno benar-benar melepaskan kedua tangannya dari tubuh Camelia yang mulai tenang. Dia mundur dua langkah ke belakang, namun pandangannya belum dialihkan dari wajah perempuan itu. Yang dengan sigap kembali menangkap tubuhnya ketika Camelia limbung dan tumbang hampir membentur pelataran parkir.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD