Ketika Freya keluar dari kamar mandi sehabis berwudhu, ia dipertontonkan sosok Athar yang nampak begitu berbeda. Athar memakai baju Koko warna putih, dengan bawaan sarung. Ia juga menggunakan peci warna hitam.
Tak bisa dipungkiri Athar begitu tampan mengenakan pakaian itu. Maksudnya ... ya, dilihat dari mana pun Athar memang tampan. Tapi setelah mengenakan pakaian itu, kadar ketampanannya menjadi berlipat. Freya sempat tak berkedip. Namun segera mengalihkan pandangan, karena tak mau ketahuan sedang mengagumi Athar.
Dua sajadah pun sudah digelar menghadap kiblat.
"Udah selesai kamu? Tuh, buruan dipake mukenanya!" Athar menunjuk sehelai mukena warna putih yang dilipat rapi, di atas sajadah yang berada di belakang.
"Lho, kamu punya mukena juga ternyata." Freya nampak terkejut karena Athar punya mukena. Lebih terkejut lagi karena lelaki itu bahkan tidak punya persediaan makanan. Tapi punya persediaan mukena
"Punya lah. Jaga - jaga aja kalau Jena atau Mama main ke sini, butuh mukena buat sholat. Eh, ternyata malah kamu duluan yang main ke sini."
Freya mengangguk - angguk mengerti. Jadi tadi Jena ke sini tapi tidak main ke apartemen Athar ini. Kenapa Freya merasa senang karenanya? Karena ia lebih dulu menginjakkan kaki di apartemen Athar dibandingkan Jena.
"Kamu tuh aneh ya. Punya persediaan mukena, tapi nggak punya persediaan makanan." Freya akhirnya mengungkap uneg - unegnya.
"Ya jelas lah. Yang utama kan sholat dulu, baru urusan perut." Athar menjawab apa adanya.
Freya sekali lagi terkesan. Ternyata Athar memiliki sisi seperti ini di samping sisi dirinya yang nampak selalu santai dalam menghadapi segala hal, namun mulutnya bisa begitu jahat jika menyangkut tentang melindungi sesuatu yang berharga untuknya.
Buktinya dulu Athar sangat sinis pada Freya yang terang - terangan ingin mengeruk harta Virendra Inc. melalui Archie.
Sembari menunggu Freya mengenakan mukenanya, Athar segera berdiri di tempat sholatnya. Athar telah memulai sholat jamaah Isya' ini.
Athar terlihat tidak canggung sama sekali. Yang berarti melakukan sholat sudah menjadi kebiasaan baginya. Bahkan Athar pun sholat. Tapi Freya tidak.
Suara Athar saat menjadi imam sholat pun terdengar merdu dan fasyih. Entah mengapa Freya kini merasa malu. Teramat sangat malu.
Apa ia harus mulai menjadi seseorang yang lebih baik?
Tapi apakah dosa - dosanya masih bisa diampuni?
Selesai sholat, Athar pun memimpin doa dengan lancar. Freya ingat dulu ketika masih kecil, ketika ia sholat tarawih di Masjid, para imam selalu membaca doa hang banyak dan panjang selepas sholat. Doa hang Athar lantunkan pun sama seperti itu.
Freya hanya memiliki kenangan sholat jamaah Tarawih. Karena sejak dulu pun ia jarang sholat. Apa lagi sholat jamaah. Ia menjadi lebih parah ketika mulai bekerja sebagai kupu - kupu malam.
Selepas berdoa, Athar kembali bicara pada Freya.
"Frey, aku yakin besok Archie pasti nyariin kamu. Aku harus bilang apa kalau dia ke sini, selagi kamu sembunyi?" tanyanya.
Freya terdiam, ia belum selesai mengagumi sosok lain dari Athar yang seakan menamparnya. Namun Athar tiba - tiba bertanya padanya tentang sesuatu yang membuatnya merasa tidak nyaman. Karena itu tentang Archie.
"Uhm ... bilang aja aku nggak ada di sini."
"Okay, berarti tekat kamu untuk menghindari Archie sementara sudah bulat, kan?"
"Ya, tekat aku udah bulat."
Athar mengangguk mengerti.
***
Archie sudah rapi dengan pakaian kerja meskipun ini masih sangat pagi. Archie sengaja bersiap - siap lebih awal. Selain karena ia harus perjalanan cukup jauh menuju Kediri, ia harus mencari Freya dulu. Ia hanya ingin memastikan apakah Freya benar - benar ada di sana atau tidak.
Archie terlihat kurang rapi hari ini. Rambut yang biasanya ia tata, hari ini hanya ia sisir sekenanya. Bajunya pun kurang begitu licin. Masih ada beberapa lipatan di sana - sini. Sama sekali terlihat tidak seperti Archie biasanya.
Namun Archie sedang tidak peduli dengan penampilannya sendiri. Yang paling penting saat ini adalah menemukan Freya. Yang paling penting adalah keselamatan gadis itu.
Jika sampai terjadi apa - apa pada Freya ... itu semua adalah salahnya.
Harusnya ia lebih berhati - hati. Harusnya ia lebih terkontrol.
Archie harap Freya benar - benar ada di apartemen Athar meski hatinya akan terasa begitu sakit. Namun itu lebih baik, dari pada Freya kini sedang berada dalam sekapan Wardhana Dharma.
Archie membawa serta barang - barangnya. Serta barang - barang Freya di kamar hotel sebelah. Karena nanti saat keluar ia akan sekalian check out.
Selesai memasukkan semua ke dalam koper, Archie menyeret kopernya menuju ke lobi untuk check out.
Selesai, Archie segera melenggang menuju ke parkiran, dan ia segera mengendarai mobilnya dengan kecepatan relatif tinggi.
Tak sampai 10 menit, Archie sudah sampai di apartemen Athar. Ia kini sedang berkendara menuju ke parkiran.
Begitu mobil berhenti, Archie segera mendial nomor adiknya itu.
Bisa dihitung berapa kali dalam seumur hidup Archie menelepon adik semata wayangnya. Hanya sesekali ketika sangat diperlukan. Karena keduanya memang setidak akrab itu.
Nada tunggu terdengar cukup lama, hingga Athar akhirnya menjawab. "Halo, kenapa, Ar?"
Suara Athar terdengar seperti orang bangun tidur.
Pikiran Archie langsung melanglang buana. Membayangkan apa yang dilakukan Athar dengan Freya semalam? Padahal belum tentu juga Freya ada di sana.
"Aku sedang dalam perjalanan menuju apartemen kamu. Katakan kamar kamu ada di lantai berapa?"
"Tumben kamu nyamperin aku. Ada apa memangnya?" Tentu saja Athar curiga dan penasaran ingin tahu apa urusannya. Sekali lagi, karena keduanya memang tidak seakrab itu.
"Aku ingin tanya sesuatu." Archie menjawab singkat saja.
"Nggak bisa tanya lewat telepon aja?"
"Kalau bisa kenapa aku repot - repot datang ke apartemen kamu?"
"Oke, baik lah, Tuan yang sangat sibuk. Akan aku beri tahu lantai rumahku. Langsung naik aja ke lantai 16."
Sesaat setelah Athar mengatakan letak kamarnya, Archie segera memutuskan sambungan telepon secara sepihak. Ia segera turun dari mobil, lalu mencari lift untuk menuju ke lantai 16.
***
Beberapa saat lalu, di apartemen Athar.
Selepas sholat subuh, Athar ingin segera mempersiapkan keperluan kantornya. Namun kemudian ponselnya berdering. Nama Archie lah yang muncul di layar.
Athar segera berjalan mendekati Freya untuk memberi tahu apa yang sedang terjadi. "Frey ... Archie telepon."
Freya yang begitu terkejut sampai hampir tersedak s**u paginya. "Astaga ... pagi amat dia udah mau ke sini."
"Ya dia kan harus segera balik ke Kediri. Makanya dia nyariin kamu ke sini pagi - pagi. Biar nanti nggak telat - telat amat sampai kantor."
"Dia udah sampai mana?"
"Ya mana aku tahu. Kan teleponnya belum diangkat?"
"Astaga ... aku sembunyi di mana, ya. Apa di kamar mandi aja?"
Athar menggeleng. "Cukup masuk kamar aja kamu."
"Kamar? Gimana kalau Archie masuk kamar kamu?"
Athar lagi - lagi menggeleng. "Nggak mungkin, Archie nggak akan melakukan itu."
"Kamu yakin?"
Athar kali ini mengangguk. "Dia mungkin udah Deket, atau bahkan sebenarnya udah sampai. Tinggal naik aja. Ada baiknya kamu masuk kamar sekarang."
Freya mengangguk. Tanpa tunggu apa - ala lagi, wanita itu segera berlari menuju ke kamar, menutup pintu rapat - rapat.
Memastikan Freya sudah masuk, Athar baru mengangkat telepon dari kakaknya itu.
***