6

1170 Words
Ivy menggeleng cepat. Mana mungkin cowok pemarah itu. Pasti hanya suaranya saja yang kebetulan mirip. "Siapa?" tanya Ivy sambil menatap Reyhan lembut. "Temanku." Ivy mengembuskan napas kecewa saat beberapa menit kemudian, Reyhan membuka akun f*******: lalu sesekali tersenyum dan menggeleng. Terlihat melupakan cincin yang kini tergeletak begitu saja di meja. Ivy menatap benda itu sambil mengembuskan napas. "Kami sudah lama putus komunikasi. Tahu-tahu, ia kirim pesan di sss minta nomerku. Ada gunanya juga punya Facebook." Ivy mengangguk dengan tak bersemangat. Matanya yang berkaca-kaca terus menatap ke arah kotak cincin yang seharusnya telah melingkar di jarinya. Ia mencoba menepis kesedihannya lalu melambaikan tangan dan memesan. "Aku gulai kepala kakap. Kamu apa, Yang?" Reyhan menatapnya sekilas sebelum menjawab, "Terserah kamu saja." Ivy mengembuskan napas kecewa. *** Evan menatap layar HP sambil tersenyum penuh kemenangan. Akhirnya setelah sebelumnya hanya iseng mengetikkan nama sahabat semasa SMA di f*******:, ia menemukannya. Seperti dugaan, sang sahabat yang begitu berambisi benar-benar mewujudkan cita-citanya. Walau hanya polisi lalu lintas, tapi, pasti sahabatnya itu punya banyak kenalan polisi. Sungguh ini adalah kebetulan yang menguntungkan. Maka tanpa basa-basi segera ia ceritakan semua masalahnya. Gayung pun bersambut. Sang sahabat langsung menawarkan bantuan. "Lihat saja! Aku akan segera mendapatkanmu!" Evan baru saja hendak bangkit saat pintu kamarnya didorong kasar dari luar. Kini di hadapannya, sang nenek dan Dini menatapnya dengan wajah kesal. "Evan!" Suara nenek yang keras menggelegar, langsung membuat Evan bangkit berdiri. Hatinya berdenyut ngilu saat tatapannya terpantik ke kelopak bunga yang berserak di lantai kamar pengantinnya, sebagian terinjak olehnya. Satu kenangan mengerikan yang belum lama ini tercipta, menusuk ingatannya. Evan memejamkan mata. Gadis itu ... sosok yang begitu anggun dengan kebaya turun-temurun warisan nenek dan jilbab putih manik-manik, meninggalkannya dengan berderai air mata. Itu jelas menandakan hati gadis nya sangat terluka. Ia juga sangat terluka. Siapa sebenarnya gadis berhati busuk yang tega menggagalkan pernikahannya itu? "Evan!" Sang nenek menatap cucunya dengan wajah kesal. Tangannya segera memukul-mukul tubuh tinggi sang cucu. "Nenek sudah datang?" "Nenek ingin cepat-cepat pulang ke Indonesia hanya untuk menghadiri pernikahan kalian. Tapi apa yang terjadi?!" sang nenek terus membidikkan tatapan kesal. Evan menelan ludah. Ia menatap sang nenek lalu berganti ke Dini yang hanya membalas dengan mengedikkan bahu. Meskipun ia sudah menjelaskan pada adik satu-satunya itu, ia pasti tetap tak mempercayainya. "Kamu benar-benar ... kenapa menghamili gadis lain dan membuatmu terlihat sangat hina? Apa tidur ke satu perempuan ke perempuan lain benar-benar telah menjadi hobimu?!" Evan menunduk. Sejak pacaran dengan Tari, ia sudah berubah. Maka, ia mencoba menjelaskan. "Nek, semua hanya rekayasa gadis itu. Aku tak mengenal gadis itu," katanya pelan. Dari raut wajahnya, terlihat sekali perempuan 70 tahunan itu tak percaya. "Rekayasa," gumam nenek sambil memberi pandangan mencemooh. "Ya, Nek," balas Evan sungguh-sungguh. Tapi, apa sebenarnya motif gadis itu? Apa ia suruhan seseorang yang sangat membencinya? Evan menggeleng tak yakin. Selama ini, ia tak memiliki musuh. Atau ... apa jangan-jangan gadis itu orang gila? Evan kembali menggeleng. Mana mungkin orang gila berinisiatif kabur? "Aku sudah menghubungi kenalanku untuk membantu menangkap gadis itu, Nek. Aku pergi dulu!" Lalu mengindahkan tatapan garang sang nenek, Evan melangkah keluar setengah berlari menuju motornya. Mengemudikan motor besar itu dengan tak sabar. Sesekali, ia menyeringai senang. Lihat saja apa yang akan kulakukan padamu jika aku sudah menemukanmu nanti! Kembali Evan menyeringai. Ia membayangkan seorang gadis berwajah sedih dengan kedua tangan diborgol, berkali-kali meminta maaf padanya. Evan segera memarkir motor begitu sampai lalu berjalan cepat menuju ke arah warung Padang yang terlihat ramai. Ia melambai saat melihat sahabatnya tengah mengobrol dengan seorang gadis yang duduk membelakanginya. "lihat saja gadis busuk, kamu akan kutemukan!" umpatnya. Jantungnya seakan hendak meledak saat teringat ucapan gadis sinting itu. Berani sekali mempermalukannya di depan banyak orang. Ia berjanji tak akan melepaskannya begitu saja kalau bertemu nanti. Ia akan memberinya pelajaran. Evan kembali melambai saat jaraknya dan sang sahabat semakin dekat. Teman lamanya itu balas melambai. "Apa sudah lama nunggu?" tanyanya sambil mendekat. Mengenali suara yang tak asing baginya, jantung Ivy langsung berdegup kencang. Si cowok pemarah ada di sini. Bagaimana ini? Bagaimana ini? "Belum terlalu lama. Vy, kenalkan, Evan, teman dekatku saat SMA." Ivy menunduk, tak berani ia menoleh. Duuh, bagaimana ini? Wajah gadis itu berubah pucat. Tangannya saling meremas di atas meja. "Iya," Ivy menjawab pelan. "Kenapa tiba-tiba kamu sangat pemalu? Vy, dongakkan wajahmu," pinta Reyhan sambil tersenyum melihat sang kekasih yang sedari tadi terus menunduk gelisah. Ivy merasakan tubuhnya bergetar panas dingin saat terdengar bunyi kursi diseret mendekat. Diusapnya keringat di kening lalu perlahan mengangkat wajah. "Ka-mu!" Evan langsung menuding wajah Ivy. Menatap perempuan di hadapannya bak harimau mengintai mangsa. Ivy membeku. Gadis itu tak berkutik dalam duduknya. "Apa kalian sudah saling kenal?" Reyhan memandang Evan dan Ivy bergantian. Wajahnya terlihat penasaran. "Dia ...." Evan kembali menuding ke arah wajah Ivy sambil menyeringai sinis. Tatapannya menghunjam dalam. "Jangan menunjukku!" kata Ivy sambil menepis tangan Evan. "Tentu saja kenal. Apa kamu tau, Rey? Wanita ini pernah kutiduri dan sekarang dia hamil anakku." Mata Ivy membulat. Wajah Reyhan memucat. "Tapi bohong!" Evan melanjutkan. "Gadis ini adalah dalang kenapa aku menghubungimu, Rey. Dia yang kuceritakan padamu. Gadis yang tiba-tiba mengaku hamil anakku! Dia orang yang ingin kupenjarakan!" kata Evan berapi-api. Matanya terus menatap Ivy penuh kebencian. Saking terkejutnya, Reyhan sampai menjatuhkan sendoknya. Evan melanjutkan. Wajahnya tak bersahabat sama sekali saat berkata. Sesekali ia menatap Ivy dengan sinis. "Dia menghancurkan pernikahanku. Dia!" Evan lagi-lagi menuding wajah Ivy. Ivy merasakan jantungnya berdegup kian kencang. "Apa yang dikatakannya benar, Vy? Apa benar?" tanya Rey dengan wajah sangsi. Ivy memandang Reyhan dengan mata mengembun. Wajah Reyhan terlihat sangat kecewa saat gadis di hadapannya perlahan menganggukkan kepala. Wajah Ivy yang pucat telah banjir oleh keringat. Perlahan, mengalirlah cerita dibalik alasan Ivy melakukannya. Reyhan menggeleng frustrasi. Ia tahu gadis itu sering melakukan sesuatu tanpa berpikir panjang, tapi ia sama sekali tak menyangka kalau Ivy akan seceroboh ini. Hanya demi sahabatnya, ia nekat mempermalukan lelaki yang tak dikenalnya. I-vyyy. Reyhan meremas tangan dengan geram. Ia memandang Ivy yang menatapnya memelas lalu mengembuskan napas. Ivy menarik napas panjang saat melihat sang kekasih memijit-mijit kening seolah tengah berpikir. "Apa kamu bodoh?!" Reyhan menatap Ivy tajam. Gadis itu membelalak tak percaya. Perlahan tangannya menuding ke arah dadanya. "Aku bodoh katamu, Yang? Aku bahkan dapat beasiswa kuliah di luar negeri." "Aku tahu. Lalu bagaimana bisa kamu ... Oke, selamat! Selamat karena akhirnya yang kamu inginkan terwujud. Kamu ingin menikah, kan? Dan kamu sudah menikah sekarang. Selamat. Selamat, ya?" Reyhan menatap Ivy kesal. Bagaimana bisa ... Ivy jelas tak mengkhianatinya. Tetapi kecerobohan gadis itu, membuatnya harus menikah dengan sahabatnya sendiri. Yang benar saja! Padahal, satu bulan terakhir ini, ia mati-matian mengumpulkan uang agar bisa mengikat gadis itu. Agar bisa menyaksikan ia tersenyum bahagia saat melihat cincin tersemat di jarinya. Ia bekerja tak kenal lelah agar bisa membeli cincin mahal untuk kekasihnya yang kaya raya. Akan tetapi apa yang terjadi? Reyhan menatap Ivy dengan pandangan kecewa. Sementara di depan Ivy, Evan terus menatap Ivy penuh kemenangan. Rasain kamu, perempuan sialan! Hati Evan bersorak senang.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD