Selain untuk menjalankan misi, Delisha ke India karena punya ikatan batin dengan tanah kelahiran ibunya. Ibunya, July Andrews adalah wanita keturunan India-Inggris, yatim piatu yang dibesarkan di sebuah panti asuhan di India. Pada usia 10 tahun, ibunya direkrut Xin Corp untuk menjadi agen. Kimberly adalah wanita yang membunuh ibunya dan sekaligus penyelamatnya, karena itu dia tidak bisa memiliki dendam pada Kimberly.
Dua jam bermobil Delisha dan Vijay tiba di Kota A. Mobil mereka memasuki halaman Panti Asuhan Khuda Jaane. Ibunya, July, dibesarkan dan dimakamkan di panti asuhan itu. Nyonya pengelola panti asuhan menyambutnya di ruang tunggu. Nyonya itu mengenakan sari putih, rambut putih disanggul dan diberi hiasan untaian bunga-bunga. Namun di mata Delisha, dia terlihat seperti seeokor kucing persia tua. Tampak ramah dan tenang. Delisha yakin nyonya ini sangat baik pada anak asuhnya.
Nyonya persia membawanya menuju taman pemakaman panti asuhan. Pemakaman itu khusus untuk warga panti yang tidak punya kerabat atau yang memang minta dimakamkan di sana. Delisa melihat sosok anak-anak dan beberapa wanita bergauh putih berlarian di pemakaman itu. Mereka adalah para arwah dan mereka tampak gembira. Delisha bertanya-tanya apakah ibunya ada di antara mereka. Nyonya persia meninggalkannya seorang diri di depan sebuah nisan bertuliskan July Andrews.
"Hai, Mom!" sapa Delisha pada nisan tersebut. Dia meletakkan karangan bunga di pusara ibunya. Para arwah yang tampak cantik dan manis duduk di nisan sekitar dan memandanginya, ingin mendengar percakapannya.
"Apa kabarmu? Kuharap kau baik-baik saja dan bahagia di sana," kata Delisha segan. Dia tidak kenal dekat dengan ibunya dan memori tentang ibu sangat sedikit di benaknya. Dia agak kecewa karena tidak bertemu arwah ibunya di makam itu.
"Aku yakin kau bahagia di sana. Jika tidak, kau pasti masih seliweran di sini, gentayangan," ujarnya lagi lalu tertawa sendiri. "Baguslah kalau begitu. Kau tidak menyimpan dendam atau amarah pada siapa pun. Tuhan Maha Tahu, Dia pasti memberitahumu aku hidup lebih baik dari siapa pun di dunia ini. Kau pasti juga tahu itu ‘kan? Kau melihatku dari atas sana."
"Aku mencintaimu, Mom!" ujar Delisha menutup pertemuannya setelah dia memanjatkan doa untuk ibunya. Dia menyempatkan mengusap nisan ibunya lalu berbalik pergi. Arwah-arwah yang menonton sedih melihat kepergiannya. Mereka jarang mendapat pengunjung. Kehadiran seseorang untuk berdoa di kuburan akan sangat menghibur mereka.
Nyonya persia mengajaknya mengobrol dan menyajikan teh hitam serta biskuit di ruang perpustakaan. Nyonya itu juga memperlihatkan buku dokumentasi anak-anak yang pernah di rawat di panti serta pembukuan aliran dana bantuan dari Xin Corp di panti tersebut. Nyonya persia meninggalkannya seorang diri agar dia lebih leluasa membaca.
Delisha meneliti dokumen tersebut. Ada catatan milik ibunya walaupun sedikit. Beberapa nama menarik perhatiannya. Salah satunya adalah Imdad Hussain. Hanya ada foto anak laki-laki berusia 5 tahunan yang ada di berkas Imdad Hussain. Namun fitur wajah di foto tersebut menyerupai dengan Imdad Hussain yang pernah ditemuinya.
Oh, ya ampun! Dia masih ingat jelas wajah pria itu! Mata kecokelatan yang teduh menatapnya lekat, hidung mancung dan rahang tirus yang ditumbuhi janggut tipis, membuatnya ingin merasakan kasarnya bagian itu dengan jarinya. Hanya Tuhan yang tahu bagaimana dia berusaha keras menyembunyikan ketertarikannya pada pria yang baru pertama kali dilihatnya itu.
Delisha buru-buru menutup buku dokumentasi di tangannya dan bergegas berdiri hendak keluar dari perpustakaan. Namun di ambang pintu dia terhenti karena melihat hujan mulai turun dengan lebatnya.
"Ah, hujan!" Dia berseru pelan. Hujan selalu membuatnya merasa muram. Dia ingat di masa-masa sekolahnya dulu dia kerap dikucilkan dan diejek orang-orang. Dalam keadaan sedih dan tertekan, dia menyembunyikan tangisnya di bawah hujan, membasahi diri dan menyatu dalam kesendirian.
Masa-masa itu sudah berlalu! Delisha mengingatkan dirinya sendiri. Dia sekarang wanita mandiri dan mapan. Xin Corp menghargai dirinya apa adanya dan dia punya misi dalam hidupnya sekarang. Misinya menjalankan tugas dari Xin Corp, apa pun bentuknya dan apa pun konsekuensinya. Xin Corp melatihnya bela diri dan berbagai kemampuan bertempur lainnya. Dia sekarang wanita yang kuat dan tanpa rasa takut.
Hujan kali ini membuatnya malas. Dia berbalik ke dalam perpustakaan dan mengambil sebuah buku tebal untuk dibaca. Dia bisa beristirahat beberapa jam sebelum kembali ke Kota ND. Lagi pula, Vijay, sang sopir, pasti sedang istirahat.
Delisha duduk di sebuah sofa panjang, menyandarkan pundak ke lengan sofa lalu mulai membaca buku di pangkuannya. Sekitar 30 menit dia terhanyut dalam bacaannya ketika terdengar suara pintu dibuka.
Delisha mungkin tidak pernah menyangka suatu kebetulan beruntun akan terjadi dalam hidupnya. Dia melihat pada orang yang masuk ke dalam perpustakaan. Dia mengenali pendar keemasan dari wajah orang itu. Sosok yang diketahuinya bernama Imdad Hussain.
***
Bersambung ....