Karena obrolan keduanya melalui chat kemarin, akhirnya Athar dan Freya sepakat untuk saling bertemu. Athar sengaja menjemput wanita itu dari hotel Hexagon. Keduanya bersikap layaknya baik - baik saja. Seperti driver dan penumpang taksi online pada umumnya.
Baru lah saat sudah berada di dalam mobil, keduanya segera terlihat cek - Cok adu mulut.
"Langsung pada intinya saja. Sebenarnya apa tujuan kamu berusaha menghalang-halangi jalan aku untuk deketin kakak kamu, hm? Kamu sudah tahu apa tujuan aku. Kamu juga pernah bilang, kamu nggak peduli apa pun tujuan aku. Kamu hanya ingin tahu alasan aku apa. Lantas kenapa, Setelah kamu sudah tahu tujuan aku apa, kamu tetap gangguin aku terus? Kamu ini kurang kerjaan atau apa sebenarnya?"
Athar menyeringai mendengar kemarahan Freya. "Ya, tentu saja. Seperti apa yang kamu katakan tadi. Aku memang sama sekali nggak peduli dengan kakak aku. Lantas kamu bertanya, kenapa aku masih tetap mengganggu kamu karena mendekati kakak aku. Bukan kah sudah jelas? Itu karena tujuan kamu sendiri. Kamu ingin uang. Ingin harta. Ingin hidup enak dengan jalan pintas. Apa kamu lupa, segala aset yang akan kamu kuasai dari kakak aku, itu adalah sebagian besar berasal dari Virendra Inc.
"Sementara semuanya yang sudah punya saat ini, tidak didapatkan secara instan begitu saja, tahu - tahu kaya raya. Mana mungkin? Segalanya tetap butuh proses. Tak hanya setahun dua tahun. Sudah puluhan tahun. Hampir 1/2 abad generasi keluarga aku berusaha membangun dan membesarkan Virendra Inc. Lalu tiba - tiba datang manusia toxic seperti kamu, yang ingin merampok harta kami. Ya mana bisa aku diam?"
Freya menggigit bibir bawahnya. Ternyata itu tujuan Athar. Freya menatap Athar dengan tajam. Ia benar - benar marah dan geram.
"Kamu bicara tentang kepedulian terhadap Virendra Inc. Bukan kah itu hanya omong kosong? Kamu bahkan lebih suka bersenang - senang dibandingkan membantu kakak kamu mengurus perusahaan, kan?"
Athar terkesan dengan ucapan Freya. "Woah, ternyata kamu sudah tahu banyak tentang aku ya. Baik, sebagai informasi untuk kamu, akan aku beri tahu. Aku bukannya nggak mau mengurus Virendra Inc. Aku juga bukannya tidak peduli. Hanya saja, segala sesuatu itu ada sebabnya. Aku hanya belum menjalankan apa yang harus aku jalankan. Aku butuh waktu lebih banyak untuk diriku sendiri sebelum aku jadi sesibuk Archie, sebagai seorang CEO. Tapi meski sekarang aku belum menjabat, ketika aku tahu ada perampok datang, apa aku harus diam saja?"
Athar akhirnya mengatakan itu, sebuah kejujuran, alasan yang membuat dirinya sejak awal menaruh curiga dan seperti tak pernah membiarkan Freya hidup tenang.
"Lalu sekarang mau kamu apa, hm? Kalau kamu mau aku berhenti, jelas aku tidak bisa. Karena aku sudah banyak melangkah sejauh ini. Dan itu sama sekali nggak mudah."
"Jelas aku ingin menghentikan kamu. Tapi di saat bersamaan aku juga sadar bahwa kamu bukan orang yang mudah untuk dihentikan. Jadi, kenapa kita nggak fokus aja ke tujuan masing - masing? Kamu bisa lanjutkan keinginan kamu, tapi kamu juga harus terima dengan segala gangguan dari aku, yang berusaha menghentikan kamu."
"Baik lah kalau itu mau kamu. Asal kamu nggak bawa - bawa polisi dalam urusan ini."
"Kenapa harus bawa polisi. Kamu bahkan belum mendapatkan sepeser pun. Nanti kalau kamu benar - benar sudah merampok, jangankan polisi, mafia pun akan aku sewa untuk membuat hidup kamu nggak tenang."
Freya terdiam dalam geram. Betapa sial ia dipertemukan dengan laki - laki yang sedang menyetir itu.
Karena kesepakatan telah terjadi di antara keduanya, Athar pun segera menghentikan mobilnya. "Karena urusan kita sudah selesai, silakan kamu turun d sini."
Freya benar - benar tidak habis pikir dengan kelakuan Athar. Bisa - bisanya ia menurunkan Freya di sini. Benar - benar lelaki menyebalkan, tidak tahu diuntung.
Freya juga sudah malas berdebat dengan Athar. Ia hanya segera membuka pintu, keluar dari mobil, kemudian menutup pintu dengan sangat keras. Meninggalkan Athar yang tengah menyeringai. Merasa berhasil telah membuat Freya merasa tidak tenang, dan merasa selalu dalam ancaman.
Athar sudah hendak tancap gas, tapi ia tak sengaja melihat Freya dari kaca spion. Ada seseorang berpakaian serba hitam, memakai masker dan topi dalam warna senada. Orang itu tengah berbicara dengan Freya. Freya nampak tak suka dengan apa yang dikatakan dengan orang itu.
Kedua mata Athar terbelalak ketika ia melihat lelaki itu mengeluarkan sesuatu dari balik punggungnya. Seperti kain putih. Atau entah apa, Athar tidak tahu.
Dengan cepat lelaki itu mendekap Freya, lalu membekap mulut dan hidung wanita itu dengan kain putih yang ia bawa. Freya segera tak sadarkan diri. Orang itu membopong Freya. Ada sebuah mobil datang mendekat, lelaki itu segera masuk ke dalam mobil yang datang. Di dalam sudah ada yang membukakan pintu.
Mobil itu segera tancap gas. Seakan takut jika ada orang yang memergoki.
Apa - apaan ini? Kenapa orang - orang itu membius dan membawa Freya? Siapa mereka?
Athar tanpa berpikir panjang segera putar balik dan mengikuti mobil itu. Ia harus tahu siapa mereka dan apa urusannya dengan Freya.
Athar memang tidak suka dengan perbuatan Freya yang terlalu terlena dengan dunia, hingga menghalalkan segala cara demi mendapatkan uang.
Tapi Athar juga tidak akan diam saja jika wanita itu tiba - tiba berada dalam bahaya. Apalagi ia melihat dengan kepalanya sendiri.
***