Episode 12

1895 Words
Gabriel berjalan menuju kantin, namun di jalan di bertemu dengan Chlesea. Gabriel berusaha menghindar dari Chelsea, tapi perempuan itu justru berlari ke arahnya. "Gabriel!" Gabriel menghela nafas, "Apa?" "Lo ada waktu nggak malam ini? Chelsea mengeluarkan dua tiket film, "Nih, gue ada tiket nonton, malam ini kita bisa kan pergi ke bioskop?" "Sorry gue nggak bisa, malam ini gue ada acara." Ucap Gabriel cuek. "Acara apa?" "Gabriel, kita udah lama banget nggak nonton bareng kan?" Chelsea memegang tangan Gabriel, "Lo tenang aja, malam ini gue yang traktir lo." "Gue nggak bisa Chelsea! Gue juga nggak butuh traktiran dari lo!" "Kenapa Gabriel?" "Gue sibuk!" "Sibuk apa? Sibuk sama Bu Renatta, iya?" "Bukan urusan lo!" Gabriel lalu berbalik, dia hendak pergi tapi suara Chelsea menghentikan langkahnya, "Gue tau, selama ini lo deket sama Bu Renatta. Iya kan Gabriel?" Gabriel tidak menghiraukan ucapan Chelsea, dia kembali berjalan, namun Chelsea kembali berkata, "Sebenarnya apa hubungan lo sama Bu Renatta? Kenapa kalian keliatan deket banget?" Gabriel lalu membalikkan tubuhnya, menatap datar Chelsea, "Deket atau nggak, yang jelas itu bukan urusan lo!" "Akhir-akhir ini lo banyak berubah Gabriel, lo selalu sibuk. Dulu, lo sering hangout bareng gue dan temen-temen lo, tapi sekarang, gue nggak tau kenapa lo bahkan nggak ada waktu lagi buat kita." "Lo denger baik-baik Chelsea, ini hidup gue, gue berubah atau nggak, itu urusan gue. Lo nggak berhak ikut campur karena lo bukan siapa-siapa." "Kalo gue bukan siapa-siapa, terus apa arti hubungan kita selama ini hah? Selama ini kita selalu sama-sama. Gue pernah tanya sama lo, kenapa kita nggak pacaran, dan lo bilang lo belum siap. Dan tiba-tiba, lo ngehindar dari gue." "Ada apa Gabriel? Kenapa tiba-tiba lo berubah kek gini? Semua ini pasti ada hubungannya sama Bu Renatta kan?" Selama ini Chelsea sudah salah faham dengan Gabriel. Apa yang Gabriel lakukan padanya hanya karena pelampiasan kemarahannya pada Revan. Selama ini Gabriel dan Revan tidak pernah akur, dan Chelsea lah yang selalu ada untuknya. Gabriel tidak pernah menyukai atau mencintai Chelsea. Selama ini Chelsea yang selalu mendekatinya dan mengejar-ngejarnya. Walaupun Gabriel risih, tapi hanya Chelsea yang bisa mengerti perasaannya. Chelsea selalu mendukungnya saat Gabriel bertengkar dengan Revan. Tidak dipungkiri bahwa apa yang Chelsea katakan adalah benar. Semua ini karena kehadiran Renatta dalam hidupnya. Renatta adalah perempuan yang dia inginkan. "Chelsea, satu hal yang perlu lo tau, gue nggak pernah cinta sama lo. Selama ini gue cuma anggap lo temen biasa. Ada atau nggak ada Renatta, gue tetep nggak bisa pacaran sama lo." "Setidaknya, walau nggak ada Bu Renatta. Kita masih tetap deket kayak dulu Gab. Tapi semenjak ada dia, kita semakin jauh." "Gabriel, lo suka kan sama Bu Renatta?" Pertanyaan Chelsea membuat Gabriel terdiam. Chelsea sudah menyelidiki hubungan mereka selama ini. Chelsea pergi ke sekolah tempat Renatta mengajar, lalu menanyakan apa Renatta dekat dengan seorang laki-laki. Orang disana mengatakan kalo Renatta memang sedang dekat dengan laki-laki yang umurnya lebih muda, kira-kira seumuran dengan Chelsea. Laki-laki itu sering kali mengantar dan menjemput Renatta. Dari situ, Chelsea bisa menyimpulkan bahwa laki-laki yang mereka maksud pasti Gabriel. Chelsea sudah mulai curiga saat dia bertemu dengan Gabriel dan Renatta di Cafe. Karena itu, Chelsea mulai menyelidikinya, di tambah Gabriel semakin menjauh darinya. Hubungannya dengan Gabriel seperti tidak ada gunanya. "Lo mau gue jujur kan?" Gabriel mengangguk, "Oke, gue akui, gue emang suka sama Renatta. Gue cinta sama Renatta, dan gue nggak mau kehilangan Renatta. Dan sebentar lagi, gue bakal nembak dia." "Sekarang udah jelas kan?! Jadi, berhenti gangguin gue lagi Chelsea. Selama ini gue deket sama lo karena gue butuh temen. Temen yang bisa hilangin stress gue karena masalah gue sama papa." "Hubungan gue sama lo, nggak lebih dari sekedar temen. Gue risih karena lo agresif, lo selalu menuntut gue untuk hal yang buat gue nggak nyaman. Kita cuma teman, tapi lo bertindak seakan-akan kita pasangan. Saat gue deket cewek lain, lo selalu mengklaim gue sebagai milik lo. Ingat Chelsea! Gue bukan milik lo, atau milik siapapun!" Setelah cukup menjelaskan semua isi hatinya pada Chelsea, Gabriel lalu pergi. Gabriel akan mengakhiri semuanya, dia tidak ingin memberi Chelsea harapan. Gabriel juga ingin terbebas dari perempuan itu. Chelsea mengepalkan tangannya, Gabriel sudah sangat menyakiti hatinya. Bagaimana bisa Gabriel berkata seperti itu padanya setelah apa yang sudah Chelsea lakukan padanya selama ini. Tapi bagaimanapun juga, Gabriel adalah miliknya. Perempuan lain tidak berhak memiliki Gabriel, apalagi Bu Renatta. Chelsea lebih cantik bahkan lebih muda darinya. Chelsea yakin, itu hanya perasaan sesaat. Karena sebentar lagi, Gabriel akan menjadi miliknya lagi. Gabriel kembali ke kelas, dia tidak jadi pergi ke kantin karena tiba-tiba selera makannya sudah hilang. Gabriel iseng mengirim pesan pada Renatta. "Selamat siang Bu Renatta." Gabriel tersenyum saat pesannya langsung dibaca Renatta dan langsung dibalas. "Selamat siang." "Gimana kabar Ibu Renatta hari ini?" "Baik. Kamu sendiri?" "Nggak baik." Gabriel sengaja mengisengi Renatta. "Kenapa? Kamu sakit?" Gabriel tersenyum, Renatta seperti mengkhawatirkannya. "Kayaknya iya, soalnya hari ini aku belum ketemu sama Bu Renatta. Mungkin setelah bertemu, aku akan baik-baik aja." "Gila!" "Bu Renatta, apa hari ini ada waktu? Aku mau ajak jalan-jalan." "Maaf, saya sibuk." Gabriel mengirim stiker menangis. "Bercanda. Saya tunggu di rumah." "Siap!" Gabriel tersenyum bahagia, sore nanti dia ingin menyatakan cintanya pada Renatta. Kenzi, temannya datang menepuk bahunya lalu duduk di samping Gabriel, "Woy! Kenapa lo senyum-senyum gitu, hah?" "Hm?" "Lo itu kaya lagi jatuh cinta tau nggak. Siapa cewek itu Gab?" Tanya Kenzi menaik-turunkan alisnya. "Tau aja lo." "Jangan-jangan lo sama Chelsea udah jadian?" "Ken, lo tau sendiri hubungan gue sama Chelsea gimana, mana mungkin gue jadian sama dia." "Terus, siapa cewek yang udah bikin lo jatuh cinta, hm?" Gabriel lalu menceritakan soal Renatta pada Kenzi. Kenzi cukup terkejut mendengarnya, tidak menyangka Gabriel akan jatuh cinta pada perempuan dewasa yang umurnya 4 tahun lebih tua darinya. "Lo serius Gab? Maksud gue, Renatta itu sama lo----" "Gue serius Ken. Dan gue nggak pernah seserius ini sama cewek. Lo tau sendiri gimana sifat gue kan? Gue nggak pernah serius sama cewek. Tapi Renatta, gue ngerasa kalo dia cewek yang gue cari selama ini. Biarpun dia lebih dewasa, gue nggak masalah. Gue tetep cinta sama dia." "Lo emang nggak masalah, tapi gimana sama Renatta, hm? Apa Renatta bisa nerima lo Gab? Justru karena gue kenal banget sama lo, gue khawatir Renatta nolak lo. Lo emang nggak mikir, gimana kalo Renatta lebih suka sama cowok yang lebih dewasa dari lo? Misalnya, bokap lo, mungkin." Gabriel menggeleng, "Gue tau, Renatta lebih suka sama cowok yang lebih dewasa dari dia. Tapi gue nggak akan nyerah gitu aja Ken, gue tetep akan perjuangin cinta gue." Gabriel mengatakan itu dengan penuh percaya diri. Saat itu mungkin Renatta tidak tau bagaimana menjawab pertanyaan Renitta, bisa saja Renatta menjawabnya asal-asalan. Gabriel ingin mendengar itu langsung, dan malam ini Gabriel ingin mengetahuinya. "Terus gimana sama Chelsea? Hubungan lo sama dia, apa yang akan lo lakuin?" "Gue udah jelasin semua sama Chelsea, gue juga udah bilang kalo gue nggak pernah suka ataupun cinta sama dia." "Chelsea pasti kecewa Gab, selama ini dia berpikir kalo lo cinta sama dia." "Gue tau, tapi gue nggak bisa maksain perasaan gue sendiri." Kenzi mengangguk-anggukkan kepalanya, "Gue ngerti, lo udah bener Gab. Lebih baik lo bilang sekarang, sebelum Chelsea lebih sakit dari ini." "Btw, selamat ya, akhirnya lo nemu cewek yang lo inginkan." Ucap Kenzi turut bahagia. ******* Gabriel mengetuk pintu rumah Renatta, tak lama seseorang membuka pintu. "Selamat sore, Bu Renatt....a" "Gabriel? Gabriel salah sangka, dia mengira Renatta yang membuka pintu, ternyata bukan Renatta, melainkan Renitta. "Kak Renitta? Maaf, aku kira Renatta." "Kamu nyari Kak Renatta?" Gabriel mengangguk, setelah itu Renatta keluar, "Gabriel, kamu udah sampai?" "Bisa kita jalan sekarang?" "Kalian emang mau kemana?" Tanya Renitta. "Aku mau ajak Renatta jalan-jalan." "Kakak pergi dulu ya Nit. Tolong jaga ibu, katanya dia lagi sedikit nggak enak badan." Renitta mengangguk pelan, dia hanya bisa melihat kepergian Gabriel dan Renatta. Renitta berdecak, dia tidak percaya Renatta tidak menyukai Gabriel. Kakaknya itu pasti juga punya perasaan pada Gabriel. Munafik! Renitta lalu masuk ke dalam rumah, menutup pintu dengan kasar ******* Mereka berjalan-jalan di taman, tempatnya lumayan ramai. Saat sore hari, memang banyak orang yang datang ke taman tersebut karena terdapat banyak bunga-bunga disana. Disekelilingnya bahkan banyak sekali remaja-remaja yang berpacaran karena tempatnya pun terkesan romantis. Gabriel dan Renatta tengah berjalan di sekitar taman. "Kenapa kamu bawa saya kesini? Kamu tidak lihat? Rata-rata orang yang datang kesini itu remaja-remaja, sedangkan saya sudah tua." Renatta melihat sekelilingnya, anak muda jaman sekarang tidak malu berpacaran di tempat umum. Renatta bahkan melihat remaja yang masih memakai seragam sekolah SMP sedang berduaan. "Kenapa kamu selalu ngomong kalo kamu itu udah tua? Kamu masih 25 tahun, belum setua itu." "Saya juga tidak tau, tapi setelah saya kenal dan dekat sama kamu, saya merasa kalo saya sudah tua. Mungkin karena kamu lebih muda dari saya." "Umur kamu itu termasuk dewasa, bukan tua. Kalo tua itu seumuran ibu kamu. Jadi, stop berpikir kalo kamu udah tua." "Iya iya, saya tau." Renatta duduk di kursi panjang berwarna putih, Gabriel duduk di sampingnya. "Renatta, apa kamu malu deket sama cowok yang lebih muda dari kamu?" "Kenapa harus malu? Berteman boleh sama siapapun, nggak peduli lebih muda atau lebih tua." "Itu berarti kamu nggak malu jalan sama aku dong?" Renatta tertawa, "Emangnnya nggak kebalik? Harusnya saya yang tanya sama kamu, apa kamu nggak malu jalan sama perempuan dewasa seperti saya?" "Kenapa harus malu? Berteman boleh sama siapapun, nggak peduli lebih muda atau lebih tua." Jawab Gabriel meniru jawaban Renatta. Renatta menarik satu sudut bibirnya ke atas, "Tapi kita beda. Kamu laki-laki, dan laki-laki seperti kamu biasanya kan suka gengsi. Mereka lebih suka sama perempuan yang masih muda, cantik juga." "Kalo aku cowok seperti itu, kita mungkin nggak akan bersama sampai sekarang." "Kamu sendiri, pasti lebih suka sama cowok yang lebih dewasa kan? Mana mungkin kamu suka sama berondong." Renatta tiba-tiba diam, dia bahkan tidak bisa menjawab pertanyaan Gabriel. Dengan kata lain, Renatta masih bingung dengan perasaanya pada Gabriel. "Saat seseorang jatuh cinta, tidak peduli dia tua atau muda, kaya atau miskin, jelek atau nggak. Mereka nggak peduli dengan semua itu, karena mereka mencintai dengan tulus. Bukan karena hal lain, melainkan karena ketulusan hatinya." Ucap Renatta menatap lurus ke depan. "Kalo misalnya ada orang yang cinta sama kamu, tapi orang itu lebih muda dari kamu, apa kamu mau menerimanya?" Renatta menatap Gabriel, entah kenapa Renatta merasa kalo orang yang Gabriel maksud adalah Gabriel sendiri. Tapi apa mungkin? "Renatta, aku---" Tiba-tiba seorang anak kecil yang tengah berlari terjatuh di depan Gabriel dan Renatta. Mereka berdua terkejut. Renatta langsung menolong anak kecil tersebut, "Dek, kamu nggak papa?" Renatta membersihkan lututnya yang kotor dan terluka karena terkena goresan aspal. "Sakit nggak?" Anak itu mengangguk, Renatta terlihat khawatir. "Orang tua kamu mana?" Seorang wanita paru baya lalu datang mendekati anak tersebut, "Kamu nggak papa nak?" "Anak ibu tadi jatuh, lututnya berdarah, tolong di obati ya bu, takutnya nanti infeksi." "Iya, makasih sudah menolong anak saya." Ucap sang Ibu. Ibu dan anak itu lalu pergi. Renatta kembali duduk di kursi. "Kamu tadi keliatan khawatir banget sama anak itu." Ucap Gabriel. "Hm, tadi lututnya berdarah, pasti sakit banget." "Tadi, kamu mau ngomong apa?" Gabriel menggeleng, "Nggak papa. Gimana kalo kita kesana?" Gabriel menunjuk ke arah pinggir jalan, disana banyak pedagang yang berjualan. Renatta mengangguk, mereka lalu pergi ke sana. Gabriel tidak bisa memberitahunya sekarang, Gabriel perlu waktu lagi untuk menyatakan cintanya. Gabriel belum siap jika nanti Renatta menolak cintanya. Tapi bukan berarti Gabriel tidak berani, dia hanya menunggu waktu yang tepat. *******
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD