1. Lamaran Untuk Nadhifa
Nada 1. Lamaran.
Suara tawa dari tiga orang gadis yang mengelilingi sebuah meja di sebuah ruangan privat segera saja terhenti saat tatapan mereka tertuju pada satu titik. Seorang lelaki tampan berjalan ke arah mereka dengan buket bunga di tangannya. Hari ini mereka tengah merayakan ulang tahun Nadhifa dan seperti biasanya mereka akan merayakannya secara sederhana dengan makan-makan berempat bila salah satu dari mereka berulang tahun. Bedanya selama tiga tahun terakhir ini ada seorang laki-laki yang ikut merayakan acara ulang tahun Nadhifa. Dan laki-laki tampan itu adalah kekasih Nadhifa, Azzam.
Nada menunduk, mengalihkannya tatapannya dari wajah laki-laki yang selama tiga tahun ini menjadi kekasih sahabatnya. Sejenak kemudian Nada kembali mengangkat wajahnya dan mencoba tersenyum pada laki-laki yang telah mengisi hatinya sejak Nadhifa memperkenalkan mereka tiga tahun yang lalu saat laki-laki itu pertama kalinya merayakan ulang tahun Nadhifa bersama mereka.
Nada sadar perasaannya salah karena mencintai kekasih sahabatnya karena itu dia berusaha menyembunyikan perasaannya. Baginya cinta tak harus memiliki, baginya melihat kebahagiaan Azzam bersama Nadhifa sudah cukup baginya. Nada bahkan selalu berdoa agar keduanya selalu bersama dan bisa melangkah lebih jauh dalam hubungan mereka.
Nada tak mau perasaannya pada Azzam akan membuat hubungannya dengan Nadhifa dan kedua sahabatnya yang lain akan berantakan. Nada berusaha bertahan berada di sekitar mereka agar mereka tak curiga dengan apa yang dirasakannya meski dia harus menahan nyeri setiap kali melihat kemesraan Nadhifa dan Azzam seperti saat ini tapi dia tak pernah ingin memisahkan mereka.
Azzam terlihat mempesona dengan tuxedo yang dikenakannya. Rambutnya yang disisir ke belakang membuatnya terlihat semakin tampan.
“Selamat ulang tahun, Sweetheart,” ujar Azzam sambil menyerahkan buket bunga yang dipegangnya dan mencium pipi Nadhifa dengan mesra.
“Thanks, honey,” Nadhifa tersenyum manja dan bergelayut mesra di lengan Azzam dan mengajaknya duduk.
Seperti biasa, Azzam segera menyapa ketiga sahabat kekasihnya dengan ramah. Azzam memang tipikal orang yang hangat pada kekasihnya dan ketiga sahabatnya. Laki-laki itu juga selalu memanjakan Nadhifa membuat siapapun yang mengenal mereka akan merasa iri.
Nada juga tak tahu bagaimana dia bisa menyukai kekasih sahabatnya. Mungkin karena sikap Azzam yang selalu menghargai sahabat-sahabat Nadhifa dan tidak menganggap mereka sebagai pengganggu saat dia sedang bersama.
Nadhifa mengajak Azzam duduk di sampingnya. Mereka kemudian mengobrol dengan heboh seperti sebelumnya. Azzam seperti biasanya ikut larut dalam pembicaraan mereka.
Dua orang pelayan datang membawa aneka hidangan yang mereka pesan. Mereka segera menyantap hidangan sambil mengobrol dan bercanda. Tiba-tiba seorang pelayan mendorong sebuah troli dengan sebuah kue tart di atasnya ke dekat meja kami. Kue ulang tahun dengan bentuk sepatu dan tas wanita itu terlihat sangat cantik, terdapat banyak lilin kecil yang ditancapkan di atasnya.
Nadhifa tampak terharu, biasanya tak pernah ada tart dalam perayaan ulang tahunnya maupun ketiga sahabatnya. Mereka biasanya akan melewatkan waktu bersama denga makan-makan sepuasnya dan bercanda karena itu dia terlihat sangat bahagia dengan kejutan yang diberikan kekasihnya.
“Ayo, make a wish, sweetheart,” kata Azzam sambil tersenyum lebar. setelah pelayan menyalakan lilin-lilin diatas kue ulang tahun Nadhifa.
Nadhifa menutup mata dan mengucap keinginannya didalam hati kemudian meniup lilin-lilin itu dan menyisakan dua batang lilin yang tetap menyala hingga dia meniup ulang lilinnya. Ternyata tak hanya kue ulang tahun yang menjadi kejutan bagi Nadhifa.
Setelah kembali mengucap selamat dan mencium kekasihnya, Azzam kemudian berlutut di atas salah satu lututnya dan membuka sebutan kotak beludru berwarna merah di hadapan Nadhifa membuat gadis itu terlihat sangat bahagia.
“Menikahlah denganku, sweetheart,” suara maskulin Azzam menggetarkan Nadhifa dan ketiga sahabatnya. Wajah Nadhifa terlihat bahagia dengan rona merah di pipinya yang membuatnya terlihat makin cantik.
Nadhifa langsung mengangguk mendengar permintaan Azam. Dia sangat bahagia karena akhirnya Azzam melamarnya. Azzam segera berdiri sambil tersenyum bahagia dan segera mengambil cincin di kotak itu kemudian menyematkannya di jari manis Nadhifa. Mata Nadifha berkaca-kaca saat Azzam mencium jemari, dia sama sekali tak menyangka Azzam akan melamarnya malam ini dalam suasana yang romantis meski ada ketiga temannya.
Nada dan kedua temannya segera mengucap selamat pada Nadhifa. Nada memeluk Nadhifa dan ikut merasa bahagia, dia berusaha untuk tidak merasa iri karena dia tahu Azzam memang milik Nadhifa.
Ketiga orang itu kemudian menggoda Nadhifa dan Azzam dan berfoto-fito bersama untuk mereka unggah di media sosial milik mereka masing-masing.
Setelah hampir dua jam berada di restoran itu, mereka akhirnya pulang. Nada pulang bersama Azzam dan Nadhifa yang memang satu arah dengannya. Azzam menghentikan mobilnya di dekat gang menuju tempat kontrakan Nada.
“Makasih, Kak. Makasih, Dhif,” ucapnya sembari membuka pintu mobil.
“Hati-hati, Nad,” balas Nadhifa sambil tersenyum sementara Azzam hanya menganggukkan kepalanya.
Nada menutup pintu mobil setelah menjejakkan kakinya di tanah, dengan senyum di bibir, Nada melambaikan tangannya pada Nadhifa dan Azzam hingga mobil putih milik Azzam meninggalkan tempat itu. Nada melangkah gontai menuju kontrakannya.
Nadhifa membuka pintu kontrakannya dan memasukinya. Setelah menutup kembali pintu kontrakannya, Nada menuju ke satu-satunya kamar yang ada di tempat itu. Nadia merebahkan tubuhnya di atas kasur, dia merasa sangat lelah.
Tak seperti ketiga sahabatnya yang berasal dari kaum the have, Nada berasal dari kalangan biasa saja bahkan bisa dibilang dia berasal dari kalangan bawah karena dia dibesarkan sebuah panti asuhan tanpa tahu siapa bapak dan ibunya. Beruntungnya ketiga sahabatnya bisa menerimanya dengan baik. Mereka tak memperdulikan latar belakang Nada yang hanya seorang yatim piatu.
Nada menekan dadanya saat teringat kembali adegan saat Azzam mencium Nadhifa. Mengingat hal itu membuatnya merasa sesak. Nada menghirup udara sebanyak-banyaknya untuk mengisi dadanya dan tersenyum meski dia tahu yang tampak di wajahnya hanyalah sebuah seringai. Nada mencoba mengusir bayangan itu dengan mencoba memikirkan hal lain tapi tak berhasil, wajah mempesona Azzam malah terasa menggodanya. Seharusnya dia tak perlu sakit hati melihat hal itu karena Azzam tak memiliki hubungan apapun dengannya. Dari awal Azzam hanya mencintai Nadhifa dan dialah yang terlalu lancang mencintai kekasih sahabatnya itu. Azzam pun tak pernah sedikitpun tertarik padanya.
Nada menghembuskan nafas dengan kasar. Harusnya sejak awal dia mematikan rasa itu dan bukannya membiarkannya semakin berkembang dalam diam. Nada memejamkan matanya dia harus memadamkan perasaannya pada Azzam mulai saat ini dan mengikhlaskannya bahagia bersama sahabatnya.
Nada berusaha mensugesti dirinya, dia mengulang-ulang kalimat itu di hatinya hingga dia terlelap
***