Hari seninpun tiba, seperti apa yang dikatakan oleh Haura pada Jumat lalu kepada Albie, dia pun memilih untuk tidak datang ke ekskul yang tengah dia ikutinya itu. Dia merasa tidak mau datang karena dia tahu kalau di Masjid, ada Richo yang bisa kapan saja membuatnya takut.
Terlebih Haura merasa marah kepada Albie yang begitu saja menerima laki-laki ular seperti Richo. Ntah bagaimana Richo bisa meyakinkan Albie sampai Albie bisa percaya begitu saja pada ucapan Richo.
"Gue duluan ya, Ra?" kata Indah yang mengira kalau Haura akan ikut kegiatan rohis hari itu.
"Eh, tunggu, gue ikut!” seru Haura.
"Loh, kok ikut? Emang lo gak rohis?" tanya Indah.
"Enggak. Mulai hari ini gue nggak mau ikut ekskul itu lagi. Bener kata lo, Ndah, mending pulang,” jawab Haura.
Indah sedikit terkejut dengan apa yang dikatakan oleh Haura. Pasalnya, selama ini, Haura paling semangat kalau mau ikut rohis, walaupun tujuan kedatangannya bukan untuk menuntut ilmu Agama Islam melainkan untuk menikmati ketampanan seorang Albie.
Namun, tidak apalah yang penting Haura merasa senang, lagi pula siapa tahu Haura berubah dan menjadi manusia baik lewat mengikuti kegiatan-kegiatan yang diikut.
Indah langsung menempelkan punggung tangannya di dahi Haura. Dia mencoba mengecek suhu tubuh Haura. Dia ingin tahu apakah Haura memang sakit atau tidak. Dan dia pun tidak mendapati suhu tubuh Haura tinggi.
"Lo sakit, Ra?" tanya Indah.
"Sialan lo, waras tau gue. Sehat wal afiat,” kata Haura sambil berdecak sebal. Lagi pula siapa juga yang tidak merasa marah kalau dikatakan sakit disaat sehat.
Terlebih kata 'sakit' yang dimaksud oleh Indah adalah sakit mental alias gila.
"Kok tumben, kenapa lo tiba-tiba keluar?" tanya Indah.
"Ya nggakpapa, gue mau keluar aja. keluar masuk eskul itu hal yang biasa kan?" tanya Haura.
"Bentar, ini semua karena Bang Albie kan? Hahaha ditolak Bang Albie lo ya?" pertanyaan Indah. Penuh ejekan.
Haura yang mendengar apa yang dikatakan oleh Indah hanya bisa salah tingkah dan berusaha sebisa mungkin untuk menyangkalnya. Dia tidak mau kalau Indah tahu apa yang terjadi.
Ditolak Albie, apakah betul itu yang terjadi? Ntahlah. Haura tidak memiliki jawaban untuk itu.
"Enak aja lo ditolak, gue tuh nggak pernah ya ditolak. Gue cuma mundur aja, Bang Albie nggak asik, bener kata lo,” kata Haura.
Indah yang mendengar apa yang dikatakan oleh Haura hanya bisa terkekeh saja. Dia tidak menyangka kalau Haura bisa secepat itu move on dari Albie. Padhaal belum sampai tahap jadian, namun Haura sudah merasa patah hati. Haura yang malang. Setidaknya itulah yang ada di dalam kepala Indah hari ini.
"Gak percaya gue. Gimana rasanya? Hahahaha." Indah terus menertawakan Haura.
"Lo tuh jahat banget sih, Ndah. Temennya lagi kesusahan malah diketawain terus. Lo tuh temen atau bukan sih sebenernya?" tanya Haura kesal.
Namun, meski terlihat sangat kesal. Indah sangat tahu Haura, Haura tidak benar-benar saat mengatakannya.
"Yaudah-yaudah, karena temen gue ini lagi patah hati jadi gue memutuskan untuk ngajak lo jalan-jalan. Ayo, gue traktir makan eskrim deh,” kata Indah pada akhirnya.
Mendengar tawaran yang ditawarkan oleh Indah membuat Haura merasa sangat bahagia. Dia tidak perlu berpikir dua kali untuk menyetujui ajakan sahabat barunya itu.
"Mauuu, ayooo!” kata Haura dengan penuh rasa semangat yang membara.
Haura langsung mengapit tangan Indah dan membawa Indah pergi dengan semangat. Indah hanya bisa tertawa, "Kok gue kesannya setan banget ya kalo ngajak lo bolos rohis gini? Hahaha,” kata Indah yang mengakui.
“Ya kan lo dari awal emang setan, Ndah.” Celetuk Haura.
“Sialan, lo!” kata Indah sambl mengerucutkan bibirnya.
Haura hanya bisa terkekeh begitu saja.
Sebenarnya apa yang dikatakan oleh Indah ini bukan tanpa alasan karena yang dikatakan Indah memang benar adanya, terlebih harusnya Haura sedang berada di pengajian bukan malah pergi bersama dirinya untuk makan es krim. Namun, itu nantilah dia akan memikirkannya lain kali yang jelas dia membawa Haura dulu.
Saat keluar dari kelas, mereka tak sengaja berpapasan dengan Albie. Haura yang melihat Albie yang kebetulan berjalan berlawan arah dengannya langsung membuang muka, tidak mau melihat Albie.
Albie hanya bisa menggelengkan kepalanya tidak mau ambil pusing.
"Ayo, Ndah. Kita hepi-hepi aja nggak usah pusing-pusing, gak usah jadi sok baik,” kata Haura yang sengaja menyindir Albie.
Lagi-lagi Albie memilih untuk diam, lagi pula dia tidak mau untuk berdebat, jadi Albie menganggap apa yang dikatakan oleh Haura dengan suara yang cukup menusuk itu bukan diperuntukkan untuk dirinya.
Haura mencubit tangan Indah untuk menanggapi Haura. Katakanlah Haura kejam saat ini namun dia tidak mau kalau sampai dia tidak ditanggapi oleh Indah, dia sedang ingin memanas-manasi hati Albie yang sebenarnya tidak bisa panas hanya karena sikap seperti itu.
"I-iyaa, mending kita main es krim aja ya?" timpal Indah.
"Makan bodoh bukan main," ralat Haura.
"Maksud gue kita main sambil makan es krim. Ahela, kenapa di saat-saat kayak gini mulut gue typo juga sih?" kata Indah dengan dramatis.
Haura menggandeng sahabatnya untuk terus berjalan dan membiarkan Albie yang juga berjalan dengan wajah tanpa dosa.
Kemudian, karena merasa penasaran. Akhirnya, Haura pun menoleh ke belakang, namun sialnya usahanya ternyata tidak membuahkan hasil sama sekali. Hal itu terbukti dari bagaimana Albie yang tidak menanggapinya dan terus berjalan memunggunginya.
"Ih, sumpah dia nyebelin banget." gumam Haura dengan sangat kesal. Dia sampai menghentikan langkahnya.
Karena merasakan sahabatnya berhenti, Indah pun lansgung menghentikan langkahnya juga dan mengedarkan pandangannya ke arah mata Haura, yakni ke arah Albie.
"Udah jangan marah-marah terus, ntar cepet tua lo,” kata Indah.
"Biarin,” kata Haura. Saking kesalnya.
Lagi pula apa benar kalau sering marah-marah akan cepat tua? Apakah ada penelitiannya tentang itu? Ah, Haura akan meminta penjelasannya nanti pada Indah setelah kepalanya tidak lagi mengebul, mengeluarkan asap.
"Ntar jadi perawan tua, mau?" tanya Indah.
"Ih, indah kok lo jahat banget sih kalo ngomong?" tanya Haura.
Indah hanya bisa tertawa saja melihat bagaimana Haura merasa kesal. Haura pun langsung memilih untuk berjalan duluan, pura-pura ‘ngambek’.
Di belakangnya, Indah pun mau tak mau harus mengejar Haura. Bisa batal rencana mereka pergi kalau Haura ‘ngambek’.
***
Pukul 17.00 WIB.
Indah dan Haura pun sudah cukup puas mengobrol dan bermain di café yang memang mereka tuju. Kali ini Haura juga merasa sangat bahagia karena dia bisa memiliki teman yang bisa membuat dirinya tertawa.
“Lo pulang naik apa?” tanya Haura kepada Indah.
“Oh, gue minta jemput. Lo?” tanya Indah.
“Ya … sama. Sebelas dua belas kita, dijemput juga,” kata Haura.
