5

1306 Words
Aku merasakan ada yang keluar masuk dari bawah ketika aku membuka mata Galih sedang berada diatasku dengan menggerakkan miliknya didalam, aku menatap Galih bingung karena tadi posisinya aku tertidur berada diatas dan dalam pelukan Galih lalu bagaimana aku tidak merasakan perubahan ini "Maaf membangunkanmu" ucap Galih ketika aku menatap wajahnya Galih mencium bibirku dan aku menyambut ciuman Galih dengan mengikuti gerakannya dalam ciuman saling memainkan lidah, gerakan Galih semakin cepat yang membuatku mengerang merasakan gesekan alat kelamin kami dalam milikku. Galih meremas bukit kembarku dan mengulumnya sambil menggoyangkan bagian bawahnya, gerakan Galih aku imbangi dengan memutarkan bawahku secara cepat membuat Galih mengerang keras "Milikmu meremas punyaku" erang Galih menatapku dan aku dalam diam mengakuinya "aku mau keluar" "Bersama" ucapku sambil mengerang merasakan milik kami berdua yang berada didalam. Galih menciumku ketika kami mengeluarkan cairan secara bersamaan dengan aku memeluk Galih erat dimana aku dapat merasakan cairan Galih memberikan beberapa tembakan kedalam seperti sebelumnya dan banyak yang keluar, seketika aku menangis karena mengingat kejadian ini dan aku sudah mengkhianati Yudi dan pernikahan kami berdua "Kenapa nangis?" tanya Galih lembut setelah mengangkat wajahnya "Kita sudah mengkhianati pasangan" jawabku "aku rasa kita harus hentikan ini" Galih melepaskan penyatuan kami "maafkan aku tapi kita tidak akan menghentikan ini semua" "Maksud kamu?" tanyaku bingung "Karena kamu sudah terjual dengan harga yang mahal maka aku akan memanfaatkanmu untuk pekerjaan berikutnya" jawab Galih santai membuatku menatapnya tajam "nikmati saja saat ini bukannya kamu juga menikmatinya kan?" bisik Galih meraihku masuk kedalam pelukan dan aku hanya diam mencerna semua apa yang dikatakan dan terjadi padaku saat ini "kita nikmati waktu bersama saat ini" menatapku lembut dengan mencium bibirku “apakah kamu yakin Yudi tidak melakukan ini dibelakangmu? jadi lebih baik tidak usah berpikir berlebihan dan nikmatilah waktu ini” aku hanya diam mendengarkan perkataan Galih "bersiaplah kita akan bertemu klien" "Jam berapa?" tanyaku setelah terdiam lama "1 jam lagi" jawab Galih sambil menggendongku ke kamar mandi "tenang aku hanya memandikan tidak ada yang lain dan mungkin nanti kita coba di kamar mandi tapi tidak saat ini" Galih benar-benar memandikanku dimana membersihkannya sampai kedalam setelahnya aku bersiap memakai pakaian kerja berupa terusan rok lalu aku tutupin dengan cardigan, Galih mendekatiku meraba bagian bawahku dari luar celana membuatku menatapnya bingung "Apa yang kamu lakukan?" tanyaku atas apa yang dilakukan karena aku takut dia akan melakukan ini padahal kami akan bertemu klien "Memasukkan ini" jawab Galih menunjukkan mainan kecil yang aku lihat seperti mainan kemarin. "Jangan aneh-aneh kita bertemu klien" tolakku ketika menyadari benda apa itu Galih tidak menghiraukan protesku karena dengan segera memasukkan kedalam milikku yang sedikit basah dan menutupnya kembali dengan pakaian dalam sedangkan aku hanya bisa menahan nafas ketika benda tersebut masuk "Kamu nikmatin saja" bisik Galih “setelah ini kamu akan merasa panas akibat gesekan dari mainan itu dan semoga ini berhasil” aku hanya diam mencerna perkataan Galih Galih keluar terlebih dahulu dan menungguku depan pintu aku berjalan perlahan dan ketika aku berjalan seakan ada ganjalan dan itu membuatku tidak nyaman serta menimbulkan sensasi tersendiri, aku segera memegang lengan Galih ketika sudah mendekat agar bisa berjalan. Galih berjalan perlahan semakin membuat gesekan yang membuatku tidak tahan untuk mendesah ketika masuk kedalam lift ada seorang pria tiba-tiba aku merasakan getaran dalam v****a, aku langsung mendekati lengan Galih dan mencengkramnya keras serta menggigit lidahku untuk tidak mendesah dalam lift namun getaran semakin cepat membuatku menggesekkan kaki perlahan agar tidak menimbulkan kecurigaan Ketika lift sampai Galih menghentikan getarannya lalu melangkah ke restoran yang ada di hotel dengan tanganku masih berada di lengannya, tampak seorang pria yang berusia sekitar hampir dua kali lipat usiaku menunggu kami dengan menatap keluar. Pria ini masih terlihat segar diusianya yang tidak lagi muda dan entah kenapa aku menginginkan dia untuk menyentuhku serta memasukiku mencapai kenikmatan bersama, aku meyakini jika dia hot ketika berada di ranjang. Tatapan kami bertemu membuatku diam ditempat karena tatapan matanya adalah tatapan cinta yang mengarah padaku, aku mencoba mengingat kapan pernah bertemu sebelumnya namun aku rasa belum pernah dan aku membayangkan jika dicintai pria ini mungkin aku sangat bahagia seketika aku melupakan jika sudah menikah "Pak Wijaya lama tidak bertemu" ucap Galih menyalami Wijaya dan langsung disambut dengan pelukan namun pandangannya masih kearahku "Bersama Mala?" menatapku yang langsung dianggukin Galih "Ahh iya, pak" aku mendesah ketika akan menyalami Wijaya Wijaya menatapku lalu tersenyum penuh dengan tanda tanya dan menatap Galih yang hanya dibalas dengan senyuman. Selama pembicaraan berkali-kali Galih memberikan getaran pada p***s mainan ini dan itu dilakukan setiap kali aku berbicara dengan Wijaya "Mbak Mala bisa ikut dengan saya membahas ini lebih lanjut?" tanya Wijaya "Ahh...maaf kita bisa membahasnya besok bersama tim lain" tolakku masih dengan menahan sensasi getaran ini Dari wajah Wijaya aku tahu bahwa dia ingin segera membawaku ketempat tidur dan aku menatap Galih dengan memohon agar menolak permintaan Wijaya walaupun dalam hati aku penasaran bagaimana rasanya berada dalam pelukannya dan p***s Wijaya akankah memenuhi vaginaku seperti Galih barusan "Kita bisa melanjutkan di kamar, pak" ucap Galih tiba-tiba Aku melotot "ahhh...ya dikamar, pak" ucapku seakan mengundang Wijaya menikmati tubuhku dan dalam hati aku tidak sabar "Baiklah mari silahkan, pak" ucap Galih "Mala bisa mengantarkan bapak, saya akan menyusul setelah menghubungi istri saya" sambil menyalami Wijaya Dengan terpaksa aku mengarahkan Wijaya menuju kamar kami, Wijaya menggenggam tanganku ingin rasanya menolak tapi akhirnya aku biarkan. Ketika sampai dalam kamar aku mempersilahkan Wijaya masuk dan duduk di salah satu kursi, aku sedikit bernafas lega karena remote sialan itu tidak ada namun setelah aku duduk aku merasakan gerakan dalam bawahku membuatku berpikir jika Galih berada tidak jauh dan tidak membiarkanku istirahat "Ahh.." desahku seketika aku sadar ada Wijaya disini Wijaya mendekatiku menarik daguku dan langsung mencium bibirku sangat lembut membuatku terlena dan ya ciuman ini terbaik daripada Yudi dan Galih, gerakan di dalam semakin cepat ditambah ciuman dari Wijaya yang semakin dalam. Wijaya membuka cardiganku dan langsung membuka dress kerjaku sekarang aku hanya menggunakan dalaman. Wijaya menarik kakiku melepaskan celana dalamku lalu mengeluarkan mainan dari dalam milikku, Wijaya menatapnya dengan berbinar seakan makanan lezat untuknya "Wow sudah langsung mulai saja" ucap Galih melihat kami "silahkan dilanjutkan saya hanya melihat" sambil meremas bukit kembarku dan membuka satu-satunya pakaian yang aku gunakan "jangan sungkan, pak" menepuk bahu Wijaya "nikmatin ini semua" bisik Galih lalu mencium bibirku "tapi saya pesan s****a yang boleh masuk hanya cairan saya jadi bapak hanya boleh mengeluarkan diluar" Wijaya membuka pakaiannya tanpa tersisa dan aku dibuat kagum dengan bentuk badannya walaupun sudah berusia dan miliknya yang telah berdiri bukan tegak seperti Yudi dan Galih namun barangnya yang sedikit melengkung, aku mendekati milik Wijaya karena penasaran seketika aku memegang barang itu dan mengocoknya perlahan. Benda panjang ini besar dan diameternya juga besar serta tidak disunat seketika aku mencium kepala dan memasukkannya kedalam mulut sambil mengocok badannya Aku menatap Wijaya yang menikmati perlakuanku dengan semangat aku memasukkan milik Wijaya kedalam mulut memberikan gerakan memutar secara perlahan dengan sekali-sekali menatap wajah Wijaya yang dipenuhi hasrat terdalam. Milik Wijaya sangat berbeda dimana panjang dan besar membuat mulutku kesusahan untuk masuk semakin dalam "Mulut kamu enak ahh" erang Wijaya sambil menggenggam rambutku Aku merasakan bahwa Wijaya akan mencapai klimaks dengan segera aku melepaskan kuluman pada milik Wijaya dan tidak lama cairannya keluar mengenai bukit kembarku. Wijaya menciumiku dengan lembut setelah keluarnya cairan di tubuhku dan aku menatap matanya dimana tatapan cinta yang aku tangkap dari pandangan matanya "Sudah selesai" ucap Galih tiba-tiba dan Wijaya menatap Galih tidak suka "perjanjian hanya sampai bapak keluar sekali dan ini sudah keluar" "Tapi saya belum merasakan miliknya" tolak Wijaya "Perjanjian tetap perjanjian dan sekarang bapak segera berpakaian nanti biar seketaris kita yang saling berhubungan" ucap Galih mendekatiku lalu menutupi tubuhku dengan selimut Wijaya mengikuti perkataan Galih setelah membersihkan miliknya dari cairan segera memakai pakaian lalu keluar dari kamar setelah bersalaman dengan Galih, sebelum keluar Wijaya mencium bibirku lembut dan aku hanya menatap dengan tanda tanya. Sialnya aku ingin merasakan bagaimana barang itu masuk kedalamku.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD