MCKR 21 – Gara-Gara Video

1060 Words
Di saat teman-teman Haura tengah gencar-gencarnya menentukan jenis lomba yang akan mereka ikuti, Haura justri hanya bisa bersandar di tiang Masjid sambil mengeluarkan ponselnya. Haura sebenarnya bukanlah tipikal orang yang suka bermain ponsel namun karena sata ini dia tidak mau dianggap aneh oleh teman-temannya sehingag dirinya pun memutuskan untuk bermain posel. Dia pun memutuskan untuk mengunduh aplikasi tiktik dan melihat video-video yang muncul di berandanya. Namun, Meski dia tengah memutar video. Namun dia cukup tahu diri di mana dia berada jadi jadi dia sudah menghilangkan suaranya (mengecilkan volume hingga tidak ada suara). Haura menlirik teman-temannya sekilas, “Pada niat-niat amat sih,” gumamnya pelan. Lalu Haura pun kembali fokus pada ponselnya. Jarak antara dirinya dengan teman-temannnya yang bergerombol adalah sekitar dua meter. Haura memang sengaja menjauh karena dia tidak berniat untuk mengkuti lomba. Dia bahkan tidak mau kalau misa diajak untuk ikut menjadi ti hore. Bagaimana pun dia dtaang ke Rohis hanya ingin menepati janjinya kepda Bu Lis dan Albie saja. Hanya sekadar datang tidak untuk mengikuti lomba seperti ini. Malas betul rasanya bagi Haura. Saat dia tengah men-scroll video di apk tersebut tiba-tiba dirinya pun disuguhnkan dengan pemandangan video yang tak senonoh. Haura pun langsung terkejut setengah mati. Namun, sialnya, pada sat aitu juga ponselnya di ambil oleh seseorang. Haura benar-benar panik dan terkejut saat ini. Dia takut kalau orang yang mengambil ponselnya menganggapnya sebagai siswi m***m. Haura benar-benar tidak sengaja. Dia benar-benar tidak tahu kalau akan muncul seperti itu. Haura yang semula tengah duduk bersandar langsung bangkir dan mencoba meminta ponselnya, Namun, saat dia mendongak ternyata ponsel itu sudah berada di tangan Albie. Gawat! Hana itu yang terlintas di benak Haura. Albie tengah mengonton video itu. “Balikin!” kata Haura. Semua perhatian semua orang kini tertuju pada Albie dan Haura. Seketika jantung Haura pun berdegub dnegan snagat kencang. Haura kini merasa takut kalau Albie akan mengatakan pada smeua orang kalau dirinya m***m. Padhala tidak sama sekali. Dia saja baru mengunduh apk tersebut dan dia benar-benar melihat video-video yang lewat fyp di apknya Dia mana tahu kalau akan muncul tayangan seperti itu. Semua orang manatap Haura seakan bertanya kepada Haura mengenai apa yang terjadi. Haura menoleh pada Albie. Jantungnya berdegub dnegan snagat kencang. Haura memanglah sangat tidak keberaakan kalau Albie berpikir kalau dirinya m***m. Namun dia merasa ssnagat keberatan kalau teman-temannya yang lain juga berpikir demikian. “Ikut saya!” kata Albie. Albie sengaja mengunci layar Haura dan langsung mengangkat serta menggoyangkan ponsel Haura. Kini semua orang pun mengira kalau Haaura ketahuan bermain ponsel ketika sedang dalam forum. Sebenarnya, kalau ponsel digunakan untuk hal-hal yang sifatnya penting, Abie tidak akan marah. Semua orang pun mulai berpikir kaau Haura memang habis bermain ponsel sehingag kethuan dan harus diperingati langsung oleh ketua rohis. “Saya tinggaal dulu sebentar!” ucap Albie. Caya tak berrani menatap Richo yang juga mrasa penasaran dengan apa yang terjadi. Jadia dia terus mengamati Haura. Haura yang sebenanrya menyadari tatapan itu pun hanya bisa mengabaikannya juga. Lagi pula ntuk saat ini rasanya dia tidak memeprlukan untuk itu. Albie pun langsung pergi meninggalkan Haura