bc

HUJAN KAIMA (Luka Masa Lalu)

book_age16+
250
FOLLOW
1.1K
READ
student
drama
bxg
serious
genius
highschool
another world
friendship
lonely
love at the first sight
like
intro-logo
Blurb

Manusia super dingin dan cuek itu tumbuh dengan baik. Tidak punya teman di SMA dan selalu sibuk dengan dunianya yang tidak jelas. Kaima Arunika, menjadi manusia yang dianggap aneh namun cerdik.

Namun, hidupnya berubah sempurna ketika datangnya Hajwa, pemuda ramah di masa lalu Kaima yang membuat hari-hari Kaima berwarna. Di saat manusia lain tidak menarik Kaima, namun Hajwa datang, menjadi manusia yang membius segala perhatian dan pandangannya.

Hampir satu semester ada menemani Kaima, Hajwa hilang. Bak ditelan bumi, kehilangan Hajwa menjadikan Kaima berubah menjadi manusia paling dingin, menjadi masa yang mengungkapkan segalanya. Tentang rasa sakit di masa lalu dan rasa sakit di masa sekarang.

_____

Hallo teman-temanku, ini ceritaku yang amburadul. Jangan lupa mampir yaa ;)

chap-preview
Free preview
Hujan 1 - Kaima si Manusia Aneh
Berteman baik dengan hujan dan kesendirian. Kebahagiaan Kaima hanyalah hujan, sesering apapun ia terkena hujan, Kaima Arunika tidak pernah terkena flu. Bahkan ia tidak mengenal apa itu menggigil. Tiap kali hujan, yang ia keluarkan hanya dopamin, kebahagiaan itu menjadi penghangat alami tubuhnya. Menari-nari dengan hujan adalah obatnya. Kehidupan Kaima resmi menjadi sepi dan dingin. Hari-hari yang Kaima lalui di masa SMA hanya seputar belajar dan belajar. Di usia Kaima yang 17 tahun bahkan tidak ada keramaian masa SMA yang mewarnainya. Ia tidak punya teman sebangku dan ia tidak punya seseorang yang membuatnya jatuh cinta. Dapat dikatakan Kaima adalah makhluk paling introvert sedunia. Itu adalah julukannya di kelas, Kaima si manusia paling dingin. Ia memang cerdik, kerap menjadi rangking satu di kelasnya. Bahkan Kaima juga tidak pernah mendengar istilah remedial, ia jago di segala mata pelajaran. Baginya, kesibukan yang ia miliki di dunia ini hanya belajar. Hidup sosial di sekolah tidak pernah ia pahami. Kriiing!! Bel istirahat berbunyi, Pak Bambang, guru Bahasa Indonesia keluar dari kelas, diikuti banyak siswa yang hendak menuju kantin. Menikmati waktu surga mereka yang hanya berjalan 15 menit. Harus dimanfaatkan dengan sempurna, tidak bisa dibiarkan berlalu begitu saja. Berbeda dengan dunia Kaima, tidak ada antusias pergi ke kantin, bahkan ia tidak peduli 15 menit itu berlalu tanpa dirasakannya. Baginya, istirahat hanyalah pergantian waktu pelajaran, tidak lebih tidak kurang. "Miky enggak habis pikir sama hidupnya. Monoton bangeet, kok bisa gitu, hidupnya cuma belajar, dengerin musik, udah." usik seseorang teman kelasnya. Miky, cewek yang mengaku dirinya paling imut sekelas. "Udah deh, jangan bahasin dia. Mending lo pergi ke kantin, beliin gue nasi soto." Rama menyenggol Miky. Cowok pemalas itu menatap jengah Miky. Rama memang hampir sama dengan Kaima, bedanya ia lebih sedikit terbuka dan punya teman. "Apa sih Rama! Ganggu orang aja." Miky tidak terima. Miky berlalu, meninggalkan manusia freak di kelas versi cowok, yaitu Rama. Sedangkan Kaima tetap sibuk dengan dunianya, kini ia menyumpal telinganya dengan earphone wireless. Lagu Runaway terdengar mengalun lembut lewat sela-sela daun telinga Kaima. Kaima memejamkan matanya, membiarkan waktunya membeku selama 15 menit. ••• Bel pulang sekolah berdering, Kaima beranjak dari kelasnya. Ia mencangklong tas ranselnya yang berwarna biru denim. Ia memandangi langit, mendung. Kaima tersenyum simpul dan tidak ada yang tahu senyumnya. Orang-orang lebih cenderung tidak peduli dengan kehidupan absurd yang dimiliki Kaima. Bagi mereka untuk apa memperhatikan manusia setengah hidup macam Kaima. Kaima berjalan gontai di bawah mendung yang ingin menjatuhkan diri. Ia tidak peduli jika nanti seragamnya basah, ia bahkan tidak peduli jika akhirnya buku pelajarannya basah kuyup dan harus disetrika dan di-hairdryer lagi. Ia tidak peduli dengan kehidupan repot itu. Hujan benar-benar jatuh, menjadikan Kaima berjingkrak-jingkrak di bawah rintik air yang semakin memutih. Banyak siswa menepi karena takut kebasahan, sedangkan Kaima malah berjoget ria. Macam orang gila. Kegembiraan Kaima sederhana, hujan. Maka selain disebut manusia dingin, Kaima disebut juga manusia hujan. Ia akan begitu riang ketika melihat hujan, mau hujan badai sekalipun, Kaima tetap senang menari-nari. "Liat aja entar, kesamber gledek, ketiban pohon. Baru tahu kalau hujan itu enggak seindah bayangannya." celetuk Valen. Salah satu teman sekelas Kaima yang selalu heran melihat Kaima joget-joget. "Mulutnyaa." sahut Rama, manusia pemalas yang lagi-lagi nongol di obrolan. Ini jam pulang sekolah, banyak siswa yang meneduh di bawah atap halte, salah satunya ya Rama. "Kadang Miky iri, lihat kehidupan Kaima. Kek enggak pernah punya hutang hidup gitu. Seneng aja liatnya." Miky, ikut nimbrung. Selain merasa sok imut, Miky ini manusia yang plin-plan juga. "Ya udah sana ujan-ujanan sama Kaima." sahut Valen pedas. Ia melirik tajam Miky yang sejak tadi tersenyum sok imut. "Enggak ah, nanti pilek lagi " Valen semakin heran dengan kehidupan dan pola pikir Miky. Kenapa hidupnya dipenuhi manusia super duper aneh? Kenapa hanya dia yang normal di antara teman-temannya? Bentar-bentar, sejak kapan mereka berteman? Hujan masih deras, Kaima basah kuyup di bawah hujan. Valen, Rama dan Miky masih mengkerut kedinginan di bawah atap halte. Kini Kaima duduk di trotoar yang mulai menggenang. Sepatunya kini sudah berat karena terisi air, namun Kaima tidak peduli. "Kok bisa ya, Kaima bertingkah kek gitu?" Valen mendelik heran. Sudah dua tahun sekelas dengan Kaima, namun sama sekali ia tidak memahaminya. "Itu cara dia menyenangkan diri. Kan hampir sebelas dua belas sama lo." Rama menyahut, ia menyenderkan badannya di tiang halte. "Maksud lo?" "Ya, kayak lo tergila-gila sama plastik. Smooth like butter..." ucap Rama satire, bahkan kini ia menyanyikan sepenggal lirik yang tidak sengaja ia hapal karena Valen sering menyetelnya. "Eh, BTS tuh enggak pernah oplas ya!" "Iyain aja biar enggak senewen." Rama seperti tidak peduli. "Iiiiih." Valen kesal bukan main. ••• Ternyata yang senewen tidak hanya Valen. Mama Kaima juga stress melihat putri satu-satunya basah. Meski kini sudah mulai mengering, tapi Mama tahu kalau Kaima pasti hujan-hujanan. "Kamu hujan-hujanan lagi?" seru Mama melihat Kaima senyum-senyum dengan badannya yang basah. "Kalau kamu sakit gimana?" kini Kaima duduk. Ia menatap Mamanya yang khawatir. "Memangnya Mama pernah lihat kalau Kaima sakit gara-gara hujan?" bahkan tetesan air itu merembes di sofa dengan bahan beludru itu. Mama menghela napas, ia tidak boleh marah-marah di depan putrinya. Bagaimanapun, Kaima memang putri satu-satunya. "Kamu ganti baju ya, ayo ikut Mama ke dokter Ayuni. Hari ini ada jadwal kamu konseling." Kaima menatap Mama jengah. "Maa, Kaima enggak sakit ya, jadi tolong hentikan bahas-bahas soal dokter!" "Tapi dokter Ayuni itu temen Mama." Mama tetap ngotot. "Tapi Kaima enggak mau, mau dia teman mama, mau dokter spesialis pun, Kaima tetap enggak Mau Kaima tetap ngotot. Ia tidak mau dikata sakit, Kaima sehat wal afiat kok. "Maa, enggak usah khawatir, Kaima baik-baik aja. Kaima udah gede." tambahnya lagi , kemudian ia bangkit. Mama menghela napas. Ia sudah membuat janji dengan teman SMA-nya, jika ia membatalkan janji, ia tidak enak. "Kaima beneran enggak mau?" Mama masih meyakinkan. Kaima mengangguk pasti. "Pokoknya Kaima enggak mau dikata sakit. Kaima sehat!" Kaima berlalu, ia meninggalkan Mama dengan senewen yang semakin bertambah. Mama mengelus d**a, ia memang harus siap mental ketika menangani Kaima. Bagaimanapun juga, Kaima telah tumbuh dengan baik dan mampu menjaga dirinya. Mama menelpon Ayuni, dalam hitungan detik Ayuni segera mengangkat telepon itu. "Halo Ayuni, maaf banget untuk janji hari ini batal dulu. Aku enggak tahu kalau Kaima ada les. Maaf banget ya." dusta Mama. Ia tidak ingin mengatakan bahwa putrinya menolak Ayuni. "Iya nanti kita adakan janji lagi ya, maaf banget nih." Mama menutup telepon, kemudian ia memijat-mijat pelipisnya. Terkadang Mama khawatir, banyak hal yang perlu ia pastikan terhadap Kaima. Apa yang terjadi dengan Kaima sekarang? Apakah Kaima sudah baik-baik saja dan melupakan persoalan itu, atau Kaima diam-diam menyembunyikan perasaannya. Karena bagi Mama, menyukai sesuatu hal yang dulu begitu ia benci itu terlalu aneh dan cukup mengkhawatirkan. Ya, Kaima pernah membenci hujan seperti ia membenci rasa sakit. Hujan menelan segala kebahagiaannya di masa lalu. Masa lalu yang sampai sekarang masih membekas di ingatan Mama dan sepertinya juga di ingatan Kaima. Sebenarnya, di lubuk hati Mama terdalam, ada sebuah kesedihan yang tidak bisa tergambarkan. Kesedihan karena ketidakmampuannya, kesedihan karena perbedaan yang dialaminya. Perbedaan yang membuatnya terkadang mendesah tiba-tiba. Kesedihan itu adalah Kaima. Mama juga pengen punya putri yang hiperaktif, di saat begini yang menceritakan hari-harinya di SMA, yang dengan senang cerita kalau sedang jatuh cinta. Kenapa Kaima seperti ini? Kenapa Kaima tidak bisa melakukan kontak sosial dengan lingkungannya? Ada apa dengan Kaima? Pikiran negatif itu sering kali menghantui kepala Mama, terlebih disaat Kaima sedang keras kepala. Kapan? Sampai kapan Kaima seperti ini? •••

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

DENTA

read
17.1K
bc

Tentang Cinta Kita

read
189.7K
bc

Byantara-Aysha Kalau Cinta Bilang Saja!

read
284.7K
bc

(Bukan) Pemeran Utama

read
19.6K
bc

Head Over Heels

read
15.9K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
205.1K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook