Sebulan kemudian.... Dentingan piano Viza yang mengalun merdu membuat senyuman lebar anak-anak dikelasnya. Tuts demi tuts Viza alunkan sambil dia bernyanyi, inilah kebahagian Viza. Berada di antara anak-anak yang kurang beruntung di Wieldburg, mengajari mereka bermain musik dan bernyanyi bersama. Membacakan dongeng dan hal lainnya yang biasa Viza lakukan bersama mereka. Semuanya baik-baik saja meski pria bernama Banu itu masih sering mengusiknya dengan mengirim chat ke akun media sosialnya. Tapi Viza masih bisa mengabaikan hal itu, untungnya pria itu tidak tahu nomor ponselnya. Viza menggelengkan kepalanya saat mengingat pria itu, lalu tersenyum lagi melihat wajah anak-anak didekatnya. Bohong jika Viza tidak mengingat pria yang mencuri ciuman pertamanya itu, tapi dia hanya sekedar