"Maaf aku belum sempat beli makanan apa pun," ucap Athar setelah ketahuan Freya bahwa ia terbangun.
Sebenernya Athar terbangun bukan karena suara gaduh atau apa. Memang sejak dulu Athar jarang bisa tidur nyenyak. Satu jam sekali, atau dua jam sekali ia pasti terbangun. Dan jarang bisa langsung tidur lagi.
Ketika terbangun tadi, ia melihat ranjang kosong. Ia bertanya - tanya di mana Freya. Setelah ia cari, ternyata wanita itu ada di dapur. Sedang berusaha menemukan sesuatu yang bisa ia makan. Namun nihil.
"Setidaknya beli mie instan lah, Thar." Freya langsung mengungkapkan ia hatinya. Ia benar - benar gemas. Bagaimana seorang manusia tidak memiliki cadangan makanan sama sekali?
"Yah ... namanya juga baru pindah, Frey." Athar segera membela diri sendiri. "Kamu udah laper banget emang? Udah nggak bisa ditahan lagi lapernya?"
"Kalau masih bisa ditahan, ya nggak bakalan lah aku kebangun, nggak bisa tidur lagi, sampai ngubek - ngubek dapur orang kayak gini." Freya cemberut. "Jam segini kira - kira ada toko yang masih buka nggak, ya? Mau beli mie instan aja." Freya benar - benar sudah tidak kuat lagi menahan rasa laparnya.
"Kayaknya minimarket masih pada buka. Tapi kita kudu ngeluarin mobil lagi kayaknya. Soalnya lumayan jauh letaknya dari sini. Sekitar sini nggak ada. Kalau lewat depan jarang Nemu minimarket."
"Yah ... terus gimana, dong?" Freya rasanya sudah putus asa. Karena lambung adalah otak ke dua. Ketika ia lapar, ia jadi tidak bisa berpikir juga.
"Tenang - tenang. Kita delivery order aja. Kamu mau makan apa?"
Ah ... iya. Kenapa Freya tidak kepikiran sejak tadi. Delivery order.
"Makan apa aja deh, yang penting makan." Freya menjawab dengan sangat cepat
Athar terkikik karena Freya saat kelaparan terlihat imut. "Oke, oke. Bebek, ya?" Athar menawarkan.
"Astaga ... kamu kayaknya demen banget sama bebek, ya. Ya udah terserah lah."
Athar tersenyum malu karena ia memang penggemar bebek goreng nomor Wahid. "Oke, aku cari penjual bebek goreng terdekat."
***
Archie akhirnya menghubungi salah satu temannya yang merupakan seorang polisi, bernama Reyhan. Archie dan Reyhan saat ini sedang berada di lokasi, di mana ada bekas seretan ban di aspal.
Reyhan baru saja menanyakan pada rekannya apakah baru saja di sini terjadi kecelakaan. Tapi ternyata tidak ada laporan kecelakaan sama sekali malam ini.
"Tapi bisa jadi ada kecelakaan, Rey." Archie tak bisa langsung terima. "Soalnya biasanya orang - orang, dari pada urusan lama sama polisi, mereka mending segera disembunyikan sama warga. Baru ntar rembukan di tempat yang tertutup gitu."
Reyhan mengangguk. "Nah itu dia masalahnya. Kalau gitu kita harus tanya ke warga sekitar nih."
"Ya, sepertinya memang harus gitu."
Archie sebenarnya sedang memikirkan kemungkinan lain yang ada di otaknya. Tapi ia ragu untuk mengutarakan hal itu atau tidak.
Ya, Reyhan sudah membicarakan masalah ini pada polisi di Kediri. Karena kejadian itu berlangsung di Kediri.
Tapi setelah Archie pikir - pikir, sepertinya ia memang harus bilang pada Reyhan. Karena tidak menutup kemungkinan, Wardhana Dharma lah yang menjadi biang kerok atas hilangnya Freya saat ini.
"Rey ...."
"Iya?"
"Sebenernya beberapa waktu lalu Freya sempat diculik." Archie berhenti sejenak. Menunggu bagaimana reaksi Reyhan.
Polisi itu nampak terkejut. Kini jadi ada kemungkinan lain. "Siapa yang menculiknya?"
