6. Pagi Yang Buruk

1216 Words
Setelah sepanjang malam Banu memikirkan hal romantis yang akan dia lakukan di hari terakhir nya hari ini bersama nona manis nya, dan ya Banu akan menanyakan semua nya pagi ini. Dia akan bertanya nama wanita yang sudah memenuhi isi pikirannya selama lima hari belakangan ini. Banu merapikan kemeja biru muda yang dia kenakan didepan cermin, lalu tersenyum puas. Hari ini dia harus mengatakan semuanya, dia akan katakan kalau dia bukan tour guide. Sambil bersiul Banu berjalan menuju kamar Viza yang ada disebelahnya, diketut nya pintu itu masih dengan senyuman diwajahnya. Tapi setelah lima menit Viza tidak membuka pintu, Banu berinisiatif membuka pintu itu. Perasaan Banu mulai tidak tenang saat melihat tempat tidur yang rapi, lalu dengan ragu Banu masuk lebih dalam dan menemukan sebuah foto diatas meja dekat lampu tidur. Itu foto dirinya dan Viza saar berada di Nusa dua, wajah mereka tampak bahagia saat itu. Lalu Banu mengambil surat yang juga ada disana. Hai.... Saat kau menemukan surat ini, mungkin aku sudah tidak ada disana. Aku memutuskan kembali subuh ini, aku membuat kesalahan. Aku minta maaf karena sudah mengira kamu Bang Angga tour Guide yang sudah dibayar untuk menemaniku selama di Bali. Aku tidak tahu harus bagaimana mengatakan maaf kepadamu. Tapi aku sangat berterimakasih, setidaknya aku pernah memiliki pengalaman indah bersama seorang pria yang sangat tampan dan juga baik. Kuharap kau mau memaafkanku, dan kita anggap saja selama hampir seminggu ini kita memiliki sebuah kenangan yang indah. Terimakasih.... My Tour Guide. Banu meremas surat itu dan dia keluar kamar dengan terburu-buru menuju receptionist. Sesampainya disana Banu langsung menanyakan kapan terakhir mereka melihat Viza keluar. Dan jawaban pegawai hotel itu benar-benar membuat Banu kacau. Viza keluar jam empat subuh, dan dia kecolongan. Mengejar ke Bandara pun tidak ada gunanya, wanita itu pasti sudah pergi jauh saat ini. Banu kembali menuju kamarnya dengan lesu, diperiksanya ponselnya mana tahu ada pesan dari Viza. Tapi nihil, mereka bahkan tidak meminta nomor ponsel masing-masing. Banu menghempaskan tubuhnya di tempat tidur dan menutup matanya. Seperti ada sebuah batu dijantungnya hingga membuat dia merasa susah bernafas saat ini. Setelah berpikir lama akhirnya Banu memilih melupakan semuanya, mungkin benar apa kata nona itu. Anggap saja semua yang terjadi adalah salah satu kenangan manis dihidup mereka. Banu memilih kembali ke Jakarta saat itu juga, karena lusa dia harus kembali bekerja. ***** Banu masuk ke kamarnya sambil memainkan ponselnya, dia mencari-cari kemungkinan ada wajah wanita yang membuatnya merasa sesak seperti sekarang ini. Baru saja Banu merebahkan tubuhnya mamanya sudah masuk dan mengambil posisi duduk di sofa kamarnya. " duh... Pilot ganteng mama udah pulang. Katanya mau liburan di Bali trus langsung kerja lagi." mamanya mencoba mengintrogasi Banu, sementara yang diintrogasi memperlihatkan wajah kusutnya. " Ma, Bella udah ke rumah sakit ya?" Mamanya mengangguk dan Banu mulai duduk, dia menunjukan selembar foto yang dia simpan di saku belakang celananya. Wajah mama nya terlihat terkejut. " ampun deh, cantik banget ini. Kamu kenal wanita ini dimana? Kok gak bawa kerumah sih?" Banu hanya bisa tersenyum miris. Dia kembali tiduran sambil menutup wajahnya dengan bantal. " ya ampun wajah nya cantik banget, mama kayak lihat bidadari ini. Ini pacar kamu, atau dia artis kamu lagi minta foto sama dia." " ma please...., Banu gak segila itu untuk minta foto sama artis. Banu suka dia ma." Mamanya tertawa sambil memegang perutnya. " dan wanita ini ninggalin kamu." Banu langsung membuang jauh bantalnya. Bagaimana mamanya bisa tahu. " karma kamu itu" mamanya kembali tertawa. Dan wajah Banu semakin suram. Selama ini dia memang selalu meninggalkan wanita-wanita yang menggilainya, dan sekarang dia yang ditunggalkan. " ah kamu gini aja cemen banget sih. Kalau kamu suka nya pake banget ya temuin dia kerumahnya, kalau kamu gak suka-suka amat ya lupain. Tapi pasti kamu suka banget kan?" Belum Banu menjawab mamanya sudah menjawab sendiri. " jelas la suka banget ya, orang cantik bagai bidadari gini." Banu kesal dengan mamanya yang sedang menggodanya, apa mamanya tidak tahu kalau dia hampir putus asa hari ini. *** Sebulan berlalu, awalnya Banu mencoba tidak lagi mengingat wanita yang begitu berkesan dikenangannya, tapi tidak bisa. Saat dia sendiri atau sedang tidak bekerja hanya senyuman wanita itu yang terus menghantuinya, Banu seakan hanya melihat wajah wanita itu disetiap dia memejamkan ataupun membuka mata. Mencari wanita itu mustahil bagi Banu karena dia tidak tahu apapun tentang wanita itu. Hari ini dia baru saja menyelesaikan tugasnya membawa burung besi dan Brian sudah menunggunya. Brian terlihat tertawa melihat wajah kusut Banu, sedang Banu mencoba mengacuhkan wajah tengil Brian. " loe bisa berhenti gak ngejek gue." Brian mencoba diam karena wajah serius Banu. Bisa gawat kalau Banu ngamuk. " loe udah kayak mayat hidup tau gak. Gak ada ekspresinya. Kasian tu pramugari-pramugari yang ngefans sama loe." Banu hanya diam dan melihat ponselnya lagi. " loe kayaknya jatuh cinta ya sama si wanita misterius loe itu." Banu masih diam. Dia tahu mamanya sudah bercerita tentang dirinya ke keluarga besar mereka saat acara makan bersama minggu kemarin. " loe juga sih aneh, kenapa gak tanya nama kek minimalnya. Ini loe seminggu sama tuh bidadari udah loe ciuman tiga kali tapi loe gak tau namanya." Nah kalau yang ini Banu lah bercerita kepada Brian dan Bian, minus Bella yang terlalu ember akan bercerita kepada mamanya. Bisa gawat kalau mamanya tahu Banu main cium-cium anak orang. " mau gue bantu cari? Siapa tahu dia salah satu model atau apalah diluar negri sana." Banu menggeleng, masalahnya memang Banu sangat kacau setelah kejadian ditinggal wanita misterius itu, tapi Banu belum yakin tentang perasaanya. Dia tidak yakin kalau dia segila ini hanya karena satu wanita. " jangan tunggu tuh wanita misterius dilamar orang baru loe nyari ya. Entar kisah loe mirip lagu Michele learns to rock 25 minutes to late." Lalu menggemalah lirik lagu itu ditelingan Banu, membayangkannya membuat Banu merinding. s**l sekali jika nasibnya seperti itu. Dia ini pilot ganteng, tajir, dan tampan. Sangat tidak keren kalau dia mengalami kisah buruk itu. " saat loe cium Fira apa loe ngerasain getaran aneh dihati dan seluruh tubuh loe?" pertanyaan Banu membuat Brian tersenyum. " loe tau Fira bukan wanita yang bisa gue cium-cium sesuka setan yang ada ditubuh gue kan," Banu mengangguk, apa yang dikatakan Brian memang benar. Fira kekasih Brian bukan wanita seperti itu. " tapi gue memang pernah cium dia," mata Banu melotot. Munak banget ini Brian, katanya gak pernah cium-cium. " tenang, gue dan Fira pernah melakukannya dua kali. Dan loe tahu, rasanya gue gak bisa berhenti. Rasa bibir Fira terus menghantui gue, tubuh gue bahkan aliran darah gue rasanya gak normal saat gue cium Fira. Dan ini baru pertama kali gue rasain. Tepat,.... Itulah yang Banu rasakan saat mencium Nona manisnya itu. Mungkin Banu harus mencari keberadaan Nona manisnya itu, dari pada dia menyesal nantinya. Tapi dia bisa mulai dimana mencari wanita itu, nama saja tidak tahu. " gimana cara gue menemukannya. " kata Banu menutup matanya. Ada beban berat dipundaknya yang membuat dia susah bernafas. Untungnya Banu masih bisa berkonsentrasi saat membawa nyawa banyak orang beberapa minggu ini. " gampang, kita ke tempat Mas Bian sekarang. Minta dia hubungi detektif yang biasa keluarga kita pakai. " Banu mengangguk antusias. Dia akan secepatnya bertemu dengan wanita misterius itu dan meminta wanita itu untuk menjadi kekasihnya. Untuk meminta menjadi kekasih saja harus memakai jasa detektif, apalagi nanti saat mengajak menikah. Batin Banu sedikit lucu dengan pemikirannya. BERSAMBUNG...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD