bc

Para Pangeran Lele

book_age16+
406
FOLLOW
2.7K
READ
others
drama
tragedy
comedy
sweet
humorous
heavy
mystery
first love
gorgeous
like
intro-logo
Blurb

Pernah nonton drama korea coffe prince?

Suka?

Tentu dong, siapa sih yang gak suka liat cogan beterbaran. Eaaaakkkkk

Di sini juga penuh dengan para cogan yang gak kalah dengan cogannya coffe prince.

Ada Saka, Danu, Candra dan Fikri. Cuma bedanya mereka membuka usaha warung lesehan pinggir jalan. Bukan cafe kopi.

Eiiittts jangan salah. Walau cuma warung lesehan pinggir jalan tapi warungnya sangat ramai pengunjung. Dan para pengunjungnya memberi mereka julukan para pangeran lele. Selain tampan mereka juga suka menggoda pelanggan dengan tingkah konyol mereka.

Suatu hari di warung mereka kedatangan seorang gadis cantik. Dan pada saat itulah keadaan mereka mulai agak berubah. Ada beberapa misteri dan rahasia yang mulai terbongkar. Apa itu????

Yuuukkk bisa langsung cusss di baca?

chap-preview
Free preview
Prolog wanita Bergaun merah
Musik berdentang sangat keras memekakkan telinga. Hingar bingar dentuman musik disko berpadu dengan desiran angin laut yang begitu kencang, ditambah para pelayan perempuan berbaju seksi wira wiri membawa nampan minuman dan cemilan, membuat suasana pesta malam ini  begitu meriah dan mewah. Pesta yang diselenggarakan di atas kapal pesiar pribadi milik salah satu perusahaan terkenal itu memang cukup berkelas. Para pengunjungnya memang tak terlalu banyak tapi bisa di pastikan bahwa mereka bukanlah dari golongan biasa. Para wanita memakai gaun yang sangat mini dan terbuka bercampur baur menari dengan para laki-laki yang kebanyakan bertelanjang d**a. Mendungnya awan dan dinginnya angin laut seakan-akan tak berarti apa-apa dibanding dengan gairah mereka. Namun tak semua pengunjung ikut menari dalam kemeriahan. Ada juga sepasang pasangan yang b******u di sudut agak gelap deck kapal. Selain itu, ada juga para lelaki yang bersantai di sun lounger di dekat kolam renang kecil. Seorang wanita bergaun merah yang teramat seksi melangkah pelan menuju tempat para pria di sun lounger. Gaunnya yang pas melekat tanpa lengan dan bawahannya yang hanya sampai pertengahan paha sangat mengekspos sebagian besar tubuh indahnya. Dari gestur tubuhnya terlihat sekali kalau wanita itu tidak nyaman dengan gaun yang di kenakannya. Di saat tangan kirinya membawa tas kecil, tangan kanannya berusaha memegang ujung gaun agar tak terangkat ke atas bersamaan  dengan setiap langkahnya. Dari langkahnya pun terlihat sangat jelas takut dan ragu-ragu. Pandangannya yang sering menunduk menunjukkan bahwa dia ketakutan. "Selamat malam nona Laura. Anda terlihat sangat cantik sekali memakai gaun itu" sapa salah satu pria di sun lounger. "Terima kasih" wanita itu hanya tersenyum kikuk. "Duduk di sini sayang," Pria lain menggeser tubuhnya agar  wanita yang bernama Laura itu bisa duduk di sampingnya. " Mau minum nona?" Harry, pria pertama yang menyapa tadi menuangkan botol wisky ke gelas. "Istriku tidak minum minuman beralkohol tuan Harry," interupsi Brian, lelaki yang duduk di samping Laura, "Benarkan sayang?" Laura hanya tersenyum tipis. Ke empat pria di sun lounger itu kembali berbincang, bercanda gurau membicarakan apa saja. Bahkan ketika membahas bisnis pun mereka juga tertawa. Laura hanya diam tanpa niatan ikut masuk dalam perbincangan, sesekali hanya menanggapi guyonan atau godaan para pria itu dengan mengangguk atau tersenyum seperlunya. Dia tak terlalu paham apa yang mereka bicarakan. Wanita itu hanya ingin segera kembali ke kamar inapnya. Gaun yang dipilihkan suaminya ini benar-benar begitu tidak nyaman. Apalagi melihat tatapan para pria ini terhadapnya, entahlah Laura merasa begitu tidak nyaman dengan tatapan mereka. Tentu saja selain suaminya. " Kenapa sayang?" Tanya Brian yang melihat Laura mengelus-elus lengan. Dingin. Itulah yang dirasa Laura pada lengannya yang terbuka tapi wanita itu hanya tersenyum dan menggeleng lemah. Dia takut mengganggu keasyikan suaminya. " Mau minum dulu?" Brian menyodorkan segelas air putih. Laura langsung menerima uluran air itu. Mungkin karena terlalu tegang atau gugup, segelas air putih itupun langsung tandas dalam sekali tegukan. Dengan sedikit gemetar dia meletakkan gelas kosong kembali ke meja. 5 menit kemudian Laura merasakan sesuatu yang aneh pada dirinya. Kepalanya pusing dan tubuhnya menghangat. Suara Brian dan teman-temannya yang berbincang terdengar samar. Mungkin karena cuaca. Batinnya Laura hanya diam, mencoba menahan hawa tidak enak pada tubuhnya. Entah mengapa semakin lama pusingnya semakin menjadi-jadi dan tubuhnya terasa semakin panas. "Sayang!" Panggil Laura dengan menyentuh lengan Brian. " Laura ada apa denganmu?" Panik Brian ketika menoleh mendapati wajah Laura yang pucat. Laura ingin menjawab tapi suaranya seperti hilang. Pertanyaan-pertanyaan Brian yang panik terdengar semakin samar. Detik berikutnya tubuhnya terasa berat dan tiba-tiba semua menjadi gelap. ############ Ranjang yang bergoyang-goyang dan gemericik suara air membangunkan Laura. Ketika membuka mata dan melihat sekeliling kamar dia merasa ada yang aneh dan janggal. Bukan. Ini bukan kamar yang di tempati Laura dan suaminya di kapal ini. Dia masih ingat betul tata letak kamar inapnya. Mencoba untuk mengingat-ingat kejadian semalam, Laura menutup mata dan menekannya. Pesta, langit mendung, dingin, minum air putih, pusing, lalu gelap. 'Ahhhh apa yang sebenarnya terjadi...???' Laura menekan pelipisnya kuat dengan harapan pusingnya reda dan dia ingat kejadian semalam. Ketika berusaha duduk dan menyandarkan tubuhnya pada kepala ranjang, Laura kaget dengan keadaan tubuhnya. Dia tidak memakai pakaian sehelai benangpun. Hanya selimut yang menutupi tubuh polosnya. 'Apakah aku dan Brian b******a semalam?' Suara gemericik air kembali menyadarkannya. Dilihatnya kamar mandi dengan dinding kaca transparan yang berada di dalam kamar. Seorang laki-laki sedang mandi di dalam sana. Embun yang menempel pada dinding kaca membuat orang yang mandi terlihat buram. 'Apakah itu Brian?' Pelan, Laura turun dari ranjang. Memungut baju yang berserakan dan memakainya. "Brian!" Panggilnya pelan. Gerakan pria yang mandi itu tiba-tiba berhenti. Seakan menunggu kelanjutan dari panggilan tadi. Aneh. Laura merasa ada yang aneh pada orang yang mandi itu. Jika memang dia Brian seharusnya menjawab ketika dia memanggilnya. Dan biasanya Brian selalu bersenandung ketika mandi. Tapi orang di dalam kamar mandi itu tak terdengar sama sekali suaranya. Agak ragu Laura melangkah mendekati kamar mandi. "Brian" panggilnya lagi untuk memastikan apakah orang mandi itu akan menjawabnya. Nihil. Tak ada jawaban. Orang di dalam kamar mandi itu malah kembali melakukan aktivitas mandinya setelah berhenti sebentar tadi. Laura menajamkan penglihatannya pada orang itu. Dan ketika orang itu mengguyur tubuhnya dan embun pada dinding kaca ikut luruh, tersentak lah Laura. 'Bukan. Dia bukan suamiku Brian. Pria yang mandi itu bukan suamiku.' Sekian tahun menikah tentu Laura sangat hafal postur tubuh suaminya, walau hanya terlihat punggungnya saja dan samar-samar dia pasti mengenali apakah itu suaminya atau bukan. Takut, Laura melangkah mendekati pintu. Sedikit gemetar tangannya membuka pintu dan keluar kamar. Bingung dan linglung. Itulah yang dirasa Laura sepanjang berjalan melewati koridor kamar-kamar di dalam kapal. 'Ada apa ini? Apa yang sedang terjadi?Di mana Brian? Siapa pria itu?' Tiba-tiba saja ada uluran tangan yang menangkap lengan laura dan menariknya keras. "Aaaaaa..." "Diam!!!" Bentak orang yang menariknya. "Mbak Siska?" Entah untuk keberapa kali dalam semalam ini wanita itu kaget dengan keadaan sekitar. " Kenapa kau keluar dari kamar itu?" Desis Siska seakan-akan menyalah tindakan Laura yang meninggalkan kamar. Mata Laura membelalak kaget, " Mbak tau aku di dalam kamar itu?" Menahan emosi Siska kembali menarik tangan Laura kasar, memaksa wanita itu mengikuti langkah cepatnya. "Mbak, kita mau ke mana?" Tanya Laura agak takut. Tangannya terasa sakit akibat cengkraman kuat Siska. Wanita bernama Siska itu hanya diam dan tetap menyeret Laura. Tak menggubris bahkan ketika terdengar wanita yang memanggilnya 'mbak' itu merintih sakit. Ketika sampai di deck kapal teratas, tempat yang sama pesta itu di buat, barulah Siska melepas cengkramannya dengan melemparkan tubuh Laura ke lantai deck. 'Sakit' Cuaca yang sedang hujan dan pesta yang sudah usai membuat tempat itu kini begitu gelap dan sepi. " Ada apa ini mbk?" Bukan. Itu bukan suara Laura yang bertanya. Ternyata Brian juga ada di deck paling atas. Laura menoleh ke arah Brian, ingin minta tolong tapi Brian malah menghampiri Siska.  Agak kecewa Laura mencoba berdiri sendiri tapi gagal. Mungkin karena kapal yang terus bergoyang dan lantai yang licin karena hujan membuat Laura susah berdiri. Laura menyeret tubuhnya ke pinggiran deck. Dengan berpegangan pada besi pinggiran deck Laura mencoba untuk berdiri. Nging....nging...nging.... Tangan kiri Laura menutup telinga yang berdenging nyaring. Sedangkan tangan kanannya kuat memegang besi pinggiran untuk menopang tubuhnya berdiri. Dengan sisa kekuatannya, dilihatnya Brian dan Siska. Mereka seperti orang yang sedang berdebat. Tapi Laura tidak mendengar apa yang mereka debatkan. Tiba-tiba saja kapal bergoyang dengan sangat hebat dan... Byuuuuurrr.... Brian dan Siska seketika berhenti berdebat dan melihat sekeliling. " LAURA !!!" teriak Brian. " LAURA....!!!" Hening tak ada jawaban.  Takut dan tegang Brian lari ke pinggiran deck dan menatap ombak laut yang ganas. " LAURAAAAAAA.....!!!!!!"

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Siap, Mas Bos!

read
11.7K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

My Secret Little Wife

read
94.0K
bc

Tentang Cinta Kita

read
188.9K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
203.8K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.4K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
14.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook