Nada 4.
Nada menitikkan air matanya, frustasi tentu saja! Azzam sama sekali tak mau menerima penjelasannya dan tetap kekeuh menuduh Nada yang menjebak dirinya, Azzam bahkan akan melaporkan Nada ke polisi karena telah menjebaknya. Nada bukannya takut kalau Azzam membawa masalah ini kantor polisi, dia tak mau urusannya menjadi panjang, Siapa yang akan percaya kalau dia mengatakan dia mendengar ucapan seseorang yang ingin menjebak Azzam? Apalagi dia sendiri yang sengaja mendatangi kamar Azzam.
Nada tak memiliki bukti untuk mendukung pernyataannya. Nada juga tak ingin nama baiknya tercemar dan hubungan baiknya dengan Nadhifa menjadi berantakan. Bukan hanya Nadhifa, mungkin ketiga temannya juga akan ikut memusuhinya kalau mereka sampai tahu kejadian ini. Mereka pasti akan lebih mempercayai Azzam yang mengatakan kalau dia menjebak gadis itu. Nada merasa lebih baik merahasiakan semua ini dari mereka.
Kini Nada menyesal telah menyelamatkan Azzam karena dia sendiri yang menerima akibatnya. Kehilangan keperawanannya dan masih ditambah Azzam yang malah membencinya. Tanpa kata Nada memunguti pakaiannya yang telah koyak dan memakainya dengan cepat. Nada merasa miris karena pakaian yang dikenakannya sama sekali tak menutupi tubuhnya karena robekannya cukup luas.
“Terserah Kak Azzam mau percaya atau tidak, aku hanya berusaha menolong Kak Azzam,” Nada berkata datar, saat ini segala kekagumannya pada Azzam luntur begitu saja.
“Tak perlu banyak alasan, Nad. Kamu sengaja menjebakku karena aku akan segera menikah dengan Dhifa, kan? Kamu frustasi karena itu kamu melakukan ini,” suara Azzam tak kalah dinginnya membuat Nada serasa membeku.
“Aku akui, selama ini aku memang suka kak Azzam tapi aku cukup sadar diri, kok. Aku bukan siapa-siapa di mata Kak Azzam, dan kalau bukan karena pertemananku dengan Nadhifa, mana mungkin aku akan mengenal kakak. Sama sekali tak terpikir olehku untuk merebut kakak dari Dhifa, bagiku mencintai kakak dalam diam tanpa perlu memiliki sudah cukup,” Nada mengusap air matanya kemudian mendongak menatap Azzam yang tengah menatapnya dengan tatapan mengerikan.
“Aku tahu Kakak sangat mencintai Dhifa dan aku selalu mendoakan kebahagiaan kalian. Tapi mungkin mulai hari ini, aku akan berhenti mendoakan kalian, aku juga berharap Kak Azzam tak lagi merasa bahagia dalam hidup kakak,” lanjut Nada dengan penuh kebencian.
Azzam hanya bergeming di tempatnya dengan tatapan yang begitu menusuk.
“Aku juga tak akan meminta tanggung jawab , Kak Azzam. Mungkin ini memang takdirku. Kalau nanti aku hamil, aku tak akan meminta pertanggungjawaban Kak Azzam dan aku akan pergi sejauh mungkin yang aku bisa dari kehidupan Kak Azzm, “
Nada segera menyambar jas milik Azzam untuk menutupi tubuhnya yang tak tertutup oleh pakaiannya sendiri yang telah koyak dan memakainya sembari berlari dengan cepat keluar dari kamar. Nada tak dapat menahan air matanya dan sambil menahan rasa sakit di bagian bawah tubuhnya, Nada meninggalkan tempat itu.
***
Sudah dua minggu sejak kejadian malam itu, Nada lebih banyak mengurung dirinya di dalam kamar, dia selalu menghindar setiap kali sahabatnya mengajaknya hang out seperti biasa. Nada tetap membalas panggilan telepon mereka atau berkomentar di grup chat mereka yang hanya terdiri dari lima orang itu. Meski dia merasa hancur dia tak ingin teman-temannya tahu apa yang terjadi padanya terutama Nadhifa. Dia tetap berusaha tetap ceria saat mengobrol dengan mereka melalui panggilan maupun chat karena tak ingin mereka curiga dan bertanya apa yang terjadi padanya.
Nada selalu selalu menolak untuk bertemu dengan salah satu atau mereka semua berdalih sedang banyak pekerjaan di restoran tempatnya bekerja padahal hingga saat ini dia menganggur dan dia belum berniat untuk berusaha mencari pekerjaan lain meski dia membutuhkannya. Hari itu setelah pergi dari kamar tempatnya dan Azzam menghabiskan malam bersama, nada dipecat dari tempatnya bekerja karena dia meninggalkan pekerjaan tanpa memberi kabar sebelumnya. Dia memang hanya pamit pada Rafael kalau dia Cuma sebentar Ya, tadinya Nada mengira dia tak butuh waktu lama untuk bicara dengan Azzam kalau ada yang berusaha menjebaknya. Nada tak menyangka Azzam sudah berada dalam pengaruh obat dan membuatnya tak bisa pergi. Nada tak berpikir Azzam akan memaksanya melakukan hal itu sepanjang malam dengan brutal hingga dia kelelahan dan tertidur.
Nada tak mengerti kenapa dia bisa menerima kesialan yang bertubi-tubi hanya karena ingin menolong seorang Azzam yang bahkan sama sekali tak pernah memiliki perasaan padanya. Azzam yang hanya mencintai Nadhifa dengan segala kebucinannya yang sering kali membuatnya iri.
Hari ini Nada tak lagi bisa menghindar lagi saat Nadhifa menjemputnya di tempat kos. Nadhifa sengaja menjemputnya karena hari ini adalah ulang tahun Nada dan seperti tahun-tahun sebelumnya mereka akan merayakan bersama karena itu mereka memaksa Nada untuk menghadiri perayaan untuknya.
“Ya ampun, Nad, kenapa berantakkan begini?” complain Nadhifa begitu memasuki kamar Nada.
Dia merasa heran kamar yang biasanya rapi dan selalu wangi itu terlihat berantakan, ada banyak bungkus makanan yang tercecer di ruangan itu dan yang lebih mengejutkannya kondisi Nada yang tak kalah berantakannya seperti kondisi kamarnya. Nada duduk dengan malas di kasurnya dengan rambut yang juga berantakan.
Dengan cepat Nada tersenyum dan menghapus air matanya agar Nadhifa tak makin curiga.
“Kamu kenapa jorok begini?” Nadhifa memunguti bungkus makanan yang tersebar di lantai dan memasukkannya ke kantong plastic dan meletakannya di sudut ruangan. Nadhifa memang sebaik itu, pantas saja Azzam sangat mencintainya.
“Kenapa kamu kelihatan sedih begitu, Nad?” Nadhifa duduk di samping Nada dan memegang tangannya.
“Gak papa, Cuma sedikit pusing saja, kok,” dusta Nada. Tak mungkin kan dia bilang pada Nadhifa kalau Azzam memperkosanya dan menuduhnya telah menjebaknya?
“Aku yakin kamu lagi punya masalah, kalau Cuma pusing kamu gak akan seberantakan ini, Spill, dong,”
“Gak papa, Dhif, sungguh,” Nada menggelengkan kepalanya sambal tersenyum.
“Aku yakin kami lagi ada masalah, aku tahu siapa kamu, Nad, Jadi kamu gak akan bisa membohongiku,”
Tenggorokan Nada tercekat, dia tahu dia tak bisa menyembunyikan sesuatu pada Nadhifa tapi dia tak mungkin mengatakan apa yang terjadi pada Nadhifa. Nada tak bisa membayangkan bagaimana reaksi Nadhifa kalau dia tahu apa yang terjadi.
“Eh... sebenarnya aku dipecat dari tempatku bekerja, aku pengangguran sekarang, huuu,” Nada memeluk Nadhifa dan menumpahkan kesedihannya. Pada kenyataannya di amemang dipecat dari pekerjaannya meski yang menyebabkan kesedihannya bukan hal itu.
Nadhifa balas memeluk Nada, meski menurutnya sikap Nada agak berlebihan tapi dia mempermasalahankannya dan menghiburnya. Nadhifa kemudian membujuk Nada untuk merayakan ulang tahunnya dengan teman-teman mereka seperti biasa. Berkat bujukaan Nadhifa akhirnya Nada bersiap pergi bersama Nadhifa dan teman-teman mereka.
***