Della hanya akan menempel padanya, lalu mengajaknya pergi untuk dapat bersenang - senang di luaran bersamanya tanpa hambatan, dan memeras uangnya.
Della tidak akan betah berada di rumah ini untuk berlama lama, berbeda dengan Vania yang pembawaannnya jauh lebih tenang, hangat dan penurut, membuat Dendi tak ingin jauh dari wanita yang baru di kenalnya itu.
Akhirnya kehadiran Dendi di depan pintu disadari oleh kedua pengasuh bayinya dan mereka menunduk memberi hormat.
Menyadari sang baby sitter menatapnya, Dendi dengan instan memberi isyarat menutup mulut.
Mereka menatap senyum cerah diwajah majikannya yang nyaris tak pernah terlihat semenjak mereka bekerja disini, dan mereka sengaja tidak berbicara karena Sang majikan memberi kode dengan meletakkan jari telunjuk ke mulut tanda mereka harus menutup mulut.
Mereka mengangguk perlahan dan membalas senyum majikannya, mendapat senyum dari majikannya seolah rasa lelah yang mereka rasakan hilang seketika.
Kemudian sang majikan mengisyaratkan kepada mereka untuk meninggalkan kamar tersebut, tanpa di perintah dua kali, mereka pun patuh atas perintah Itu.
Perintah sang majikan, bagaikan kemerdekaan bagi mereka, bahkan mereka bersyukur dalam hati akhirnya bisa istirahat, setelah perjuangan panjang.
" Horeeeee akhirnya bisa rebahan " bisik hati mereka
Dendi terus memandangi Vania yang memunggunginya seraya menggendong puterinya yang sudah tertidur diiringi lagu yang masih keluar dari bibir Vania, ingin rasanya ia berjalan dan mendekap wanita itu dari belakang dengan mengucapkan rasa syukur karena telah hadir di kehidupannya sebagai lentera di dalam gelapnya hatinya.
Tapi ia mengurungkan niatnya dan tersenyum dalam hati, karena mengingat dirinya bukan siapa - siapa wanita itu.
Sampai akhirnya Vania hendak merebahkan bayi lucu yang kini telah tertidur pulas ke dalam baby boxnya.
Vania menyadari bahwa kedua pengasuh itu sudah meninggalkannya, ia tersenyum dan menghela nafas lega, karena kedua baby sitter itu telah memilih istirahat duluan tanpa perintahnya.
" Mungkin mereka istirahat sejenak sebelum bu Della datang " Pikir Vania dalam hati.
Vania memaklumi mereka yang meninggalkannya, ia memahami bagaimana lelahnya saat mengasuh anak bayi.
Ketika ia hendak merebahkan sang Bayi Vania mengerutkan kening ia menyadari seolah ada yang tengah memandanginya sedari tadi, lalu ia pun menoleh.
Ia di kejutkan dengan keberadaan Dendi yang sudah berdiri dengan rapi, bak terhipnotis, Dendi memandanginya tak berkedip.
Setelah menidurkan sang bayi di baby boxnya, Vania berkata sambil berbisik karena takut si baby girl terbangun lagi, dan membuat kedua baby sitter itu batal istirahat.
" Maaf mas aku lancang... aku tadi ga sengaja denger dia nangis, makanya aku masuk kesini jangan ma....." Belum selesai Vania melanjutkan kalimatnya tiba-tiba Dendi dengan spontan memeluknya erat sembari membelai rambutnya lembut.
Dendi tak kuasa lagi menahan gejolak hatinya untuk tidak memeluk wanita yang menjadi penolongnya itu.
" Terimakasih Van... kamu sudah peduli dengan anak ku..makasih Vania...." ujarnya seraya mengecup kening Vania.
Vania terdiam mematung, terbawa suasana dalam dekapan Dendi, entah mengapa ia merasa nyaman di pelukan Dendi pria brewokan misterius yang tahu semua tentangnya, hal yang tak biasa ia rasakan.
Sampai kemudiam ia tersadar, seketika bayangan Della melayang di pikiran nya.
" Ohh. TUHAN...
kenapa aku terperangkap dengan lelaki beristri? bahkan aku sempat menikmati pelukannya, ada apa denganku, serindu itukah aku akan pelukan seorang Pria, sampai pria beristri di hadapanku yang baru aku kenal seminggu, lalu mengapa baru kali ini, mengapa sebelumnya tidak? Seginikah tingkat maksimal pertahananku? " Jerit Vania dalam hati.
Karena menyadari apa yang di lakukannua salah, Vania secepat mungkin melepaskan pelukan pria yang baru di kenalnya.
Tak hanya Vania, Dendi pun terlihat salah tingkah karena terbawa suasana haru dan bahagia yang telah lama tak ia rasakan, sehingga hatinya selama ini terasa hampa.
Tapi dengan Vania, seolah bunga di hatinya terus bermekaran dan menebarkan wewangian yang membuatnya candu.
" Sorry Van....bukan maksudku mau melecehkanmu, aku hanya terharu akan ketulusanmu, aku bersyukur bertemu denganmu " Ujar Dendi dengan suara parau memecahkan kekauan suasana diantara mereka.
" Gak papa mas...mungkin aku juga salah, ikut terbawa suasana... sudah abaikan itu, nanti istri mas salah faham tentang kita lagi, terlebih lagi saat ini kita berduaan dikamar seperti ini, bisa membuatnya semakin tersakiti, dan aku tak ingin menyakiti sesamaku..." Jawab Vania seraya melangkah meninggalkan kamar bayi itu setelah merapikan selimutnya.
Dendi pun mengikuti dari belakang dan setelah mereka di ruang keluarga Dendi berkata
" Apa maksudmu istriku salah faham Van? "
Vania menatap Dendi dengan ribuan pertanyaan yang berkecamuk di hatinya,tapi ia segera menjawab sembari duduk di Sofa Ruang keluarga.
" Iya, istri mas Dendi..mba Della... aku gak mau, mba Della salah faham, apalagi mas Dendi ngundang aku saat ini, tanpa mba Della, takut bisa jadi fitnah nanti mas, jangan sampai rumah tangga yang sudah di bangun hancur berantkan mas..”
Vania menundukkan kepalanya, menatap karpet tebal yang terlihat mahal di ruang keluarga, tepat di hadapan kamar puteri kecil menggemaskan tadi.
" Kamu bisa aja Van..
becandamu gak lucu, garing tau.! “ Jawab Dendi di iringi gelak tawa karena ia geli ternyata Vania mengira ia memiliki istri, dan yang terparah istrinya adalah Della wanita yang hatinya sangat egois itu.
Bermimpi pun tidak, ia akan menikahi Wanita maniax s*x itu.
" Kok, becanda sih mas... aku serius loh, mas itu udah nikah, dan punya anak yang lucu jaa........." Suara Vania terputus setelah memperhatikan Wanita yang ia tunjuk di Foto pernikahan di ruang keluarga itu ternyata bukan Della.
Wajahnya memerah seketika, karena malu. Lalu ia berfikir dalam hati, dan membuatnya semakin penasaran apakah Dendi selingkuh dengan Della dari istrinya itu, dahi Vania berkerut bingung mau melanjutkan kata katanya
" istriku udah meninggal Van, Ketika ngelahirin Cameella. Baby yang kamu gendong tadi, 8 Bulan yang lalu, dan Della itu, iya, kita deket, tapi aku juga gak terlalu serius dengan nya nanti kamu juga tau kok,aku gimana, jadi kamu ga perlu kawatir tentang istriku, dan pelukan kita tadi, itu hanya ucapan rasa syukurku, karena telah bertemu denganmu, dan bisa berkomunikasi secara intens seperti ini, aku harap, komunikasi kita tidak hanya sampai disini Van..” Ujar Dendi seraya menggeser posisi duduknya mendekat kearah Vania,
Ntah kenapa ia tidak bisa membendung Hasrat selalu ingin dekat dengan Vania.
Vania hanya memperhatikan wajah Dendi, seolah ingin mencari tahu tentang kebenaran ucapan Dendi.
Ketika tanpa sengaja mereka saling tatap, dan mata mereka beradu, tiba - tiba ada getar getar aneh menjalar di hati nya, menggelitik dan semakin memacu adrenalinnya untuk terus mendekat kearah wanita yang merupakan ibu satu anak ini.
Setelah ia tersadar, dengan cepat ia memalingkan wajahnya, dan memperbaiki posisi duduknya, lalu Vania beranjak untuk berdiri, karena ia pun tengah salah tingkah dan tidak tahu meski berbuat apa, di ruangan yang tenang dan sunyi dimana hanya mereka berdua yang berada disana.
Vania terkejut, ketika beberapa detik kemudian tangan nya sudah dalam genggaman tangan Dendi, lalu dengan sigap menariknya untuk tetap duduk disampingnya.
" Mau kemana kamu Van? Duduk sini..sambil nunggu Issabella dan Albert anak kita datang " Tatapan mata Dendi semakin membuat Vania salah tingkah.
Ia benci dengan dirinya yang seperti ini, Vania telah berjanji dalam hati untuk tidak jatuh cinta dengan pria sebelum ia yakin akan menikahi wanita itu, dan ia berjanji untuk tidak dekat dengan pria, selama ia menjadi janda, tapi apalah daya, Dendi meluluhkan semuanya, ia menghancurkan pertahanan Vania, dan tanpa tolakan Vania pun merasa nyaman di samping pria itu.
Suasana menjadi kaku sesaat, hingga akhirnya suara tangisan bayi terdengar dari dalam kamar yang membuat Vania dengan sigap berlari ke kamar tersebut, bak suara itu adalah tangisan puteri kandungnya, dan ini adalah rumahnya. Ia lupa jika dirinya tengah bersama orang asing, dan bahkan baru 2 kali ia temui.
Suara tangisan bayi itu, mengalihkan semua fokus Vania, dan membuatnya tanpa batas.
Sesampainya di kamar sang bayi, Vania memeriksa keadaan bayi lucu itu, dan ternyata diapers milik sang bayi sudah penuh akan pup sang bayi, lalu tanpa berfikir panjang dan merasa jijik, ia membersihkan kotoran sang baby dengan ritual kebiasaan nya dulu, bahkan senyum mengalir diwajah Vania ketika melayani sang bayi.
Ia dengan cermat membersihkan bayi lucu itu, lalu mengganti diapers baru, kemudian, ia mengganti baju sang bayi.
Terlihat bahwa sang bayi juga senang ketika Vania mengurusnya bahkan baby lucu itu tertawa tawa seolah ada yang ngajaknya tertawa, Vania mencubit pipi bayi itu dengan gemas, lalu ia bermain sejenak dengan sang bayi tanpa ragu.
Pemandangan indah itu, tak luput dari pantauan Dendi yang berdiri di samping Vania.
Dendi memperhatikan ketelatenan Vania mengurus anaknya walau tanpa di minta dan setelah di tepuk tepuk pelan,dan bak sihir setelah di dendangkan sebentar oleh Vania bayinya tertidur pulas lagi.
Pemandangan itu membuat Dendi bahagia, hatinya terasa penuh oleh kebahagiaan yang telah lama tak ia rasakan, bahkan ketika dirinya berlibur di luar negeri dengan artis cantik, tidak seperti ini rasanya.
Dendi memandang wajah puterinya yang kini tertidur pulas dengan tenang, lalu secara bergantian ia memandang Vania yang tengah membersihkan tangannya menggunalam tissue basah.
Hatinya tak terbendung lagi, ia adalah pria terlemah ketika berhadapan dengan Vania, seperti saat ini, ia bahkan tak mampu menutupi gengsinya, dengan spontan kembali ia memeluk tubuh mungil Vania dengan erat ke dalam d**a bidang miliknya.
“ Terimakasih Van, sudah hadir kedunia ini dan memberikan warna baru di kehidupanku, terimakasih untuk hari yang indah ini..” Bisik Dendi sembari mengecup kening Vania dengan lembut dan dalam.
Vania kembali terdiam, ingin ia meronta saat itu juga, tapi seolah ia tak memiliko tenaga untuk mendorong pria di hadapannya itu, hingga ia memilih diam mematung.
Sejenak kemudiam Dendi melepaskan pelukannya dan memegang pundal Vania, ia menatap wajah Vania dengan seksama, hingga membua Vania salah tingkah.
Hingga akhirnya Dendi kembali tersadar akan perbuatannya, ia merutiki diri akan kebodohannya yang tak bisa menahan diri dan terlihat seperti pria baik - baik.
Dendi melepaskan tangannua dari pundal Vania, dan ia menggaruk kepalanya yang tak gatal, lalu ia mengalihkan pandangannya.
Vania yang menyadari situasi langka dan membingungkan ini, memilih memutar badannya, seolah ia tak menghiraukan Dendi yang berdiri di sampingnya dengan salah tingkah, ia terus melangkah keluar kamar dan kembali ke sofa dimana ia duduk tadi.
Dendi yang masih termenung akhir nya tersadar, lalu ia pun perlahan keluar meninggalkan kamar putri kecilnya, setelah mengecup sang putri yang luput dari perhatian nya selama ini.