Part 5

1041 Words
Kring... Kring... "Haykal kamu dimana? Cepatlah kerumah sakit, akakek seperti ingin mengatakan sesuatu, Ibu khawatir karena dia hanya memanggil namamu. " Ucap Ibu dari balik telepon . Haykal menutup teleponnya dan berlari menuju mobil. Sekretaris Rey yang melihat langsung berlari mendahului Haykal dan membukakan pintu untuk Haykal. "Kerumah sakit, cepat. " Teriak Haykal. Dengan cepat sekretaris Rey menginjak gasnya dan melaju ke arah rumah sakit. "Kakek? Kenapa? Dimana yang sakit?" Ucap Haykal ketakutan saat melihat kakeknya terbaring diam. "Kakek hanya merindukan mu, bukankah Kakek sudah lama tidak berbincang lama dengan denganmu?" Jawab Kakek ringan. "Rey, batalkan semua jadwalku hari ini. " Ucap Haykal pada sekretaris Rey yang berdiri di belakang Haykal. "Kal, Kakek mohon, kabulkan permintaan Kakek kali ini. Kakek hanya ingin melihat kamu berbahagia dan memiliki keluarga. Kakek merindukan cucu. " Lanjut kakek. Haykal menunduk dan mengenggam erat tangan kakeknya. Haykal sudah berfikir keras hari ini tentang permintaan kakek, dia tidak tahu apa yang harus dilakukan. Kalau dia menolak, Kakeknya mungkin akan marah padanya sampai sisa waktu hidupnya. Haykal menatap kakeknya kemudian melihat Kakeknya itu meneteskan air mata. Sungguh, itu menjadi kelemahan terbesar Haykal saat melihat kakeknya menangis. Dia sudah dididik oleh Kakeknya sejak kecil, baginya hanya Kakek yang paling berharga. "Baiklah, aku akan menyetujui itu, Kakek istirahatlah jangan pikirkan apapun lagi." Jawab Haykal kemudian tersenyum kepada Kakeknya. "Kamu setuju? Refa kamu dengar itu? Cepat bicarakan dengan para pelayan untuk menyiapkan pesta dengan semewah mungkin, kita akan mengumumkannya disana. " Ucap Kakek antusias. Setelah memeriksa kondisi Kakeknya sudah baik baik saja, Haykal pulang bersama sekretaris Rey dan diikuti oleh Ibunya. Seperti biasa, Haykal menyandarkan kepala nya pada kursi mobil dan memejamkan matanya. Ibu yang melihat anaknya itu, mengelus lembut kepala anaknya, yang membuat Haykal membuka matanya dan menatap Ibunya. "Apa beban mu sangat berat? Apa sangat banyak pekerjaan yang membuatmu pusing? " Tanya Ibu yang masih mengelus lembut kepala Haykal. "Hmm, tapi aku bisa mengatasinya." Jawab Haykal. "Kalau seandainya yang diposisi Kakek itu adalah Ibu yang berbaring dirumah sakit, apa kamu akan menuruti kemauan Ibu juga?" "Apa Ibu berencana melakukan nya kedepannya untuk memintaku menuruti Ibu? " "Haha tidak Ibu hanya bertanya." Jawab Ibu kemudian melepaskan tanganya dari kepala anaknya. Haykal menarik tangan Ibunya dan menciumnya. "Tentu, aku akan melakukan apapun untuk Ibu. Karena Ibu satu satunya wanita yang kucintai. Tapi aku tidak akan membiarkan Ibu terbaring dirumah sakit, aku akan berusaha keras merawat Ibu dengan baik." Jawab Haykal yang membuat Ibunya tak mampu menahan bendungan air mata yang sudah ingin jatuh dari tadi, entah itu air mata bahagia atau air mata terharu karena keinginannya tercapai, dia juga tidak tahu itu. "Tidurlah Bu, aku akan membangunkan Ibu nanti." Lanjut Haykal kemudian membaringkan kepala Ibunya di bahunya. *** "Ini undangan yang harus kamu datangi, bawa undangan ini bersamamu saat pergi ke pesta ulang tahun HK group. " Ucap Bibi Anum yang sudah berdiri di depan Apartemen Rose. "Bi, apa aku benar benar harus menghadiri pesta ini juga? " "Tentu, disana akan ada perayaan besar, dan ini sudah menunjukkan langkah awal bahwa kamu akan menjadi bagian dari HK group. Disana akan ada banyak orang-orang besar yang datang, tentu kami juga diundang disana. Kamu jangan membuatku kecewa." Jawab Bibi kemudian pergi meninggalkan Rose yang masih termanggu didepan Apartemennya. "Aaahhhhh aku ingin lari saja!!" Teriak Rose. "Malah pestanya malam ini lagi, aku mana ada persiapan. " Lanjut Rose. Tidak memikirkan tentang undangan itu lagi, Rose melajukan mobilnya ke jalanan menuju kantornya. Sebelum berangkat ke kantor tadi, Rose sudah mengirimkan pesan pada pacarnya untuk bertemu sore ini, dia ingin mengatakan semuanya pada pacarnya itu. Dia berfikir harus mengatakan langsung pada pacarnya, dari pada nanti pacarnya malah mendengar dari orang lain, itu mungkin akan lebih menyakitkan. "Sha!!" Teriak Rose saat melihat Alesha sedang mengobrol berdua dengan Rafif. Alesha melihat kearah Rose dan tersenyum. "Ikut aku yuk, ada yang mau aku omongin. " Ucap Rose. "Tapi aku lagi ngobrol sama.. " Ucapan Alesha terputus karena langsung dijawab oleh Rafif. "Gapapa Sha, pergilah, aku menunggu mu di restoran yang biasa, kita makan siang disana. " Jawab Rafif. "Maaf, tapi sepertinya seharian penuh ini aku butuh bantuan Alesha, gak papa kan kalau besok aja kalian makan barengnya, kan tiap hari juga makan bareng kalian kan. " Ucap Rose dengan wajahnya yang tampak serius. "Baiklah, kalau gitu hati hati. Sha jaga kesehatanmu." Jawab Rafif kemudian mengelus lembut kepala Alesha. Rose menarik Alesha menuju mobilnya dan melajukan mobilnya kejalanan. "Rose? Kita mau kemana? Kita bisa terlambat kalau harus pergi keluar sekarang. " Ucap Alesha. "Kita gak akan masuk kerja hari ini, aku udah ngirim pesan ke pak Andi untuk izinin kita berdua. " Jawab Rose. "Hah?! Gila kamu ya, berhenti Ros, aku mau masuk kerja, buat apa coba cuti cuti kerja gini karena alasan gajelas. " "Gajelas? Kamu bilang gajelas? " Jawab Rose yang sudah menjatuhkan butiran mutiara dari pelupuk matanya. "Rose kamu kenapa? Apa ada yang menganggumu? " "Aku benar benar stress sekarang, aku harus menikahi lelaki kejam itu sedangkan aku mencintai pacarku. Kalau aku menolak pernikahan itu, aku mungkin tidak akan dibiarkan lagi bertemu dengan Ibuku, Bibi akan benar benar menghancurkan hidupku. " Ucap Alesha yang sudah menangis keras sekarang. "Berhentilah. " Ucap Alesha. "Maksud kamu? Apa kamu masih ingin bekerja dan tidak menemani aku sekarang? " Tanya Rose. "Berhentilah kubilang, biar aku yang menyetir, bagaimana mungkin aku membiarkan kamu menyetir dalam keadaan seperti ini. Aku tidak mau melayangkan nyawaku karena melihat keadaanmu sekarang. " Jawab Alesha dan kemudian mereka berganti posisi. "Apa yang akan kamu lakukan? Kamu tetap melakukan pernikahan itu?" Tanya Alesha. "Aku tidak mau sebenarnya, tapi aku harus mau karena dipaksa. Ah aku benar benar frustasi, apu aku harus hidup dengan lelaki kejam itu seumur hidupku?" "Apa kamu mau hidup bersamanya selamanya? " Tanya Alesha. "Tidak, tidak, tidak. Membayangkannya saja sudah mengerikan. Sha, temani aku datang ke pesta ulang tahun HK group nanti malam, aku disuruh datang, tapi aku merasa tidak percaya diri kalau hadir sendirian. Walaupun disana ada Bibi, pastinya dia tidak akan bergaul denganku. Kumohon temani aku yaa, kumohon turutilah permintaan terakhirku. " Rengek Rose yang kemudian disetujui oleh Alesha. Ya mau bagaimana lagi, dia sudah melihat sahabatnya itu cukup menderita, sekarang dia hanya bisa membantu meringankan sedikit saja beban sahabatnya itu. "Kalau begitu sekarang kita belanja, aku ingin beli pakaian dan make up baru, aku juga akan membelikanmu karena sudah mau menemaniku." Lanjut Rose. Alesha mengangguk dan melajukan mobilnya dengan kecepatan normal menuju mall yang akan mereka datangi.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD