Acara di ballroom hotel berbintang itu sangat mewah dan dipenuhi oleh kaum atas dan juga selebriti elit yang menjadi tamu nya. Bian sedang duduk di meja bundar bersama Cinta dan juga keluarganya yang lain, Brian sedang berdiri mengobrol bersama kalangan artis juga Fira yang ada disebelahnya. Sedang Banu, hanya menyendiri memegang segelas wine. Dia tidak mau ikut, tapi Oma nya memaksa dengan alasan nanti akan ketemu jodoh dipesta ini. Banyak blitz kamera yang juga ada diruangan ini.
Bianca mamanya melambaikan tangannya kearah Banu untuk duduk disana, dan Banu pun melangkahkan kakinya. Dengan setelan jas hitam kemeja putih yang kancingnya terbuka dua, Banu begitu tampan.
Banu mengambil tempat disebelah Oma nya, sepertinya acara ini akan segera memasuki acara resmi.
" lihat itu, dia adalah pengusaha sukses di Erofa. Namanya Aston Ardi Orlando, anak wanita nya cantik ya. Sayang udah punya tunangan." ini yang Banu tidak suka jika sudah menghadiri acara seperti ini, dia pasti jadi bahan promosi oma nya.
Tak lama semua orang bertepuk tangan setelah kata sambutan disampaikan oleh Azka Al' Derson pemimpin perusahaan Derson saat ini. Lalu kembali lagi suara tepuk tangan diberikan dan Banu menyadari kalau Brian dan Fira dipersilahkan naik kepentas untuk mengisi acara ini. Brian duduk didepan piano dan Fira siap dengan stand mikropon didepannya. Dentingan piano yang dimainkan Brian membuat semua orang terpukau dan tersenyum . Lagu yang berjudul ' my heart will go on'. Lirik demi lirik yang dinyanyikan Fira memutar kenangan Banu dengan wanita misteriusnya.
Lalu mata Banu seakan melihat bayangan wanita itu. Banu menggelengkan kepalanya lalu menutup mata, dan saat dia membuka mata ternyata memang dia hanya berhalusinasi.
Tiba-tiba suara biola ikut mengalun membuat semua tamu kembali bertepuk tangan, Brian sontak melihat siapa yang ikut dalam pertunjukannya. Lalu dia melihat seorang wanita yang sudah ada dipanggung dekat dengannya tersenyum. Brian terhipnotis dengan senyuman itu lalu berpikir kapan dia pernah melihat wanita ini.
Brian mengangguk seolah dia memberi ijin wanita itu ikut bergabung.
Fira yang masih berkonsentrasi dan mengahayati lagu yang dia nyanyikan tidak melihat wajah pemain biola yang juga mengiringinya. Sedang Banu??
Pria itu langsung melebarkan matanya, Oma nya tersenyum, Opa nya juga begitu. Viza layaknya bintang yang sangat bersinar berada dipanggung itu, permainan biola nya sangat mengagumkan.
" kau mencarinya bukan?" pertanyaan oma nya membuat Banu menoleh, opa nya tersenyum.
" oma tahu dia siapa?"
Oma nya mengangguk dan menepuk pundak Banu.
" kenapa tidak tanya Oma kalau kamu mencarinya?"
" sudah, nanti kamu tanya saja sama nona cantik itu ya." setelah mengatakan itu pertunjukan Brian, Fira, dan Viza pun selesai. Semua orang bertepuk tangan Banu berdiri ingin menemui wanita itu.
"terimakasih kepada Brian Wisnu Jayker,Fira, dan juga princess Alviza Ozvick Omar DG."
Pembawa acara itu masih berbicara diatas panggung sedang Brian dan Viza berjabat tangan di bawah panggung.
" hai, aku Brian. Permainan biola mu sangat bagus".
Viza menyambut uluran tangan Brian dan Fira bergantian.
" aku Viza. Kalian juga sangat luar biasa, maaf aku menerobos ikut tadi. Aku sangat menyukai lagu itu. Dan ya, aku tiba-tiba terpanggil."
Mereka masih berbicara dan tiba-tiba Banu memeluk Viza dari belakang. Tubuh Viza kaku, dia pernah merasakan perasaan ini. Harum parfume ini, dan nafasnya tercekat saat suara itu menembus indra pendengarannya.
" aku mencintaimu, ku mohon jangan pergi begitu saja."
Beberapa pasang mata melihat mereka termasuk keluarga besar Derson yang sebagian ada disana.
" maaf, bisa anda melepaskan saya?"
Viza mengontrol deru nafasnya, entah kenapa dia ingin menangis. Mungkin karena merasa bersalah dengan pria ini. Brian sekarang tahu dimana dia melihat wanita ini. Ini adalah wanita yang fotonya selalu di bawa Banu kemanapun pria itu pergi. Suatu keajaiban, sepupunya itu mencari informasi kesana kemari tapi ternyata wanita yang dicari nongol sendiri tanpa diminta.
" maaf tuan bisa lepaskan pelukan anda?"
Viza berusaha sopan menghadapi Banu. Perlahan Banu melepaskan pelukan itu dan Viza memutar badannya. Dia tersenyum sopan dan menunduk. Sungguh anggun, sangat berbeda saat dulu dia bersama Banu. Saat itu Viza terkesan manja dan nakal. Tapi lihat wanita dengan dress warna peach bertali spageti ini begitu anggun dan cantik.
" kenalkan saya Viza, maaf saya pergi begitu saja kemarin. Saya ada urusan mendadak saat itu."
Banu mengangguk dan menyambut uluran tangan Viza.
" saya Banu, saya tidak menerima maaf kamu. Kecuali jika kamu mau pergi bersama saya."
Viza mengernyit, wajah Viza masih sama datar tapi anggun. Sangat berkelas, Fira bahkan geleng-geleng kepala melihat wanita satu ini.
" maaf tuan putri, anda dipanggil Oleh baginda Raja Zyan". Viza mengangguk kepada pelayannya itu.
" maaf saya permisi, ada yang harus saya urus."
Sebelum Viza benar-benar pergi Banu menarik tangannya. Didalam hati Viza dia sangat terkejut bertemu pria yang sudah menggoreskan kenangan indah di hatinya, tidak ada cara lain selain bersikap sewajarnya bukan. Dan inilah yang Viza lakukan, agar kedepannya dia bisa hidup seperti biasanya.
" Nona, bisakah nanti kita bicara?" permintaan Banu seperti hal nya ajakan kencan dari pria itu. Viza tersenyum sangat manis.
" panggil saja aku Viza, baiklah. Kau bisa menunggu sebentar?"
Tanya Viza dan Banu tersenyum mengangguk. Dia rela menunggu hingga besok jika perlu, dia benar-benar sangat butuh bicara banyak dengan wanita ini. Brian tersenyum melihat wajah Banu yang terlihat sangat cerah secerah lampu sorot di ballroom itu.
***
Banu akhrinya bisa berbicara lagi dengan wanita yang memblokir semua kinerja otaknya, dilihatnya Viza berdiri anggun. Wajah semanis madu dan juga menggemaskan, dan wanita ini sedang bersamanya saat ini.
" aku memimpikan mu terus belakangan ini. Apa kau mau bertanggung jawab?"
Viza tersenyum lagi sambil menggelengkan kepalanya. Viza sadar ada yang sedang memperhatikan interaksi mereka berdua. Dia lalu membisikkan sesuatu kepada Banu.
" bisa kita ketempat yang lebih privasi? Aku tidak ingin pembicaraan kita didengar orang lain". Banu mengangguk setuju dan setelahnya dia membawa Viza ke rooftop hotel ini. Udara dingin menyapa Viza dan Banu tahu itu, dia membuka jasnya lalu memakaikan ke Viza.
Viza menarik nafasnya dalam lalu mengeluarkannya perlahan. Tatapannya memandang Banu intens hingga Banu sepetti dihujam besi panas.
" katakan apa maksudmu membuat berita seperti orang hilang tentang ku di semua media sosial mu?"
Banu menggenggam tangan Viza, dia tahu wanita ini marah. Tapi dia tidak ada cara lain saat itu.
" apa kau gila membuat berita seperti itu?"
Banu diam agar Viza bisa mengeluarkan semua kekesalannya,
" apakah tidak jelas yang ku tulis di surat itu bahwa anggap saja selama seminggu kemarin kita hanya mengukir sebuah kenangan indah . untuk apa kau membuat berita hilang dan bahkan kau mengakatan mencintaiku ?? apa kau sudah gila huh ?" nafas Viza benar-benar seperti orang lari marathon. tapi Banu hanya tersenyum melihat Viza. perlahan dia mengambil lengan Viza dan menggenggamnya.
" kau sangat cantik. apalagi saat menarik nafas seperti ini, sungguh seksi." mata Viza melotot , pria ini benar-benar membuatnya muak.
" lepaskan tanganku, berlakulah sopan, aku ini seorang Putri. kau bisa dihukum karena menyentuhku."
" oh ya ? kau juga bisa dihukum karena menciumku tuan Putri." Banu memeluk Viza tapi Viza langsung mendorong tubuhnya. Viza mengarahkan jari telunjuknya kepadamen Banu.
" dengar, aku tegaskan jangan mengacau hidupku lagi. aku punya kehidupan yang ingin aku jalani dengan tenang. anggap saja kita hanya melakukan kencan semalam lalu melupakannya. layaknya pasangan lainnya yang melakukan hubungan semacam itu. aku sudah memiliki kekasih, jadi please menjauh dariku ."
cup......Banu tiba-tiba mencium pipi Viza, dan kali ini satu tamparan cukup keras mendarat dipipi Banu. Banu memegang pipinya tak percaya, lalu Banu tersenyum membuat Viza merinding.
" mudah sekali kau menyuruhku menjauh darimu setelah apa yang kau lakukan padaku nona ?" Viza mundur saat Banu maju mendekatinya. mata Banu tak terbaca dan Viza mulai sedikit takut.
" aku tidak melakukan apapun padamu b******k, menjauh lah dariku." Viza mendorong tubuh Banu. lagi-lagi Banu tertawa mengejek ke arah Viza.
" tidak melakukan apapun kau bilang ? kau mau tau apa yang sudah kau lakukan.?" Banu berjalan cepat mendekap Viza dan melingkarkan tangannya dipinggang wanita itu. Jarak mereka sangat dekat saat ini, bahkan Viza bisa dengan jelas mencium aroma mint dari nafas Banu.
" kau sudah memporak porandakan hatiku sebulan ini. Kau selalu membayang-bayangi hari ku, senyummu selalu dapat kulihat dan yang paling menyiksaku adalah...aku merindukanmu setiap harinya hingga saat ini. "
BERSAMBUNG...