Megan menyusuri setiap tempat untuk mencari keberadaan Arley, namun ia tak menemukannya, di kamar yang mereka sewa pun sudah di tempati orang lain, bahkan jejaknya pun menghilang begitu saja. Tega sekali Arley pada Megan, lelaki yang ia percayai bahkan ia cintai mengkhianatinya dengan cara seperti ini.
Megan menangisi nasibnya yang begitu tak beruntung, bahkan Mark mengancam akan menghancurkan segalanya jika ia menolak, siapa yang berani melawan perkataan Mark? Semuanya tunduk padanya, bahkan semuanya sangat takut padanya. Ia bukan pejabat, ataupun selebriti, namun kekayaannya mengalahkan selebriti bahkan pejabat.
Mark tak pernah takut pada hukum bahkan hukum yang takut padanya. Uangnya mengalahkan semuanya.
Tak mungkin ia hidup dan menjalani harinya menjadi seorang simpanan.
Megan duduk di tepian pantai, dan menangis sejadi-jadinya, harapan yang harusnya ia raih bersama lelaki yang ia cintai malah hanya menjadi angan belaka. Jika ia tahu semua akan terjadi seperti ini, ia tak akan mau ke Hawaii menghancurkan hidupnya yang berharga.
Megan tak menyangka semua ini berakhir hanya karena masalah hutang piutang. Hubungan yang ia harapkan akan membawa kebahagiaan malah menjadi petaka.
Dua bodyguard datang menghampiri Megan.
"Anda harus kembali ke hotel," kata salah satu bodyguard.
"Aku tidak mau!"
"Jangan membuat kami berlaku kasar kepada anda, Nona."
"Ayo sini." Salah satu bodyguard menarik Megan dengan kasar. Membuat Megan meringis sakit karena harus digenggam begitu kuat.
"Lepaskan aku!" tekan Aline, membuat kedua bodyguard melepas lengannya.
Megan masuk ke kamar hotel suite room, Megan memang sudah mengetahui siapa lelaki tampan yang kini menyeringai mengerikan ke arahnya, bahkan nyaris Megan hampir pingsan karena lelaki didepannya sangat arrogant dan kasar.
Skandal Mark selalu di tutup-tutupi, tak ada media yang berani memuat artikel tentangnya. Apalagi dengan berani mengekspos wajahnya dengan perempuan satu malamnya.
Media selalu memberitakan tentang hal positif betapa suksesnya dia, betapa baiknya dia, betapa ia mencintai istrinya. Dan, tak satupun berita mengatakan hal buruk tentangnya.
Bahkan banyak wanita yang berbondong-bondong ingin menjadi wanita satu malamnya.
Mark menghampiri perempuan yang kini duduk dihadapannya, dengan wajah penuh ketakutan, kenapa nasibnya bisa tak seberuntung ini? Menjadi simpanan dan berakhirnya hubungannya menjadi kenangan yang buruk baginya yang ingin ia lupakan.
Megan meludahi wajah Mark, membuat Mark menyeringai dan melap wajahnya. Bodyguardnya hendak memberi pelajaran kepada Megan, namun Mark mencegahnya.
"Kau tidak takut padaku?" tanya Mark, menggenggam kuat dagu runcing Megan.
"Untuk apa aku takut padamu? Kau juga bukan monster." Megan menyeringai, meski ia takut sekali pada sosok lelaki tampan didepannya.
"Jangan mengharapkan lelaki yang sudah menjualmu padaku untuk melunasi hutang-hutangnya." Mark kembali menghempaskan wajah Megan.
"Kau memang cantik! Tapi, kau pembangkang!" tekan Mark lalu kembali berdiri dan menatap semua bodyguardnya, memberi isyarat agar mereka keluar dari sini.
Sepeninggalan semua bodyguardnya, ia lalu menyeret Megan hingga ke ranjang, lalu menindi perempuan itu dengan kasar.
"Kau mau apa?" tanya Megan, bergerak gelisah, dan memukul d**a Mark namun Mark tak merasakan sakit sama sekali, dan hanya menyunggingkan senyum khasnya. b******n.
Plakk...
Plakk...
Dua kali tamparan yang sangat keras mengenai wajah cantik dan mulus Megan. Apalagi tatapan Mark segelap malam, seakan ada kilatan pada tatapannya saat ini.
"Aku sudah bilang diam! Dan, jangan banyak bergerak jika kau tak mau terluka!" tekan Mark, dengan tatapan segelap malam itu.
"Tolong!" Megan berteriak, membuat Mark semakin murka dan menyobek satu persatu pakaian yang di pakai Megan. Indah sekali tubuh itu.
Mark semakin membuat dirinya tak berdaya. Megan kehilangan tenaga. Ia pasrah dan tak bisa melawan lagi. Rasa sakit menjalar di sekujur tubuhnya. Belum sembuh rasa perih di bawah sana, lagi-lagi rasa sakit menyerangnya.
Kini tubuh Megan terekspos tanpa sehelai benang pun, nafsu Mark semakin menjadi-jadi, Mark segera melumat dua gundukan milik Megan, dan Megan berusaha tidak mengeluarkan suara desahan, karena itu akan membuat Mark besar kepala.
Setelah Mark mencumbu dua gundukan serta leher perempuan yang kini berada dibawah tindihannya. Mark kembali memagut bibir Megan, seperti orang kelaparan. Membuat Megan tak bisa menghirup udara, karena rakusnya lelaki di atasnya.
Semua wanita mungkin akan sangat senang berada dibawa tindihan seorang Mark, tapi bagi Megan tidak sama sekali, malah menganggap Mark sebagai petaka.
Mark berusaha memasukkan satu jarinya meski sangat susah, namun usahanya tak sia-sia, Mark berhasil memasukkan satu jarinya, ia lalu memasukkan miliknya dan menggeseknya pelan dibagian lembah Megan.
Megan merasakan nikmatnya miliknya dibawah sana.
Dengan sigap Mark memasukan miliknya kelembah kenikmatan didepannya saat ini, lembah itu berkedut meminta dimasuki.
Ketika milik Mark masuk hingga kebagian yang terdalam, Megan hampir kehilangan napas karena menahan suaranya agar tak membuat Mark makin besar kepalanya.
"Mendesahlah, apa kau bisu? Mendesah aku bilang!" katanya sambil memukul pahaku.
Megan membenci Mark mulai hari ini, ia membenci lelaki b******k yang hanya ingin menikmati keindahan tubuhnya, lalu membuangnya jika tak dibutuhkan lagi.
Gerakan Mark semakin intens, Megan pun merasakan o*****e, lalu menembakkan sejuta sel miliknya kedalam rahim Megan.
Setelah menembakkan sejuta sel miliknya kedalam rahim Megan, Mark lalu berguling ke sampingnya, dan menghela napas, pertarungan yang indah, bercinta tanpa cinta.
Megan menitikkan air mata lalu meraih selimut dibawah sana dan menutupi sebagian tubuhnya, ia menoleh menatap Mark yang kini tertidur, senikmat itu kah tubuhnya? Apakah ini tugas seorang simpanan?
Keringat membasahi Megan dan Mark, lima belas menit bercinta dan itu menggairahkan.
"Kamu tampan tapi sangat b******k. Kasihani istrimu yang kau khianati dengan cara ini!" gumam Megan menyeka air matanya.
Mark tertidur sangat pulas sampai tak bergeming sama sekali, napasnya terdengar teratur, Megan menatap tubuh telanjang seorang Mark, pengusaha sukses dan kaya raya, bahkan semua perempuan akan membanggakan diri meski hanya menjadi simpanan. Namun, sangat berbeda dengan Megan yang tak menginginkan ini semua, yang ia inginkan hidup bahagia bersama lelaki yang ia cintai.
Meski harapannya menjadi sia-sia, dan bahagia yang ia inginkan hanya menjadi angan seketika, sakit, dan hatinya terluka.
'Mengapa takdir ini sangat memalukan ya tuhan? Mengapa sesakit ini? Apakah aku tak pantas bahagia? Apa salahku sampai sakitnya seperti ini?' batin Megan.
Megan mencoba memejamkan matanya, menyusul lelaki yang kini tertidur pulas disampingnya. Meski tak menginginkan ini, namun Megan tak memungkiri, ia merasakan nikmat luar biasa sampai ke sekujur tubuhnya.
Bagaimana selanjutnya hidupnya? Akankah ia bahagia?
Bersambung.