Rencana

2105 Words
Seminggu setelah pemakaman Madam Cathrin, Aron tampak sangat terpukul. Ia bahkan mengurung dirinya di kamar setelah ia kembali dari rumah sakit. Arrabela menatap pintu kamar Omnya itu dengan tatapan sendu. Ia merasa sangat kasihan melihat kesedihan Aron. Madam Catherin bagaikan seorang ibu bagi Papanya dan Omnya karena itu Papanya dan Omnya itu merasa sangat kehilangan. Arrabela sebenarnya ingin memberitahu Aron jika ia tanpa sengaja telah bertemu wanita yang selama ini Aron cari. Ema mantan asisten Mamanya yang merupakan seorang perawat. Aron bahkan selalu berpergian hanya untuk mencari Ema. Entah apa yang terjadi diantara Ema dan Aron hingga Ema pergi melarikan diri dari Aron. Itu yang saat ini dipikirkan Arrabela. Ema bahkan merencanakan semuanya dengan sangat rapi hingga membuat beberapa pengawal mengira Ema telah mati. Namun Aron tidak begitu muda percaya dan tetap mencari keberadaan Ema. Arrabela bisa menebak jika Omnya terlihat begitu sedih dan kesepian karena cintanya. Ia yakin Aron Omnya itu telah jatuh cinta dengan Ema hingga berupaya mencari Ema ke berbagai negara lain. jika Om Aron mencitai Ema kenapa Om Aron harus menyiksa Ema. Dulu Om Aron membuat hati Ema terluka dengan perlakuan Om Aron yang tidak ada lembut-lembutnya pada Ema. Arrabela menghembuskan napasnya, ia sangat ingat bagaimana wajah anak perempuan yang ia lihat bersama Ema. Anak itu sangat mirip dengan Omnya dan hanya dengan melihat wajah anak itu Arrabela sudah dapat memastikan jika anak itu adalah anak Aron Omnya. jika mereka memiliki anak, kenapa Ema tidak memberitahukan Omnya dan lebih memilih bersembunyi dari keluarga besarnya. Cinta memang selalu membuat pusing. Sama seperti cintaku kepada Xavier. Papa tidak menyetujui aku bersama Xanvier, hanya karena aku lebih pantas menjadi anaknya dibandingkan menjadi istrinya, Papa tidak menyetujui hubungan kami. Arrabela mengetuk pintu kamar Aron dengan berani. Aron mungkin akan memarahinya, hanya saja Aron tidak akan mungkin melukainya karena Arrabela tahu setiap kenakalan yang ia lakukan pasti Aron akan membantunya menyelesaikan semuanya. apalagi sejak hubunganya denhan sanga Papa membaik, Arrabela selalu mendapat perlindungan dari Aron jika Papanya memarahinya. "Om... " panggil Arrabela. Handel pintu akhirnya bergerak dan pintu pun terbuka menampakkan sosok Aron yang terlihat begitu menyedihkan. Tanpa mengucapkan apappun Arrabela segera masuk kedalam kamar Aron dan membuka jendela kamar Aron. Ia menatap kondisi Kamar Aron dengan tatapan kesal. Apalagi banyak pakaian kotor berserakan dilantai. Pelayan dirumah sangat takut dengan Aron dan mereka selalu melewati kamar Aron saat ingin membersihkannya kecuali Aron yang meminta kamarnya untuk dibersihkan. "Seorang Dokter kamarnya ternyata bau sekali. asal Om tahu ya, Kamarnya Xavier lebih bersih dari pada kamar Om," ucap Arrabela. Aron menatap Arrabela dengan datar, ia ingin sekali ia menarik Arrabela dengan kasar agar keluar dari kamarnya atau ia akan melemparkan Arrabela keluar dari sini melalui balkon kamarnya. Namun itu semua tidak mungkin ia lakukan jika ia tidak ingin dibunuh Kakak sulungnya. Lagian Arrabela adalah keponakanya yang sangat ia manjakan. Seorang mafia wanita yang cukup bisa diandalkan untuk melakukan tugasnya. "Om kalau Om begini terus, Om bisa cepat mati dan Ema akan menikah dengan orang lain!" ucap Arrabela membuat tubuh Aron menegang dan ia menatap keponakannya itu dengan tajam membuat Arrabela kesal. "Kalau Om menatapku seperti menatap musuh-musuh Om, jangan harap aku akan membantu Om!" ucap Arrabela menatap sinis Aron. Aron melihat gerak-gerik Arrabela yang saat ini memperhatikan kamarnya dan kemudian kembali menatap kearahnya. "Om mau menjadi laki-laki putus atas yang patah hati?" tanya Arrabela. "Om bisu ya?" kekesalan Arrabela telah mencapai puncaknya. "Aku hanya ingin mengatakan jika aku bertemu seseorang yang sedang Om cari," jelas Arrabela membuat Aron menatap Arrabela dengan serius dan ia merasa tidak ada ekspresi kebohongan dari keponakannya itu. "Apa kau sedang tidak membohongiku nak?" tanya Aron membuat Arrabela terkekeh. "Hehehe bohong? Jangan bercanda Om," ucap Arrabela. "Kau tahu aku sangat sering membunuh orang yang suka berbohong!" ucap Aron dingin. "Apa aku pernah membohongi Om selama ini? Asal Om tahu Mama dan Papa adalah segalanya bagiku. Jika aku bersumpah demi mereka apa Om masih tidak percaya juga denganku?" ucap Arrabela kesal dengan sikap Aron. "Apa kau benar-benar menemukannya?" tanya Aron sendu. "Iya," ucap Arrabela. Aron mendekati Arrabela dan memeluk Arrabela dengan erat "Om mohon beritahu Om, nak!" pinta Aron membuat Arrabela tersenyum. "Apa Om akan melakukan hal yang kasar lagi pada Ema dan membuatnya pergi lagi dari Om?" tanya Arrabela. Ia ingin memastikan jika Omnya ini tidak akan berbuat bodoh lagi. "Tidak" ucap Aron namun Arrabela tidak bisa begitu percaya pada sosok Aron. "Om, Ema itu perempuan yang lembut dan dia tidak suka Om bersikap kasar padanya. Apalagi jika Om memiliki wanita lain dia pasti akan segera meninggalkan Om lagi!" jelas Arrabela. "Om, bagaimana jika Ema telah menikah dan memiliki seorang anak? Apa Om akan memisahkan mereka dan merenggut kebahagiaan mereka?" tanya Arrabela. "Tidak, Om tidak akan merenggut kebahagiaan Ema, jika dia telah memiliki keluarga yang membuatnya bahagia. Om hanya akan melihatnya dari jauh dan memastikan jika dia benar-benar telah bahagia," ucap Aron dingin. Arrabela mengeluarkan selembar foto dan memberikannya kepada Aron. "Ini Ema dan putrinya. Tempat mereka tinggal ada di belakang foto ini!" ucap Arrabela membuat Aron terkejut dan menatap foto itu. Tatapannya menajam namun kemudian ia kembali menatap Arrabela. "Melihat foto anak itu saja Om pasti sudah tahu bukan, dia anak siapa?" ucap Arrabela tersenyum melihat ekspresi Aron yang saat ini sedang menatap foto anak perempuan yang berada samping Ema. "Dia adalah sepupuku karena dia mirip sekali dengan Omku. Dia anakmu Om aku yakin dan aku juga menyelidiki mereka Om. Ema hanya tinggal berdua saja dengan putrinya" jelas Arrabela. "Dia putriku," lirih Aron. Membuat Arrabela gemas kepada adik Papanya itu dan ia mencubit pipinya. "Sakit Om?" tanya Arrabela. "Ya" jawab Aron. "Itu berarti ini bukan mimpi, menurut penyelidikanku Ema pergi saat dia sedang mengandung anakmu dan dapat diartikan dia tidak ingin bersamamu Om. Jika Om tiba-tiba muncul dan merebut putrinya darinya Om akan kembali kehilangan Ema" jelas Arrabela membuat sosok Ziva yang baru saja masuk terkejut mendengar ucapan Arrabela. s**u yang ia bawa tumpah dan ia segera mendekati Aron dan Arrabela. "Apa benar Ema telah kalian temukan? Dimana