BAB XVII

1280 Words
“Apa kau sudah gila, Lia? Aku tidak habis pikir dengan sikapmu yang mendadak menjadi superhero itu, aku benar-benar tidak habis pikir,” kata Tania dan merinding mendengar cerita Lia yang terlalu berani. “Ia lebih seperti menumbalkan dirinya daripada menjadi superhero,” timpal Delvin yang pastinya kaget bukan main mendengar cerita Lia. Bahkan ia berani berbicara diantara banyaknya pasukan bangsa Cordict? Delvin mengelus dadanya ketika ia masih melihat Lia yang selamat itu, sangat mengerikan pikirnya jika Lia balik tanpa kepala karena bangsa Cordict masih memiliki napsu membunuh yang sebesar itu. Tidak lupa mereka juga sangat mengerikan bagi Delvin. “Dia tidak bisa dilarang lagi, itulah yang disebut sifat alamiah, kalian harus memakluminya,” ungkap Vano dengan memakluminya. Ia tau benar sifat seperti itu karena sudah berbagai macam makhluk hidup yang dipelihara dan tinggal bersama dengannya. “Kau seperti biasanya, Vano. Sangat mengerikan,” ujar Tania seraya kepalanya membayangkan rumah Vano yang penuh binatang menjijikan sehingga membuatnya mual dan ingin pingsan saja. “Daripada itu mending kalian tanya kepada sosok teman kita yang baru datang, kenapa ia bisa terlambat selama ini? Seperti bukan Archel, apalagi ia hanya diam saja sedari tadi,” ucap Lia mengalihkan pembicarannya dan tentu saja itu berhasil, karena ucapan Lia selalu bernilai persuasif. “Oh iya, bagaimana bisa kau terlambat Ar?” tanya Tania yang penasaran. Tania emang menjadi orang nomor satu dengan rasa penasaran yang sangat tinggi di kota Vanxyere. “Aku sedikit ada urusan dan masalah keluarga di rumah, apa kalian mau ikut campur juga?” ucap Archel seakan sarkas kepada teman-temannya itu. Para Hexaint yang mendengar jawaban Archel langsung terdiam dan merasa kikuk kaarena merasa bersalah karena menanyakan hal itu, dan tentu saja Lia tidak bisa dibohongi semudah itu. “Baiklah, kami percaya padamu, maafkan kami.” Lia berujar seakan juga menyindir Archel yang sedang duduk dengan santai di hadapannya, Archel yang paham dengan perkataan Lia langsung menatap Lia seakan memberi kode jangan macam-macam. Lia hanya membuang mukanya dan tidak peduli. “Sekarang... Kita ngapain?” tanya Vano. “Mendengarkan penjelasan dari Delvin, bagaimana bangsa Cordict itu yang sesungguhnya. Silakan dijelaskan, tuan dokter!” seru Archel dengan tersenyum, karena ia juga sangat penasaran apa yang ditemukan oleh sahabatnya itu. *** Vallery sekarang sedang duduk di bangku kerja kesayangannya dengan menyeleksi beberapa berkas yang masuk untuk melamar kerja sebagai asistennya. Vallery sengaja menyeleksinya waktu pagi dan menyuruh mereka hadir jam 10 pagi, tepat sejam sebelum ia mengumumkan hasil seleksi berkas yang masuk. Itu semua dilakukannya demi melihat keseriusan mereka yang mencoba melamar ke dirinya. Selama sejam dia menyeleksi semua berkas itu dan kemudian ia memantapkan hasilnya dan memberikan pengumuman memakai waktu saat jam 9 nanti. Setelah semuanya selesai Vallery menekan enter pada laptopnya dan pengumuman yang memakai sistem publikasi nanti itu selesai. Sekarang Vallery perlu menyiapkan tempatnya, tentu saja ia interview mereka di sebuah tempat yang berada di kota Vanxyere, bukan di rumahnya. Itu akan snagat beresiko, jadi Vallery telah menyewa satu Cafe yang cukup besar untuk ia menyeleksi semuanya, pastinya ia tidak akan menyembunyikan identitasnya biar para pelamar semakin bersemangat saat mengetahui ternyata mereka melamar sebagai seorang asisten petinggi kota Vanxyere. *** “Lily? Apa kau mendapatkan rekapan kerjaan semuan karyaman semalam?” tanya Axer yang masuk ke ruangan kerjanya dan menghampiri meja Lily. Lily mengambil beberapa berkas yang bertumpuk dan memberikannya kepada Axer yang sudah menunggunya, berkas itu langsung diterima Axer. “Thanks, Lily!” seru Axer dan memasuki ruang kerjaan pribadi yang hanya bisa diakses olehnya. Ia masuk dengan melepaskan jasnya untuk menghilangkan gerah, lalu melonggarkan sedikit dasinya dan membuka kancing pada kerah atasnya. Axer menaruh berkas itu di atas meja dekat Sofanya dan duduk pada Sofa, ia mulai mengambil lembar demi selembar dan membacanya dengan cepat. Ia perlu mencari lebih lanjut tentang bangsa sebelah dan memberikan informasi itu kepada Archel untuk memudahkan anaknya itu. “Aneh... mereka bahkan susah mendapatkan semua informasinya? Sistem error? Apa ini mungkin?” Axer bergumam dengan berpikir seraya melihat lekat-lekat kertas itu. Tapi walaupun begitu, Axer masih terus menyarinya dan belum menyerah. Pasti ada petunjuk yang sangat tepat sasaran. “Nah ketemu!” seru Axer saat melihat hal yang dicarinya. Sebuah susunan pola tempat tinggal bangsa Cordict di luar wilayah kota Vanxyere, tepatnya mereka tinggal di bawah tanah dan masuk lewat lubang seperti goa yang sangat besar. Axer mengusap kertas itu dengan telapak tangannya dan otomatis ada sebuah hologram keluar dari kertas itu, lalu mengubah format pada kertas itu menjadi bentuk file dan masuk ke akun email Axer. “Kirimkan email yang paling atas kepada Archel!” seru Axer memberikan perintah dan Email pun langsung terkirim otomatis. Setelah itu ia kembali pada kerjaannya yang memantau segala hal demi keberlangsungan perusahaan miliknya, tidak lupa ia juga memerintahkan karyawannya untuk membuat beberapa peralatan yang dapat digunakan untuk berperang. *** Sebuah email masuk ke ponsel Archel, ia langsung mengecek notifikasinya melewati lensa kotak yang ada di matanya dan melihat Ayahnya mengirimi sebuah pola tempat tinggal bangsa Cordict. Tepat sekali pikir Archel, inilah hal yang dicarinya selama ini untuk mengatur strategi jika ada terjadi sebuah ancaman dadakan. “Seperti itulah kenyataan,” ucap Delvin. “Sepertinya kita emang cari masalah dengan mereka, terutama Archel untung dia baik-baik saja,” ujar Vano. “Tapi Vin... Bagaimana kau bisa mengetahui sedetail itu? Maksudku bukankah aneh mereka masih bisa bertranformasi menjadi kadal dan kemudian mencoba memakan manusia? Mereka kan sudah sempurna berbentuk seperti kita, rasaku kemampuan mereka juga menjadi terbatas.” Lia berujar seakan tidak setuju dengan pernyataan Delvin yang mengatakan bahwa bangsa Cordict berbahaya dan dapat membunuh dengan mudah. “Benar! Lagipula sejauh ini Archel baik-baik saja, bahkan dirinya dapat menangani monster menyeramkan itu dengan mudah,” timpal Tania. “Kalian lupa? Kalau dirinya bukan manusia? Bahkan lebih monster dari bangsa Cordict,” ucap Billy mendeskripsikan sikap sempurna milik Archel. Archel yang mendengar mereka berdebat masih memeriksa pola tempat tinggal bangsa Cordict yang diberikan ayahnya dengan teliti. Ia harus memanfaatkan kesempatan ini dengan baik dan nanti akan membahasnya dengan Hexaint jika masih sempat. “Aku rasa kita harus mempercayai, Delvin. Bagaimanapun masalah fisik dan mutasi gen ia lebih tau daripada kita semua dan tidak mungkin dia mengada-ngada dan bahkan berbohong. Aku rasa kita emang harus berhati-hati dahulu dan menjaga jarak sampai kita bisa menemukan tempat tinggal asli mereka sebagai bahan acuan.” Vano berucap dan membela Delvin. “Sudah dapat, pola tempat tinggal mereka,’ ujar Archel tiba-tiba. Para Hexaint langsung melihat Archel dengan bersamaan. Archel langsung menyambungkan data yang ada pada lensa kotaknya ke meja kaca tempat mereka berkumpul yang ada di depan mereka semua. Tidak lama, Archel membuka file bagian pola wilayah yang dikirim oleh ayahnya. “Ini aku mendapatkannya dari Ayahku, ada baiknya kita pelajari pola ini. Titik biru ini menandakan koloni mereka yang tersebar di bawah tanah, semakin besar birunya berarti semakin luas wilayahnya dan sebaliknya. Dan jika semakin gelap warnanya itu berarti semakin padat penduduknya. Bagaimana?” Archel menanyakan pendapat teman-temannya. “Ah! Kemarin sepertinya aku berada disini!” seru Lia dan menunjuk wilayah yang dimana lingkaran bewarna birunya sangat gelap dan luas. “Sepertinya Lia kemarin mengunjungi pusat teknologi,” gumam Billy saat menerka-nerka wilayah itu. “Tepat sekali! Itulah yang dikunjungi oleh Lia, apalagi tempatnya berada di tengah  dan sedikit mendekat ke pembatas kota Vanxyere, aku merasa mereka mengambil dan mengumpulkan informasi tentang kota Vanxyere dari sini. Mereka memilih yang dekat karena itu sangat menguntungkan mereka,” ujar Tania menganalisis pola wilayah yang ada di depan mereka semua. Bagaimanapun hanya Tanialah yang sangat mahir dalam melakukan analisis seperti itu. “Sekarang, kita akan coba ke tempat yang dikunjungi Lia. Untuk memastikan suatu hal, bersiaplah!” mutlak Archel secara tiba-tiba dan tidak bisa diganggu gugat. Mereka semua hanya melihat Archel dengan mengangguk dan menelan ludah.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD