Dalam kamar mandi aku menatap wajah dan tubuhku yang telah bersih dari cairan Wijaya, apa yang aku alami ini suatu hal yang baru. Rasanya aku malu jika bertemu dengan Yudi setelah apa yang aku lakukan tadi, mengingat Yudi aku lupa mengabari jika aku telah sampai dengan selamat. Ketika aku keluar Galih menghubungi seseorang dan aku yakin itu adalah Weni beserta anaknya dengan segera aku menghubungi Yudi, Yudi berada di rumah sakit dan kami tidak bisa berbicara banyak terkadang aku lelah dengan sikap Yudi namun aku mencoba memahami kesibukannya sebagai dokter tidak bisa membuatku bersikap semaunya
"Kamu menakjubkan" ucap Galih menatapku ketika sudah selesai dengan ponselnya "kamu tertarik dengan p***s Wijaya?" aku tidak menghiraukan Galih "Wijaya memberikan tawaran yang luar biasa"
"Aku bukan p*****r" ucapku emosi memotong perkataan Galih
"Memang bukan" ucap Galih santai "apa kamu tidak kasihan pada Wijaya baru tadi dia mengeluarkan s****a setelah ditinggal sang istri" aku menatap Galih bingung "aku janji ini yang terakhir setelah itu aku tidak akan memintamu melakukan hal itu"
"Aku tidak mau" tolakku dan Galih duduk disampingku
"Tubuhmu menginginkannya aku tahu itu" ucap Galih membuatku melotot "Wijaya menawarkan kerjasama yang menarik" Galih menatapku lembut "sebenarnya aku tidak mau berbagi dengan pria lain cukup Yudi saja namun ini sangat menguntungkan untuk perusahaan dan karir kita berdua"
Aku tidak menghiraukan perkataan Galih lebih baik aku istirahat setelah seharian tadi melayani hasrat gila Galih, aku merasakan pelukan Galih dibelakangku memasukkan tangannya kedalam kimono diremasnya perlahan bukit kembarku membuatku terangsang secara perlahan namun aku menunjukkan reaksi biasa saja agar Galih menghentikan tindakannya
"Aku tidak akan memaksa jika kamu tidak mau tapi aku tahu jika kamu belum terpuaskan dengan Wijaya" sambil memainkan bukit kembarku membuat benjolan tegang seketika "hasratku naik melihat kalian berdua" gerakan tangan Galih turun kebawah hingga dengan memainkannya "bahkan kamu tidak memakai dalaman" menggigit telingaku dan menarikku menghadap dirinya
"Aku tidak mau menodai ini lagi dengan bermain bersama pria lain" ucapku dengan tatapan memohon
Galih mencium bibirku lembut sangat lembut "baiklah jika itu keinginan kamu" Galih menjauh “apakah kamu yakin Yudi setia?” aku menatap Galih tajam “aku yakin setia” Galih memberikan tekanan pada kata setia
Aku langsung mencium bibir Galih seketika membuat Galih terkejut namun dengan segera membalas ciumanku, tangan Galih semakin turun kebawah dan memainkan bagian luar dengan segera memasukkan jari tangan kedalamnya yang telah basah. Gerakan jari tangan Galih semakin cepat membuatku mendesah atas apa yang sudah Galih perbuat
Kami melakukan posisi dimana milik Galih di mulutku dan milikku dibibir Galih, aku memainkan milik Galih dengan pelan seakan menikmati miliknya yang sangat berbeda dengan Yudi
"Ahhh" teriakku ketika aku merasa ada sesuatu yang masuk kedalam milikku
Aku menatap kebelakang ternyata Wijaya sudah memasukkan miliknya kedalam milikku sedangkan Galih masih berada dibawahku dengan memainkan bukit kembarku, aku diam merasakan milik Wijaya yang berada di dalam dimana dalamku terasa sangat penuh dan aku membandingkan antara milik Galih dan Wijaya, dimana milik Wijaya diatas mereka berdua ketika masuk kedalam. Bagian dalamku terasa sangat penuh dan miliknya semakin masuk kedalam dimana aku dapat merasakan menyentuh dinding rahimku
"Lanjutkan kulumanmu sayang" ucap Galih mendekatiku lalu mencium bibirku membuatku tersadar apa yang aku pikirkan "nikmatilah dan maaf aku membutuhkan kerjasama ini"
Aku tidak bisa berkata apa-apa karena gerakan milik Wijaya di dalamku dan juga ciuman Galih sedangkan bukit kembarku menjadi mainan mereka berdua, tidak lama Galih melangkah mundur menatap kami berdua. Aku mengakui jika milik Wijaya sangat nikmat ketika berada dalamku, Wijaya memberikan gerakan perlahan lalu berubah menjadi cepat begitu seterusnya membuatku mencapai klimaks dengan cepat dan aku mengakui jika Wijaya memiliki stamina yang luar biasa dan bisa membuatku klimaks dengan senjatanya yang berada didalamku
Wijaya memintaku berada diatas dengan segera aku menaiki dirinya dan memasukkan miliknya kedalam yang langsung dapat aku rasakan sensasi senjatanya masuk membuat aku bergerak naik turun sedangkan Wijaya hanya menikmati apa yang aku lakukan. Wijaya menarikku dan mencium bibirku sambil meremas bukit kembarku, gerakanku semakin cepat tanda aku akan mengalami klimaks kembali. Aku berada diatas tubuh Wijaya dan Wijaya memelukku sambil mengelus punggungku agar aku bergerak perlahan namun cepat, aku merasakan sentakan dari bawah ketika Wijaya memelukku dimana sentakan yang awalnya pelan menjadi kasar dan aku menikmatinya sambil mencium bibir Wijaya. Wijaya ahli dalam mencium demi apapun aku yakin hanya wanita bodoh yang meninggalkan Wijaya karena Wijaya sangat bisa memuaskan ketika berada di ranjang dimana berbeda dengan Yudi dan Galih
"Kamu sangat luar biasa pantas Galih menawarkanmu" ucap Wijaya menatap wajahku "dan aku harus membayar mahal dengan kerjasama kita namun aku sangat puas" mencium bibirku lembut yang dengan senang hati aku menerimanya "sudah lama aku tidak merasakan senjata aku dipijat dalam kamu dan baru sekarang setelah kematian istriku aku bermain dengan wanita" merapikan rambutku sambil membelai wajah dan aku menatap matanya dimana kejujuran yang aku temukan seketika aku menyesal mengatai istrinya itu "dan aku tidak menyesal puasa lama karena ini sangat setimpal" aku menatap mata Wijaya dimana mata itu menyatakan jika dia mencintaiku
Aku mengalihkan pandangan dengan menatap Galih yang bermain senjatnya, segera aku melepaskan penyatuan kami dan melangkah kearah Galih duduk dipangkuannya menghadap belakang aku melebarkan kaki dengan segera memasukkan milik Galih kedalamku, Wijaya mendatangi kami membantuku melebarkan kaki dengan milik Galih berada didalamku. Galih meremas bukit kembarku sambil memutar benjolan membuatku semakin bersemangat menggerakkan bagian bawah untuk mencari kenikmatan dari milik Galih namun aku merindukan milik Wijaya yang ada di depanku ini
Wijaya tidak tinggal diam mencium bibirku dengan nafsu sambil tangannya memegang kakiku untuk dapat memasukkan milik Galih dengan nyaman sedangkan tanganku mengocok milik Wijaya, kami bergerak cukup lama hingga tidak lama kemudian Galih mengeluarkan cairannya dalamku dimana aku merasakan kehangatan dan tidak lama cairanku keluar kembali
Wijaya yang melihat itu langsung mengangkatku membuat senjata Galih terlepas lantas mengendongku dengan kakiku melingkar di pinggangnya, tanpa ada kendala Wijaya langsung memasukkan penisnya kedalam. Aku hanya bisa diam atas apa yang dilakukan Wijaya karena terlalu lemas namun tiba-tiba Galih membantu Wijaya dengan meremas bukit kembarku dan memasukkan jarinya kedalam. Senjata dan jari dalam membuat sensasi tersendiri dan aku secara langsung mengikuti irama dari Wijaya setelah aku bangkit Galih mengeluarkan jarinya dan menjilatnya membuat Wijaya semakin cepat menggerakkan penisnya
"Aku mau keluar" ucap Wijaya menatapku meminta persetujuan
"Dalam" ucapku sambil menganggukkan kepala
Dapat aku rasakan berapa kali semprotan dari senjata Wijaya yang masuk kedalam dan bersamaan dengan bagian dalamku yang mengeluarkan cairan
Wijaya menatapku lembut "terima kasih dan ini sangat luar biasa" mencium bibirku lembut "pengalaman tak terlupakan untukku"
Wijaya memelukku erat seakan tidak mau berpisah "jika bapak ingin bisa menghubungiku kapan saja tanpa sepengetahuan Galih" bisikku pelan ketika memastikan Galih tidak berada disekitar kami
Setan darimana yang membuatku membisikkan kata-kata pada Wijaya tapi pengalaman tadi membuatku terlena, Galih mengenalkanku pada macam variasi bercinta dan yang barusan adalah yang paling indah. Dan sejak kapan aku ingin mengenal dekat Wijaya lebih dalam lantas apakah aku harus meninggalkan Yudi dan menjalin hubungan dengan Wijaya sepertinya lebih baik aku pikirkan nanti bagaimana kedepannya