dan mengisyaratkan kepada Haura agar mengikutinya dari belakang. Karena tidak memiliki pilihan lain, akhirnya Haura pun lebih memilih untuk mengekori Albie saja. Ntah apa yang hendak Albie katakan namun ssepertinya Albie akan memarahinya. Meski begitu, setidaknya ahura merasa lega karena Albie tidak memarahinya di depan semua orang, melainkan memarahinya dengan cara membawanya pergi terlebih dahulu. Haura menyeret kakinya dengan malas. DUG! Tak sengaja Haura yang memang tidak mengontrol dirinya langsung menabrak punggung Albie yang tiba-tiba berhenti mendadak di depannya, “Duh, bisa gak sih kalo mau berhenti bilang dulu. Sakit tau,” kata Haura sambil memegangi dahinya yang memang terkena punggung milik albie. Albie pun langsung berbalik dan menggelengkan kepalanya, “Makanya fokus.” Kara Albie. Haura hanya bisa mengerucutkan biirnya. Albie langsung mengambil jarak agara tidak terlalu dekat dengan Albie. Seketika Haura pun langsung membuang pandangannya, dia merasa malu, lagi ... dia merasa takut dibilang perempuan m***m padahal dia bukan bermaksud seperti itu. Lagi pula kalau Haura itu anak yang m***m, di tentulah tahu situs-situs video yang jauh lebih parah dari apa yang muncul di fyp-nya. “Ini apa?” tanya Albie. “Itu tuh tadi kan gue …” kata Haura. “Aku.” Ralat Albie. Haura langsung menggaruk kepalanya. Apakah dia harus kembali mengatakan aku kepada Albie? Haura tidak mengerti namun saat ini dirinya haanya bisa menurut saja dari pada dia dilaporkan oleh Albie ke guru. Dia tentu tidak akan mau kalau hal itu smapai terjadi. “Iya, aku tadi bosen liat anak-anak. Aku nggak mau ikut lomba, jadi karena bingung ya aku download tiktik, trus aku liat video-video yang muncul. Dna aku gak tau kalau ada video kayak gitu lewat juga.” Terang Haura. “Ada tiga kesalahan yang kamu lakukan hari ini,” kata Albie. “Kok tiga?” protes Haura. “Pertama, kamu bermain ponsel sata ekskul sedang berlangsung.” Terang Albie. “Ekskul apa, kita kebanyakan mengobrol.” Celetuk Haura pelan. “Kedua, kamu tidak mau mengikuti lomba.” Terang Albie. “Kan nggak diwajibin.” Celetuk Haura agi. “Dan ketiga apapun alasannya kamu tetap menonton video itu.” Terang Albie. “Aku nggak nonton! Itu muncul sendiri! Sumpah deh aku nggak bohong,” kata Haura. “Kan bisa langsung kamu skip. Tapi kamu nggak skip tuh,” jawab Albie. Haura mengepalkan tangannya, dia benar-beanr kesal saat ini namun apa yang dikatakan oleh Albie tidak sepenuhnya salah namun Haura kembali memikirkan jawaban, “Yak an, w-waktu aku mau skip hapenya keburu diambil sama Kakak,” kata Haura yang masih memiliki pembelaan. Bagaimana pun sebagai remaja normal. Dipungkiri atau tidak Haura memang penasaran namun dia juga takut. Tapi Haura tidak salah, dia memang hendak men-skip video itu namun ponselnya keburu berpindah tangan kepada Albie jadi dia tidak bisa melakukan apapun. “Haura …” panggil Albie. Haura melirik Albie sekilas. “Kenapa?” tanya Haura. “Mau dapet hukuman dari saya atau saya adukan ke pembina?” tanya Albie. Mau tak mau Haura langsung melotot begitu saja. Dia tentu tidak akan pernah mau kalau kasus itu sampai ke pembina. Bisa panjang urusannya. Iya, kalau dia hanya di hukum, kalau teman-temannya tahu? Argh, Haura tidak bisa membayangkan bagaimana jadinya. “Dari kakak,” kata Haura. Albie tersenyum tipis tak ketara yang tidak terlihat oleh Haura. Haura di tempatnya tak berhenti mengaduh. Dia takut kalau hukuman itu berat.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD