bc

Mengejar Cinta Reino

book_age18+
1.7K
FOLLOW
21.2K
READ
love-triangle
HE
love after marriage
forced
arranged marriage
playboy
arrogant
drama
affair
cuckold
like
intro-logo
Blurb

Warning ... novel ini mengandung konten dewasa, tidak diperuntukkan untuk anak di bawah umur.

Menikah tentunya menjadi impian setiap orang, apalagi bila menikah dengan orang yang kita cintai. Namun apa jadinya bila kedua orang menikah tanpa berlandaskan cinta? Seperti yang dialami pasangan suami istri Reino Atmajaya 27 tahun dengan Aisyah Mujahidah 22 tahun yang harus menikah karena perjodohan kedua orang tua mereka di masa muda dulu.

Aisyah Mujahidah wanita berhijab blasteran Indo Turkey harus rela diperlakukan seperti pembantu oleh suaminya Reino, namun Aisyah menerima perlakuan kasar dari suaminya dengan ikhlas dan penuh kelembutan. Dia bertekad akan membuat suaminya mencintainya, walaupun Aisyah tahu selama beberapa bulan menikah suaminya selalu bersikap buruk, pemabuk, dan lebih parahnya dia masih menjalin kasih dengan wanita bernama Helen seorang model papan atas yang sudah di pacarinya selama 3 tahun. Bisakah Aisyah bertahan dengan rumah tangganya? atau memilih untuk pisah. Apalagi saat wanita itu dihadapkan pada kenyataan bahwa kekasih suaminya yang bernama Helen sedang berbadan dua dan meminta pertanggung jawaban suaminya.

Cover Design By: Enka Idris

chap-preview
Free preview
Bab 1. Awal Mula
"Hentikan pernikahan ini! saya kekasih mempelai pria itu." Helen menunjuk ke arah Reino yang baru saja melaksanakan ijab qobul dengan seorang wanita yang bernama Aisyah. Aisyah adalah wanita pilihan Bundanya Reino, dia anak dari sahabat karib Bundanya Reino yang meninggal akibat kecelakaan satu tahun lalu. Kedua sahabat itu pernah berjanji akan menjodohkan anak mereka berdua saat dewasa nanti. "Tega kamu Reino. Kamu mencampakkan aku begitu saja setelah apa yang aku berikan kepadamu!" teriak Helen. "Ada apa ini? harap jangan membuat kegaduhan di sini," ucap penghulu. Bunda dan adiknya yang bernama Angel membawa Helen pergi dari tempat itu. Bisa terlihat Helen tidak ingin pergi tapi tangan Angel menarik paksa wanita itu menjauh dari acara. Penghulu kembali meneruskan pembacaan taklik nikah yang diikuti oleh kedua mempelai dan penyerahan buku nikah. Setelah acara selesai Reino buru buru pergi meninggalkan Asiyah atau Ica seorang diri. Reino mencari keberadaan Helen kekasihnya. Reino melempar peci yang dia pakai dan berjalan tergesa-gesa mencari keberadaan Helen, setelah dia melihat penampakan kekasihnya, pria itu berlari menghampiri. Terlihat ketiga wanita itu sedang cekcok. "Lepaskan Helen, Dek. Jangan sakiti dia!" pekik Reino kepada Angel. Helen yang melihat kekasihnya datang merasa di atas angin, wanita itu tersenyum sinis ke arah Angel dan Bunda Merry. "Bun aku sudah mengikuti kemauan bunda, tapi seperti yang Reino bilang, jangan pernah berharap lebih pada pernikahan ini karena Reino tidak mencintai wanita itu Bun." "Reino, bunda minta kamu jangan sakiti Ica, Nak. Dia wanita yang baik. Berbeda jauh dengan wanita itu, wanita yang hanya memberikan kemaksiatan dalam hidupmu." Bunda Merry berkata dengan menekan intonasi. "Bun, dia wanita yang Reino cintai! Bunda suka atau tidak Reino mencintai Helen Bun. Helen wanita berkelas, cantik dan modis tidak seperti wanita itu. Penampilannya norak dan kampungan. Mana mungkin Reino bersanding dengan wanita yang wajah dan penampilannya seperti pembantu rumah tangga. "Reino. Jaga ucapan kamu! dia itu istri kamu, Nak. Hargai dia, dan Bunda minta mulai saat ini kamu tinggalkan wanita ini atau Bunda tidak akan menganggap kamu anak Bunda." "Terserah Bunda, Reino capek Bun!" Reino Menggenggam jemari Helen dan membawa wanita itu pergi dari sana. Pria itu bahkan tidak menghiraukan teriakan Bundanya. Helen merasa menang, dia yakin bahwa Reino tidak akan meninggalkan dia begitu saja. Helen juga percaya diri penuh bahwa Reino sangat tergila gila padanya. Ya Helen sebenarnya tidak mencintai Reino, dia hanya mencintai uang Reino. Wanita itu hanya sekedar happy fun saja dengan pria itu, selain itu Reino adalah ATM berjalanannya. Setelah Reino dan Helen pergi, Bunda dan Angel kembali ke dalam rumah untuk menemui ica, sesampainya di dalam terlihat ica yang sedang duduk sendiri di sudut ruangan. Bunda merasa bersalah, Bunda Merry menghampiri Ica dan memeluknya. "Sayang, kamu bukan hanya menantu Bunda tapi kamu juga anak perempuan Bunda. Bunda janji tidak akan membiarkan kamu menderita ya Nak, tapi Bunda mohon kamu bersabar. Bersabar dalam menghadapi suamimu. Insya Allah dengan kesabaran dan cinta yang tulus Reino akan mencintaimu." "Tapi Bun, bagaimana kalau Mas Reino tidak mencintai Ica? dan terlebih lagi Mas Reino tidak tidak menginginkan pernikahan ini. Ica harus apa Bun?" "Kamu harus yakin jangan lupa berdoa. Layani suami kamu walaupun dia tidak menginginkanmu, insya Allah suatu saat nanti dia akan mencintaimu, Nak. percaya sama bunda." Aisyah mengangguk, tandanya dia akan berusaha membuat suaminya jatuh cinta kepadanya walaupun dia tahu itu sangatlah sulit. Beberapa kali Reino meminta kepada Aisyah untuk tidak menerima permintaan Bunda tapi ternyata Aisyah tidak mendengarkan ucapan Reino. Itu yang membuat Reino tambah membenci wanita yang mempunyai paras cantik ini. Aisyah sebenarnya sangat cantik, Ayahnya berkewarganegaraan Turki sedangkan ibunya asli Bandung. Aisyah mempunyai mata yang bulat dan berwarna coklat, hidung yang mancung dan bentuk wajah oval. Tingginya 162 cm dan mempunyai bentuk tubuh langsing. Tapi karena Reino sudah dibutakan oleh pesona Helen, pria itu menganggap Aisyah tak lebih dari seorang pembantu. *** Keduanya sedang berada di mansion milik Helen. wanita itu mengamuk dengan memecahkan beberapa barang yang berada di dekatnya. "kurang ajar kamu Reino, semalaman kita mengabiskan waktu bersama dan pagi harinya kamu menikahi wanita lain." Helen masih mengamuk, dia mengambil bantal sofa dan memukulkannya ke tubuh Reino sampai dia puas. Reino mencoba menenangkan Helen yang emosinya masih meledak ledak. Reino tahu Helen mempunyai sifat tempramental, terkadang dia bertindak di luar batas tapi entah mengapa Reino bisa bertahan dari wanita ini. "Sabar Sayang, dengarkan penjelasan ku dulu!" Reino memegang kedua lengan Helen berusaha untuk membuatnya tenang. Helen menepisnya dan melayangkan tamparan di pipi Reino. "Plakk..." "Pokoknya aku mau hubungan kita berakhir!" "Dengarkan aku dulu, aku mohon." "Oke, aku memberimu waktu 5 menit, not more ...!" Reino mengatur napasnya terlebih dahulu sebelum bercerita. "Aku tidak punya pilihan lain Sayang, Bunda memintaku untuk menikah dengan wanita kampungan itu, bila tidak dia akan mencoret namaku dari daftar warisan keluargaku sayang." "Kamu kan punya perusahaan sendiri. Jadi kamu tidak perlu harta orang tuamu!" "Tapi kamu tahu semua sumber dana di perusahaan ku itu dari Bunda, tanpa uang Bunda aku bukan apa apa sayang. Bunda akan memberiku warisan bila pernikahan ku mencapai umur satu tahun. Jadi selama setahun bisakah kamu menungguku? aku berjanji setelah mendapatkan warisan, aku akan mendepak wanita jelek itu dan menikahimu!" "Are you serious...? "I promise, please trust me." "Oke. Aku akan mempercayaimu! tapi awas saja kalau kamu mencintainya!" "Aku tidak akan pernah mencintai wanita itu. Walaupun stok wanita di dunia ini habis aku tidak akan memilihnya sayang. Dia bukan tipeku, kaulah tipeku." Reino menarik Helen dan merangkul pinggangnya agar lebih merapat kepadanya. Dia mencium bibir wanita itu, melumatnya dengan ganas tanpa jeda. Helen membalas lumatan Reino, tangannya bergerilya meraba tubuh bagian atas pria itu tanpa melepaskan lumatannya. Lidah mereka saling membelit memberi kenikmatan. Helen membuka kemeja yang dikenakan Reino, kemeja yang di pakai saat mengikrarkan janji dengan Aisyah. Membuangnya ke sembarang tempat, dia menjatuhkan tubuh atletis itu di atas sofa. Helen mendominasi permainan, dia naik ke atas perut Reino dan kembali melumat bibir pria itu. Ciumannya mulai turun ke rahang, leher hingga ke bahu bidang Reino. Helen bak wanita malam yang menservis pelanggannya habis habisan. Reino tampak menikmati setiap sentuhan tangan dan juga bibir wanita itu. Reino hanya bisa mengerang dan mendesah saat bibir dan tangan Helen berlabuhnya di tubuhnya. Wanita itu begitu lihai menaklukan pria-pria yang memujanya, oleh sebab itulah Reino selalu ingin bersama wanita ini. Reino merasa sudah tidak sabar ingin segera pelepasan. "A-aku sudah tidak tahan lagi sayang...!!!" Secepatnya Reino menuntaskan nafsu yang sudah berada di ubun-ubun, dia membenamkan miliknya secara sempurna. Terdengar suara desahan dari bibir Helen yang berada tepat di bawah tubuh pria yang sedang bergerak menikmati tubuhnya. Entah sudah berapa kali pelepasan, yang jelas wanita itu sudah terbang ke awan, walaupun dia belum terlihat lelah. Mereka berganti gaya beberapa kali, dari yang awalnya di sofa sekarang berpindah ke tempat tidur yang luas dan empuk. Keduanya masih terus berpacu mencari kenikmatannya sendiri, Reino tidak memikirkan bahwa kini dia berstatus suami dari wanita bernama Aisyah Mujahidah. Baginya, saat ini dia bahagia bersama wanita pujaannya, yaitu Helen. Helen mencengkram pinggang Reino, meminta pria itu untuk menekan lebih dalam dan mempercepat gerakan, sampai akhirnya Reino mengakhiri permainannya lalu membuang benih itu di atas perut Helen. Reino tidak pernah menanam benihnya pada rahim wanita manapun termasuk kekasihnya Helen. Setelah di rasa semua cairannya sudah kosong, Reino menjatuhkan tubuhnya di samping Helen. Jantung keduanya masih berdetak dengan kencang dan nafas yang menggebu. Reino beranjak dari tempat tidur menuju kamar mandi untuk membersihkan diri kemudian dia mencari pakaiannya di ruang tamu dan memakainya kembali. Pria itu harus segera kembali ke rumah supaya Bundanya tidak marah kepadanya. Helen yang tidak mengenakan sehelai benang pun datang menghampiri dan memeluk pria itu dari belakang. "Mau kemana Reino? kok langsung pergi setelah bermain." "Maaf Sayang, aku harus pergi. Aku tidak mau Bunda marah kepadaku!" "Lalu bagaimana denganku, Sayang? masa aku di tinggal sendiri setelah melayanimu." "Maafkan aku Sayang, aku harus pergi." Reino mengambil ponsel di saku celananya lalu mengetik sesuatu, dia terlihat serius. Di belakangnya Helen terlihat mengintip, dia tersenyum bahagia saat melihat pria itu sedang mengetik nominal di M bangking miliknya, lalu mengirim uang tersebut ke rekening Helen. Pria itu mentransfer 200 juta rupiah ke rekening wanita yang sedang memeluknya itu. Setelah selesai dia menaruh kembali ponselnya di saku celana, lalu melepaskan lilitan tangan wanita itu. "Aku pulang dulu ya, Sayang. Nanti aku ke sini lagi." "Sayang. Awas ya kalau kamu sampai melakukan kontak fisik dengan istrimu, aku tidak akan tinggal diam." "Cih amit amit. Mana mungkin aku akan menyentuhnya Sayang! sementara aku punya kamu yang bisa memuaskan aku di ranjang." "Aku semakin sayang sama kamu Reino." Helen memeluk tubuh Reino, sebelum Reino pergi dari apartemen Helen untuk kembali ke rumahnya. Sementara di rumah Bunda Merry yang mewah dan megah, seorang istri sedang menunggu suaminya, yang baru saja tadi pagi menikahinya. Seharian ini, dia menghilang tanpa kabar. Kemana pria itu? Sedari tadi hati Aisyah tidak tenang, dia merasa gelisah menunggu suaminya pulang. Tapi kalau suaminya ada di kamar berdua dengannya apa yang akan pria itu lakukan? apakah Reino akan melakukan kewajibannya sebagai suami atau tidak?. Saat sedang resah memikirkan semuanya, tiba tiba terdengar suara Bunda Merry yang sedang berdebat dengan seorang pria tepat di depan pintu kamar yang Ica tempati saat ini. Sepertinya nya itu adalah Reino yang sudah kembali ke rumah pasca seharian menghilang. Reino masuk ke dalam kamarnya dengan membanting pintu. Nafas pria itu masih menggebu karena amarah yang dia luapkan kepada Bundanya di luar tadi. Saat hendak menuju tempat tidur Reino melihat wanita yang paling di bencinya saat ini yaitu istrinya. Ya ..., istri yang baru dia nikahi beberapa jam yang lalu. Reino melihat Aisyah dengan tatapan jijik dan benci. Tatapan yang tajam dan gelap membuat bulu kuduk wanita itu merinding, kakinya gemetar saat melihat Reino mendekat ke arahnya. "Assalamualaikum Mas, su-sudah makan belum?" tanya Aisyah gugup. "Ngapain kamu di kamar saya? saya jijik lihat wajah kamu di sini! pergi kamu." "Tapi Mas, Bunda yang menyuruhku berada di sini. Lagi pula sekarang aku istrinya mas, sebagai istri aku harus melayani Mas." "Istri. Cuiih, jijik saya mendengar kamu mengucap kata itu. Lebih baik sekarang kamu ke kamar mandi, siapkan air hangat. Tubuh saya lelah. Saya ingin berendam air hangat. "Ba-baik, Mas." Aisyah masuk ke kamar mandi, dia memutar kran air hangat lalu menuangkan isi botol yang ada di sisi bathub ke dalamnya, sepertinya itu digunakan untuk campuran air rendaman. Setelah 15 menit Reino masuk, pria itu tidak memakai penutup tubuh sehelai benang pun membuat Aisyah terperanjat dan takut. "Astaghfirullah," Aisyah langsung menunduk. Dia tidak mau melihat ke arah suaminya yang sudah telanjang bulat. Reino tersenyum sinis, pria itu memang sengaja melakukan itu untuk membuat istrinya shock. Dia masuk ke dalam bathub dan meminta Ica untuk menggosok punggungnya menggunakan spon mandi. "Hei gosok punggung saya. Jangan diam di situ!" Aisyah tidak mendengar yang diperintahkan suaminya, tubuhnya gemetar melihat pria telanjang bulat. Selama 22 tahun, ini kali pertama dia melihat alat vital seorang pria dewasa. "Hei dungu. Cepat gosok punggung saya!" Reino melempar tubuh Aisyah dengan spon, hingga dia terkejut dan segera sadar. "Ba-baik Mas." Aisyah tidak bisa menolak karena Reino adalah suaminya sekarang. Dan sebagai istri dia harus terbiasa melihat tubuh telanjang suaminya, bahkan bila suaminya mengajaknya berhubungan badan dia pun harus siap karena memang itu kewajiban istri. Dengan tangan gemetar, Aisyah menggosok punggung suaminya secara perlahan, Reino duduk tegak saat istrinya menggosok keseluruhan punggungnya. Setelah selesai Reino merebahkan dirinya menyandar pada bathub, kemudian dia meminta Aisyah untuk menggosok bagian depan tubuhnya. Hal itu membuat Ica kembali terdiam di tempatnya. Reino menaikkan salah satu bibir atasnya, sepertinya pria itu senang sekali mengerjai wanita itu. Karena tidak mendapat respon, Reino menoleh dan menarik ujung hijab yang digunakan Aisyah sampai kepalanya ikut tertarik ke samping. "Bodoh! dari tadi melamun terus. Apa kamu tidak dengar apa yang saya perintahkan? gosok d**a saya. Bodoh!" "I-iya, maaf Mas." Wanita itu mulai menggosok d**a bidang Reino dengan lembut dan perlahan tanpa melihat ke arahnya. Ica benar benar tidak berani mengarahkannya pandangannya. Selama wanita itu menggosok dadanya, Reino tampak memejamkan mata, terdengar hembusan nafas teratur dari hidungnya. Sepertinya pria itu tertidur saat sedang berendam. Aisyah bingung harus bagaimana, apakah dia tetap di sana atau pergi meninggalkan suaminya? akhirnya dia memutuskan untuk diam di sudut menunggu suaminya bangun dari tidurnya. Tiga puluh menit dia menunggu, Aisyah duduk di sudut bathub. Dia amati wajah yang berada di depannya saat ini. "Ya Allah, apakah Mas Reino benar benar yang terbaik untuk hamba? apakah dia bisa menerima dan mencintai saya ya Allah? hamba mohon berikan hamba kesabaran untuk menghadapinya." Aisyah berbicara dalam hatinya, dia juga memandangi wajah suaminya yang terlihat tampan. Bila tidak sedang berulah Reino terlihat sangat tampan. Dia mempunyai tinggi badan 185 cm, d**a yang bidang dan perut yang six pat. Apalagi ditambah hidung mancung, alis yang tebal dan rapih serta rahang yang tegas membuat pria itu 99% sempurna. Aisyah menunggu suaminya selama satu jam lebih, sampai dia tertidur menyandar pada dinding kamar mandi. Reino yang telah puas tidur akhirnya bangun, dia melihat istrinya berada di samping bathub menunggunya. Reino keluar dari bathub, dan memakai handuk yang dililitkan di pinggangnya. Dia berjalan ke arah Aisyah dan berdiri tepat di depan wanita itu. "Hei bangun. Bangun bodoh!" Reino membangun kan istrinya dengan kakinya. Dia menendang pelan betis Aisyah yang sedang selonjor. Karena merasa ada yang menyentuhnya, Aisyah pun bangun. wajahnya mendongak ke atas memandangi wajah suaminya yang hanya menggunakan handuk berwarna putih. Bahkan dia bisa melihat dengan jelas tonjolan yang berada di bawah pusar itu. "Masya Allah, maaf Mas aku ketiduran. Mas sudah selesai ya?" "Pakai nanya lagi! sekarang kamu bangun dan siapkan baju tidur saya. Setelah itu kamu ambilkan air putih untuk saya!" "Iya Mas!" "Cepat! lelet banget jadi perempuan. Udah jelek norak, lelet lagi." "Mas, bisa tidak bicaranya sedikit lebih sopan?" "Kenapa? keberatan? gak suka! dilihat dari segi mana pun kamu memang jelek, norak, kampungan dan penampilan kamu itu terlihat seperti ibu ibu usia 50 tahun. Pakai daster panjang! ini lagi, penutup kepalanya aja super lebar begini. Coba kamu bercermin dan lihat seperti apa rupamu?" "Astaghfirullah..." Aisyah menghela nafas, mendengar perkataan suaminya yang begitu menghina dirinya. Aisyah pergi meninggalkan Reino, dia ke dapur untuk membawa satu ceret air minum dan gelas. Dia segera kembali ke kamar karena takut suaminya marah bila terlalu lama. Sesampainya di dalam kamar Reino sudah berbaring terlentang di tempat tidur, Aisyah meletakkan ceret air minum dan gelas di meja yang berada tepat di samping tempat tidur. Dia hendak merebahkan dirinya di sisi tempat tidur. Baru saja dia menyibak selimut Reino memandang ke arahnya. "Siapa yang menyuruh kamu tidur satu ranjang denganku? Kamu tidur di sofa sana, jangan pernah sekali pun berani mendekat. Sudah saya katakan saya jijik denganmu!" "Ya Allah Mas, aku ini istrimu?" "Istri yang tak diharapkan. Tunggu saja setelah satu tahun aku akan menceraikan kamu!" "Astaghfirullah hal azim, mas pernikahan itu bukan mainan." "Yang mau menikah dengan kamu siapa?" Reino melempar Aisyah dengan bantal, hingga tubuhnya mundur ke belakang karena kuatnya Reino melempar bantal tersebut. Air mata turun mengalir di pipi mulusnya, sedari tadi Aisyah sudah menahan agar air mata tak menetes tapi sepertinya kali ini tidak berhasil. Perkataan Reino seperti belati yang menghujam jantungnya. Terasa sakit tapi tidak berdarah. Reino yang melihat air mata Aisyah bukannya iba malah semakin ingin menyakiti wanita itu. Dia bangkit dari tidurnya lalu mendatangi Aisyah dan mendorong tubuhnya untuk menjauh dari pandangannya. Tak lupa Reino memberikan bantal untuk istrinya dan dia juga menyuruh Aisyah mengambil bedcover yang di taruh di dalam lemarinya. Aisyah pergi meninggalkan Reino dengan air mata yang tak berhenti mengalir, Semakin dia melangkah semakin deras pula air mata itu jatuh membahasi pipi. Aisyah mengambil bedcover di lemari kemudian dia merebahkan dirinya di sofa yang berada di kamar itu. Kamar Reino sangat luas, bahkan dari sofa tempat Aisyah berbaring saja Reino terlihat jauh, saking luasnya kamar tersebut. Aisyah awalnya ingin membuka hijabnya saat tidur tapi hal itu dia urungkan karena dia merasa belum menjadi istri 100% dari seorang Reino Atmajaya, maka dari itu dia harus menjaga auratnya. Keesokan paginya Aisyah bangun pukul 4.30 wib, wanita itu mandi kemudian menunaikan sholat subuh. Setelah selesai sholat dia membangunkan suaminya yang masih terlelap di bawah selimut. Ragu ragu dia mencoba mendekat, lalu menyentuh lengan Reino. Aisyah bermaksud membangunkan suaminya untuk sholat subuh. "Mas, bangun. Subuhan dulu Mas." Beberapa kali Ica mencoba membangunkan suaminya tapi tetap tidak ada sahutan. Ica akhirnya tidak mengganggu suaminya yang sedang tertidur pulas itu, dia keluar kamar untuk membantu membuat sarapan di dapur. Aisyah berpapasan dengan Bunda Merry yang baru saja keluar dari kamar. Bunda tersenyum hangat kepada menantunya itu. "Gimana Sayang tidurnya, nyenyak? Reino tidak bertindak kasar kepadamu kan?" "Alhamdulillah nyenyak Bun, Mas Reino juga baik kok Bun. Dia kelelahan, jadi saat pulang semalam Mas Reino langsung tidur." "Syukurlah kalau dia bersikap baik. Bunda harap Nak Aisyah bisa bersabar ya Nak menghadapi Reino. Dia sebenarnya anak yang baik dan penurut, semenjak dia kuliah di luar negeri anak itu jadi berubah. Dia menjadi lebih bebas dan frontal, bunda yakin kamu akan menyadarkan Reino dan membawanya ke jalan kebaikan. "Amin ya Allah, Ica pun berharap demikian. Bun, bisa tidak panggil Aisyah dengan Ica saja? anggap saja Ica sebagai anak perempuan Bunda sama seperti Dek Angel." "Itu sudah pasti Sayang, kamu bukan hanya menantu buat Bunda tapi juga anak perempuan Bunda." Ibu mertua dan menantu itu pergi bersama ke dapur untuk membuat sarapan. Bunda memberitahukan Aisyah, apa yang menjadi kesukaan dan kebiasaan suaminya itu dari saat bangun tidur sampai menjelang tidur. Bunda Merry juga memberi tahukan makanan favorit Reino. Soal makanan, Aisyah tidak khawatir karena wanita itu pintar memasak. Bahkan Ica pintar sekali membuat cake dan roti. Pagi ini Aisyah membuatkan suaminya pancake dan juga sandwich isi daging lapis, tak lupa dia juga membuat kopi. Menurut bunda Reino selalu meminum secangkir kopi hitam di pagi hari. Saat semua sudah terhidang di atas meja, Aisyah kembali ke kamar untuk membangunkan suaminya. Dia berjalan mendekat dan berdiri di sisi tempat tidur. "Mas, bangun." Aisyah memangil suaminya tapi suaminya tidak merespon. Dia masih terlelap dalam tidurnya. Kemudian Aisyah menunduk, dia memberanikan diri menyentuh lengan lalu mengguncang pelan lengan itu, sampai akhirnya Reino membuka matanya secara perlahan. Pria itu langsung menepis tangan Aisyah, seolah-olah dia merasa jijik di sentuh oleh wanita itu. Reino duduk tegak di atas tempat tidur, rambutnya berantakan dan masih muka bantal. Pria itu menguap, setelah itu meminta istrinya untuk mengambil segelas air putih. Aisyah memberikan segelas air putih tersebut kepada suaminya, Reino mengambil gelas tersebut tanpa melihat wajah Aisyah. Setelah minum pria itu bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Dia meminta Aisyah menunggunya sampai selesai mandi, setelah pria itu berpakaian dia meminta istrinya untuk memakaikan sepatunya. "Mulai saat ini kamu harus melayani saya, setiap pagi saya ingin kamu menyiapkan air mandi, baju kerja dan memakaikan sepatu saya. Oh iya saya juga tidak bisa tinggal di sini, besok saya akan membawa kamu pindah ke apartemen." "Pindah, tapi kenapa Mas?" "Jangan banyak tanya. Kalau saya bilang pindah ya pindah!" "Baik Mas." "Bawa tas saya, dan taruh di mobil!" "Iya Mas..." Keduanya keluar bersama dari kamar menuju ruang makan, Reino duduk di kursi sementara Aisyah membawa tas suaminya ke mobil lalu kembali lagi ke ruang makan, untuk melayani suaminya. Bunda dan Angel sudah berada di sana, keduanya memuji masakan Aisyah. Reino hanya diam tanpa ekspresi kemudian dia menyeruput kopi yang berada di depannya. Kopi itu terasa berbeda, lebih enak dari sebelum sebelumnya bahkan ini lebih enak dari kopi yang biasa dia beli di coffeshop "Bun. Besok aku dan wanita itu akan pindah ke apartemen Reino. Aku ingin mandiri Bun, ingin merasakan berumah tangga hanya berdua saja dengannya."

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

The CEO's Little Wife

read
626.5K
bc

BELENGGU

read
64.4K
bc

Revenge

read
15.0K
bc

After That Night

read
8.3K
bc

Hasrat Istri simpanan

read
7.2K
bc

Aku ingin menikahi ibuku,Annisa

read
53.1K
bc

Istri Lumpuh Sang CEO

read
3.7K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook