When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Ting! Bunyi dari oven menandakan kue kering yang di dalam sudah matang sempurna, Qirani langsung mengeluarkannya dengan sarung tangan tebal. Baru saja dia letakkan di atas meja dapur, Kalvin langsung mengambilnya satu tapi pria itu mengaduh. "Hati-hati panas, gak lihat baru keluar dari oven?" tegur Qirani, alih-alih menasehati putra pertama Via itu dengan gemasnya. "Mas Kalvin pasti gak sabar pengen icip kuker buatan Mbak Qiran," celetuk Dhyana yang tiba-tiba muncul bersama Via di belakangnya. Kalvin meringis dan hendak mencubit kedua pipi Dhyana andai adik kecilnya itu tidak segera menghindar. "Sudah matang semua?" timpal Via. "Sudah, Ma," jawab Qirani. Meski masih panas, Kalvin memaksa mengambil satu kue kering buatan Qirani dan Via itu, menipunya sebentar lalu memakannya. "Khuh