dia dan bagaimana keadaannya?" lirih Ziva. "Dia sudah Arrabela temukan Ma. Tapi yang mengejutkan Ema tidak sendirian" jelas Arrabela membuat Ziva bingung. "Dia sudah menikah?" tanya Ziva. "Tidak, dia belum menikah tapi dia memiliki seorang putri yang lucu dan cantik" ucap Arrabela. "Putri? Anak? Anak siapa atau jangan-jangan?" Ziva menutup mulutnya saat Arrabela menujuk wajah Aron. "Dia penjahatnya Ma. Penjahat yang membuat Ema hamil dan memiliki seorang putri" jelas Arrabela membuat Ziva murka dengan adik suaminya ini. "Aron, lihat apa yang kau lakukan. Kau membuat Ema pergi dan tidak ingin bertemu kita" ucap Ziva murka. "Aku tidak pernah berharap dia pergi meninggalkanku" ucap Aron menatap Ema dengan tatapan penyesalan. "Kenapa Ema tidak memberitahu kita? Kenapa dia tidak kembali ke sini? jika kau menyakitinya Aron, aku yang akan membelanya. Aku yang akan menjaganya!" ucap Ziva meneteskan air matanya. Ia ingat bagaimana kebersamaannya bersama Ema. Ema bukan hanya asisten yang menjaga dan menyiapkan semua keperluanya di runah ini tapi baginya Ema adalah sahabat dan keluarganya. "Menurut Arrabela pasti Ema nemiliki alasanya Ma, makanya dia pergi meninggalkan Om dalam keadaan hamil. Kalau menurut Arrabela sih sepertinya Om dulu sangat kejam dengan Ema dan Ema memilih untuk pergi dari Om karena Om menyebalkan. Om kan aneh dan pemaksa!" jelas Arrabela dan ucapan Arrabela itu disetujui Ziva. Ia sangat mengenal siapa Aron dan sikap Aron yang kejam dan egois mungkin adalah penyebab Ema kabur dari rumah mewah yang mengurungnya. "Tidak ada wanita yang mau dikurung, disandera, diancam dan ditiduri sesuka hati tanpa dinikahi" jelas Ziva membuat Aron menatap Ziva dengan tatapan dingin. Ziva Andromeda kakak iparnya ini adalah orang yang saat ini paling mengerti Aron. Ia juga selalu menanyakan kabar pencarian Ema mantan asistennya itu. "Apa yang harus aku lakukan agar Ema bisa sepertimu, mencintai Evans dan bersedia menjadi istrinya Evans?" tanya Aron. Ia bingung harus melakukan apa agar Ema bisa ikut dengannya secara sukarela tanpa ia paksa dan Ema tidak akan pergi melarikan diri lagi darinya. Ziva tersenyum ia kemudian memikirkan rencana agar Ema bisa luluh dan kembali kepada Aron. "Kau harus menjadi orang lain, maksudku hmmm...mendekati Ema dengan identitas lain!" jelas Ziva membuat Aron bingung. "Bisa kau jelaskan karena aku bingung!" ucap Aron. "Buang wajah dinginmu itu, kau harus bersadiwara menjadi orang lain walau wajah kalian mirip dan mungkin Ema akan curiga tapi dengan menjadi orang lain kau bisa mendekati putrimu!" jelas Ziva. "Ema bukan orang bodoh Ziva" ucap Aron tidak menyetujui rencana Ziva. "Percayalah kepadaku Aron rencanaku akan berhasil. Kau harus berbeda dari dirimu yang sekarang. Kau harus sering tersenyum dan menujukan rasa cintamu dengan ketulusanmu!" ucap Aron. "Kau memintaku menjadi laki-laki cengeng yang tidak keren Ema!" ucap Aron kesal. Arrabela ikut memikirkan bagaimana caranya agar Ema bisa didekati Omnya dan dengan perlahan menerima Omnya. "Arabel punya ide" ucap Arrabela. "Apa idemu ini sama seperti ide Mamamu yang sering menontin drama telenovela" ejek Aron. "Ini lebih dramatis Om, Om harus berpura-pura lupa ingatan dan Om bekerja dirumah sakit sebagai dokter. Nama Om tidak perlu diganti Om tetap adalah Om Aron seorang dokter namun tidak ingat jika Om pernah mengenal Ema" jelas Arrabela. "Kalau seperti itu Ema tetap akan lari dari Aron karena takut Aron akan ingat masalalunya. Ikuti saja rencanaku Aron. Kamu mengganti identitas menjadi orang lain dan sikapmu harus berubah juga menjadi orang lain. Kita juga akan mengubah cara berbicara dan juga penampilanmu. Ema awalnya pasti terkejut tapi setelah tahu jika kalian sangat berbeda dia akan percaya kalau kau bukan Aron" jelas Ziva. "Baiklah aku setuju dengan rencanamu dan besok aku akan segera pergi kesana!" ucap Aron. "Tidak, jangan dulu. Kau perlu diberi pelajaran agar bisa menyamar dengan baik. Kita akan meminta bantuan Zava karena dia ahli dalam membuat penampilan seseorang menjadi berbeda!" ucap Ziva mengingat jika Zava saudari kembarnya itu ahli dalam hal bermakeup. Apalagi Zava saat ini bekerja di dunia perfilman sebagai penulis dan produser. "Apa tidak ada wanita lain yang bisa membantuku Ziva kenapa harus istrinya Darren?" kesal Aron. "Kau masih marah karena Darren melarangmu menyetuh putranya? Bukankah kau bisa mengatakan kepada Darren kalau putrimu lebih besar umurnya dari pada anaknya" ucap Ziva. "Dan mereka akan kembali berkelahi Ma, Ya Tuhan kenapa aku harus memiliki keluarga yang suka berkelahi hanya karena hal kecil" ucap Arrabela. keluarga mereka memang terkenal kejam tapi juga kekanak-kanakan. Arrabela ingat bagaimana Papanya dan Omnya berkelahi hingga menghancurkan satu markas besar yang berharga ratusan juta dolar. Apalagi Darren, Samuel dan Xavier juga ikut serta dalam keributan bisa-bisa satu pulau akan berntakan karena peluru berterbangan dimana-mana. "Tidak ada pilihan lain, mau mengikuti rencanaku dan berhasil atau kau punya rencana sendiri tapi dapat dipastikan rencana itu akan gagal. aku lebih dulu mengenal Ema dari pada kau Aron. Ema sungguh sial bisa mengenalmu" jujur Ziva. Ziva saat itu sudah berupaya meminta Evans suaminya agar membuat Aron tidak mengganggu Ema lagi tapi percuma saja, Aron bahkan membawa Ema tanpa seizinya. "Sikap gilamu ini harus berubah Aron. Ini semua demi putrimu. Apa kau tidak takut jika putrimu ketakutan melihat wajahmu? Apalagi tatapanmu itu seakan ingin membunuhnya padahal kau tidak bermaksud begitu" jelas Ziva. "Aku ingin berubah demi anakku Ziva. Aku mohon bantu aku!" pinta Aron. "Oke tapi mulai sekarang kau harus memanggilku Kakak iparku!" goda Ziva membuat Aron mendesis tidak suka. "Jangan kekanak-kanakan Ziva!" kesal Aron membuat Arrabela dan Ziva terkekeh. "Kau tidak ada pilihan Aron. Aku menolongmu dengan sukareka tanpa imbalah tapi aku hanya memberikan syarat padamu. Apa susahnya kau memanggilku Kakak ipar?" kesal Ziva. "Semenjak kau melahirkan anak kembarmu kau menjadi menyebalkan Ziva" kesal Aron. "Jadi bagaimana?" tanya Ziva sambil menahan tawanya melihat kekesalan Aron. "Apa aku punya pilihan?" tanya Aron sinis. "Hehehe tidak ada Om. Om harus meminta bantuan Mama Zava mau tidak mau" ucap Arrabela. "Ya sudah, aku ingin segera menemui Ema dan anakku, jadi kita harus cepat menemui Zava!" ucap Aron karena ia tidak ingin menunda waktu lagi karena ia sangat merindukan Ema dan anaknya. aku tidak akan pernah melepaskanmu Ema, kau hanya miliku. aku bernjanji akan membahagiakanmu dan memperlakukanmu dengan baik. Tunggu aku Ema aku akan segera menemuimu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD