Aku menetralkan wajahku seperti biasa aku beberapa bulan bersama Mas Arian. Murung dan lesu. Seperti itulah tampangku jika orang melihat. Aku beralih pada pria yang duduk di sampingku, masih sibuk membersihkan tangannya yang terkena sapu tangan bekas ingusku. Mulutnya tidak berhenti menggerutu sedari tadi. Tanpa sadar aku tersenyum lagi. Aku harus berterima kasih pada pria ini. "Terima kasih." Ucapku yang membuat pria itu berhenti dari kegiatannya. Pria itu menoleh, "Kau bicara padaku?" "Bukan." "Lalu siapa?" "Pada hujan yang bergoyang." Ucap kami serempak. Kami berdua tergelak, tanpa sadar sudah diperhatikan penumpang lain. "Cantik." Ucap pria itu yang mana membuat tawaku terhenti. "Hah?" Aku kebingungan. "Kamu cantik jika tersenyum seperti ini. Jangan nangis seperti tadi, jelek