“Jemputan lo udah nyampe?” tanya Indah.
“Udah deh kayaknya,” kata Haura,
“Yaudah kalau gitu, kita keluar yuk? Jemputan gue juga udah dateng,” kata Indah.
“Eh, berapa tadi minuman gue?” tanya Haura.
Haura belum sempat membayar minumannya kepada Indah. Karena sebelumnya, dia memang menggunakan uang Indah dahulu karena biasanya mereka akan saling mengganti uang saat mau pulang.
“Udah, gak usah. Anggep aja ini traktira gue karena lo mau bolos sama gue,” kata Indah sambil terkeukeuh.
“Ah, nggak mau ah gue. Ini … ambil,” kata Haura.
“Santai aja lagi,” kata Indah yang masih tidak mau Haura membayar minuman tersebut.
“Yaudah, nanti kalo kita main lagi gue traktir ya …” kata Haura.
“Gampanggg~” jawab Indah.
Sesampainya di depan café mereka memang sudah langsung bertemu dengan jemputan mereka. Haura juga dijemput oleh supir pribadinya. Setelah berpamitan mereka pun langsung masuk ke mobil mereka masing-masing.
Selanjutnya, Haura dan Indah pun pulang dan berniat untuk beristirahat di rumah mereka masong-masing.
Tak lama kemudian, Haura pun sampai di rumahnya.
“Kamu dari mana, Nak? Kenapa Pak Maman bilang dia tidak jemput kamu di sekolah?” tanya Ibu Haura.
“Eh, Mama …” kata Haura yang nyengir lebar dan langsung memeluk ibunya agar ibunya tidak marah kepada dirinya, “Aku tadi main sama Indah, Ma. Aku cuma pergi makan es krim aja,” kata Haura.
“Loh, kamu bukaannya ada ekskul?” tanya Ibunya Haura.
Haura meringis begitu saja karena dirinya lupa bahwa dia pernah mengatakan sebelumnya kepada Ibunya kalau dirinya tengah mengikuti ekskul rohis. Dan ibunya sangat senang mendengar hal tersebut karena dengan begitu Haura memiliki kegiatan yang positif. Begitu juga dengan ayahnya yang juga berpikir demikian.
“Ini, Ma, aku lagi libur ekskul. Jadi aku main,” kata Haura yang memilih untuk bohong agar tidak dimarahi oleh ibunya.
“Oh gitu yaudah, nnanti lain kali kabarin mama ya?” kata Ibunya Haura.
“Oke, Mama,” jawab Haura sambil tersenyum.
“Yaudah sana kamu mandi trus ganti baju ya …” kata Ibunya Haura.
“Oke, Mama,” kata Cahya yang langsung mencium pipi ibunya.
Kemudian, Haura pun memutuskan untuk pergi ke kamarnya dan melaksanakan apa yang ibunya perintahkan.
Seusai mandi dan berpakaian, Haura pun memilih untuk merebahkan dirinya di atas tempat tidur. Seketika dia pun langsung mencari ponselnya, dia ingin membuka akun sosial medianya.
Beranikah dia melakukannya?
Haura pun langsung membuka akun media sosialnya. Dia ingin menjadi siswa nomal. Jadi dia bertekad akan memulainya dari media sosial. Dia harus mengaktifkan media sosialnya kembali. Dia akan memposting semua momen bahagianya.
Haura pun mulai memfollow teman-teman kelasannya dan beberapa teman-teman rohisnya.
Seketika dirinya pun langsung mendapatkan banyak notifikasi pengikut. Semua akun teman-temannya yang dia follow pun mulai memfollback akunnya. Haruda pun tersneyum.
Ini tidak terlalu sulit. -pikirnya.
Haura langsung membuat story pertamanya di i********:. Dia pun mengunggah fotonya bersama dengan indah yang sebelumnyas sudah dia filter terlebih dahulu. Sebagaimana gadis pada umumnya, dia pun langsung memlih foto yang dirinya terlihat begitu cantik menurutnya.
Sebuah hari baru yang sangat menyenangkan. Tengkyu, Bestie. @Indaaaaaaaah
Send.
Tak lama kemudian, seseorang langsung membalas storynya. Ternyata dia adalah Indah.
FIX HPS! Guenya jelek bangeeettt
Haura yang membaca balasan dari Indah pun hanya bisa tertawa membaca komentar dari Indah tersebut. Lalu dia pun mulai membalasnya.
Tak lama kemudian, teman-teman Haura pun ikut menimbrung sehingga Haura pun memutuskan untuk membalas satu persatu pesan yang masuk.
Saat sedang asyik-asyiknya membalas pesan masuk, tiba-tiba pikirannya tertuju paada Albie. Dia jaadi ingi mencari akun Albie dan berlaih profesi sebagai stalker.
“Ck, dia punya intagram juga ternyata,” kata Haura berdecak sebal namun dia tetap mengklik akun tersebut dan ketika membuka profilnya. Tidak ada satupun foto yang ada di sana.
“Nih orang kurang kerjaan banget si, bikin intagram malah nggak ada postingannya sama sekali,” kata Haura.
Haura seperti orang gila yang terus berbicara sendiri mengomentari i********: milik Albie. Haura yang penasaran langsung mencoba mengecek followers Albie.
TOK TOK TOK! “Nak, ayo turun makan dulu!” seru Ibunyaa Haura.
Haura yang mendengar suara teriakan itu langsung memegangi dadanya karena dia merasa terkejut setengah mati. Namun, seketika hal yang menurutnya tidak masuk akal terjadi.
Dia tidak sengaja memfollow i********: Albie.
“Eh, aduh duh duh … bloon banget gue!” pekik Hauara.
Haura sontak langsung meng-unfollow akun i********: Albie tersebut.
“Masuk gak ya notifikasinya?” tanya Haura kepada dirinya sendiri.
“Haura? Ada apa, Nak?” tanya Ibunya Haura yang merasa sangat cemas dengan apa yang terjadi pada anaknya yangberteriak mengumpati dirinya sendiri.
Mendengar suara ibunya tersebut membuat Haura terkejut dan tersadar kalau di sna masih ada ibunya. Haura pun lansgung berlari tergesa-gesa dan membuka pintunya yang sengaja dia kunci karena memang sudah menjadi kebiasaannya mengunci pintu kamar.
“Eh, nggakpapa, Ma … Hehehe,” kata Haura sambil menyunggingkan gigi putihnya.
“Mama kira ada apa. Ayo, kita makan dulu? Papa udah pulang loh,” kata Ibunya Haura.
“Udah pulang? Trus di mana papa, Ma?” tanya Haura.
“Papa ada di bawah udah nungguin kamu. Ayo kita ke bawah?” ajak Ibunya Haura lagi.
“Ayo, Ma!” seru Haura dengan semangat dan meninggalkan kamarnya. Dia juga meninggalkan ponselnya di dalam kamar. Lagi pula untuk apa dia membawa ponsel ke ruang mana? Bisa dimarhi dia oleh kedua orang tuanya.
Haura langsung memeluk lengan ibunya dnegan manja.
“Manjanya anak mama,” kata Ibunya Haura sambil menggelengkan kepalanya.
“Emang aku nggak boleh manja ya sama mama sendiri?” tanya Haura yang pura-pura mengambek.
“Boleh sih,” kata Ibunya Haura sambil terkekeh.
Sesampainya di ruang makan, Haura pun langsung melihat ayahnya yang tengah memegangi ponsel dengan serius.
“Papa!” seru Haura.
Mendengar seruan dari anaknya tersebut membuat Ayahnya Haura langsung mencari asal suara dna tersenyum ketika mendapatinya.
“Anak papa!” kata Ayahnya Haura.
Haura pun langsung mencium tangan ayahnya dan mencium pipi ayahnya tersebut.
Selanjutnya, mereka pun langsung makan bersama dengan senang hati sampai dengan selesai. Kali ini Haura makan lebih banyak dari biasanya karena tengah memikirkan sesuatu yang banyak dan besar.
Kedua orang tua Haura tidak memprotesnya tentang hal tersebut karena mereka Sudah berkonsultasi dengan dokter dan mengetahui mengenai apa yang terjadi jika anaknya tiba-tiba makan banyak.
Ayah Haura menatap putrinya.
“Papa kenapa?” tanya Haura yang melihat tatapan itu. Lalu dia pun menoleh ke arah ibunya, dan jenis tatapan yang juga tengah dilayangkan kepadanya juga sama seperti ayahnya.
Sebetulnya ada apa?