"Wardhana Dharma. Dia adalah orang yang memiliki dendam besar ke aku karena masalah pribadi kami. Dia menculik Freya karena ingin bikin aku hancur sekali lagi. Tapi syukurlah waktu itu Freya bisa melarikan diri. Saat ini kasus itu masih ditangani polisi di Kediri. Mereka masih berusaha mencari di mana keberadaan Wardhana Dharma. Tapi lelaki itu seperti hilang ditelan bumi. Makanya saat ini aku takut banget. Gimana kalau seandainya ...."
Belum sempat Archie melanjutkan bicaranya, Reyhan sudah menyerah. "Ya, memang ada kemungkinan seperti itu, Ar. Harusnya kamu membicarakan hal ini lebih awal ke aku, Ar. Sehingga sejak kedatangan kalian ke sini, aku dan rekan - rekanku bisa sembari melakukan pengawalan dari jauh. Soalnya buronan yang sulit dicari seperti musuh kamu itu, dia pasti paling pintar Melakukan penyamaran, dan paling pintar memanfaatkan kesempatan."
Archie semakin dilanda rasa takut. Ya, Reyhan benar. Seharusnya ia sudah memberi tahu hal ini sejak awal pada Reyhan. Sehingga mereka bisa melindungi Freya. Tapi kini nasi sudah menjadi bubur.
Tapi ini juga di luar kuasa Archie. Karena pikirnya hal ini tidak akan terjadi. Siapa yang menyangka jika ia aka terlibat pertengkaran dengan Freya, yang menyebabkan gadis itu nekat pergi.
"Aku soalnya nggak nyangka hal ini bakal kejadian, Rey. Soalnya aku pikir kami di sini hanya satu hari satu malam saja. Aku pikir aku bisa lindungi dia sendirian. Ternyata aku ... nggak bisa."
Archie benar - benar dihantui penyesalan kini. Ia tidak bisa membayangkan apa yang akan dilakukan Wardhana Dharma pada Freya untuk melampiaskan dendam pada Archie.
Terlebih rasa kesal Wardhana Dharma kini berkali - kali lipat. Mengingat Freya sudah pernah kabur dari sekapannya.
"Oke ... oke. Aku akan bantu." Reyhan melanjutkan bicara. "Aku akan kasih tahu rekan - rekan aku tentang kasus ini. Supaya kami bisa melakukan pengawasan jika saja Wardhana Dharma memang berada di sini. Tapi aku minta kamu jangan terlalu khawatir dulu. Soalnya belum tentu juga Freya saat ini kembali diculik oleh Wardhana Dharma, kan."
"Terus sekarang dia di mana dong, misal dia nggak diculik sama si Wardhana Dharma? Ya kali dia bisa pergi cepet banget. Semalam ini pasti udah nggak ada angkot. Dia mau pesen taksi online juga gimana, orang nggak bawa ponsel, nggak bawa uang. Kalau jalan kaki, pasti saat ini belum jauh. Tapi kita udah keliling pakai mobil buat nyari dia, nihil. Dia nggak ada."
"Bisa jadi dia main ke rumah temennya. Dia punya temen di sekitar sini, nggak? Atau saudara? Atau sekadar seorang kenalan mungkin?"
Archie berusaha berpikir. Tapi ia tidak tahu apakah Freya memiliki teman di sini, atau saudara di sini.
Kedua mata Archie kemudian membulat ketika sebuah kemungkinan menghampiri otaknya. Sebuah kemungkinan baru, yang seharusnya sudah ia pikirkan sejak tadi. Sebuah kemungkinan baru, yang membuat hatinya terasa paling kesal dan was - was.
Athar. Athar saat ini tinggal di Pare, kan. Bisa jadi Freya sedang bersama Athar sekarang.
Tapi Freya sepertinya tidak akan sanggup berjalan kaki ke area apartemen Athar. Karena letaknya cukup jauh dari sini. Archie juga tidak yakin, Freya sudah tahu di mana Athar tinggal di Pare ini.
Ah, Freya bahkan tida tahu jika Athar sudah dilantiknya untuk menjadi CEO Virendra Inc. cabang Pare ini.
Atau Freya sudah tahu?
Archie benar - benar bingung.
Namun ia tidak membicarakan kemungkinan ini pada Reyhan. Ia mungkin akan mencari tahu sendiri besok.
Ya, ia akan coba melihat keberadaan Freya di apartemen Athar.
***