2. Warung Pangeran

1244 Words
Sore hari, matahari tampak jelas semakin memasuki peraduannya. Angin sepoi-sepoi berhembus lembut menyentuh wajah-wajah kuyu dan lelah para pekerja yang sudah membanting tulang seharian. Disaat sebagian banyak orang yang berpulang ke rumah setelah seharian sibuk dengan aktivitasnya masing-masing, ada empat cowok yang baru memulai kesibukannya. Disaat kebanyakan orang yang mulai beristirahat setelah bekerja keras tak kenal lelah sepanjang waktu, ke-empat sekawan itu malah baru memulai babak yang paling melelahkannya. Sebuah tenda kecil terletak di pinggir jalan raya utama dan di dekat pertigaan jalan masuk. Di tenda itu ada 3 pasang meja panjang beserta kursi-kursi plastiknya dan beberapa tikar yang di gelar di emperan toko yang sudah tutup. Di situlah ke-empat cowok yang terkenal dengan tampang cakep itu memulai pekerjaannya. Ada Candra, cowok cakep yang suka pakai hoodie sedang menggelar tikar di emperan toko. Ada Fikri,si cowok imut yang suka berkebun sedang melap meja dan menata kursi-kursi plastik agar terjejer rapi. Ada Danu, sang koki sedang meracik  bumbu di dapur di samping tenda. Ada Saka, sang bos dan cowok yang paling pendiam sedang memasang spanduk di depan tenda warung. Dan ketika spanduk berhasil dipasang, terbentang lah tulisan itu. Tulisan keramat yang membuat para gadis selalu penasaran dan pengen balik lagi dan lagi ke warung. Tulisan tersohor yang paling sering dicari di google maps setiap orang yang melewati kota itu. Dan tulisan terkondang yang membuat orang rela mengantri, apalagi kaum hawa, demi bisa mencicipi hidangan lezat serta menatap cowok-cowok berparas tampan. Dan tulisan spanduk itu adalah " WARUNG PANGERAN" "Lesehan nomer 3, ayam bakar 2 pecel lele 1 jeruk anget 3" "Oyey" "Meja nomer 2, tempe penyet 2 teh anget 2" "Yoi" "Lesehan nomer 5, lele kremes 3 teh anget 2 jeruk 1" "Asssiiiaappp" Suara para cowok itu terdengar saling bersahutan. Walaupun baru buka, bahkan tikar yang digelar aja belum selesai tapi pelanggan sudah banyak sekali yang antri. Dari segerombolan cewek-cewek, beberapa pasangan muda-mudi, serta beberapa pasang keluarga sudah banyak yang duduk manis menempati meja kursi dan tikar-tikar yang disediakan. Mereka ber-empat bahu membahu saling membantu. Tidak ada yang namanya hierarki dalam pekerjaan di warung lesehan itu. Saka sang bospun, selalu ikut andil dalam melayani pelanggan. Walau bagian kasir tetap si bos tapi dia juga tidak segan dalam membantu Candra ataupun Fikri untuk melayani serta mengantarkan hidangan ke pelanggan. Sedangkan Danu, dia tetap di bagian dapur dan tidak bisa diganggu gugat. Dapur adalah wilayah kekuasaannya. Tapi jangan salah. Walau selalu bagian dapur tapi fans Danu tak kalah banyak dengan yang lainnya. Lihatlah sekarang. Segerombolan cewek-cewek ABG bahkan rela menunggu pesanannya sambil menonton bagaimana lihainya Danu memasak. Dan Danu dengan pede-nya memasak bagaikan chef-chef yang ada di TV. Kemeja yang di gulung sampai siku. Senyum yang selalu terkembang dan tak lupa kedipan mata genitnya pada gadis-gadis di depannya. Dan lihatlah ekspresi para gadis itu..!!! Menjerit gemas hanya dengan melihat bagaimana Danu dengan ulungnya memotong sayuran buat lalapan. Haripun semakin gelap. Langit yang awalnya masih berwarna biru berubah menjadi jingga hingga sekarang gelap gulita. Bintang-bintang mulai bermunculan menghiasi pekatnya malam. Setelah hampir 4 jam bekerja tanpa istirahat sejak mulai buka tadi, akhirnya cowok-cowok mulai bisa mengenyakkan pantatnya ke kursi. Bahkan si Fikri langsung duduk selonjoran disalah satu tikar yang kosong. Pelanggan masih ada tapi tidak seramai waktu sore menjelang malam. Biasanya nanti memasuki jam 10 malam pelanggan mulai berdatangan lagi tapi beda genre. Kalau hampir tengah malam begitu biasanya kebanyakan pelanggan yang datang yang suka tongkrongan atau pelanggan yang lagi pacaran. " Mas pesen ayam bakar 2, tolong bungkus ya," Dua orang cewek yang baru turun dari motor matic datang menghampiri Candra yang sedang istirahat di kursi di dalam tenda. " Siap mbak!" Jawab Candra antusias " Ada lagi?" " Sudah mas." "Yakin mbak?" Si mbak yang pesan agak bingung dan hanya mengangguk. "Beneran gak ada yang mau di pesan lagi?" Si mbak hanya mengangguk-angguk bingung. "Yaaahhhh... padahal gua juga mau lho mbak sekalian dipesan dan di bungkus dibawa mbaknya pulang" desah Candra memasang mimik muka kecewa. Si mbak-mbak pun tersenyum malu-malu, " Gak usah mas. Gak sanggup aku. Takut nanti dimarahi suami jika bawa mas pulang" DOOOOEEEEENGGGGGGG " Bwahaaaahhahaha....." Fikri tertawa sangat keras. Cowok yang selonjoran di tikar dekat tempat Candra itu gak kuat nahan tawa mendengar balasan gombalan si fakboy Candra. Menahan malu, Candra menggaruk lehernya yang tidak gatal, " Hehehe ya udah mbak gak dibungkus sekalian juga gak apa-apa" Candra nyengir. " Tunggu bentar ya mbk" pamit Candra lalu menghampiri Danu, memberikan catatan pesanan si mbak tadi. " Bwahahahahhaha...." Fikri menghampiri Candra di dapur, masih dengan tawa menggelegarnya. Melihat rona wajah Candra yang menghangat, makin keras aja suaranya. Bletak " Wadaaawwww" " Asyem Lo!" Umpat Candra. Masih dengan sisa-sisa tawa Fikri mengelus-elus kepalanya yang dijitak Candra tadi, " Lagian bini orang juga  Lo godain" " Lah....mana gua tau dia bini orang" " Makanya jangan asal nyeplos aja tuh mulut" Greget. Candra memiting leher Fikri, "Anjiiiirrrr dasar bociiiiillll....!" Tangan Candra terangkat ingin menjitak Fikri lagi tapi.... " Can!" Panggil Saka membuat tangan Candra berhenti di udara. Padahal Fikri udah menutup kepalanya dengan tangan buat tameng. Jaga-jaga kalau dijitak lagi."Nitip warung dulu ya. Mau nuker uang" " Siap bos!!!" Setelah mengambil kunci motor, Saka langsung menghampiri motor dan pergi. Candra dan Fikri kembali gelut saling menjitak dan mengapit leher lawan masing-masing. Sedangkan Danu hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan kedua temannya. " Ma...maaf," suara lemah dan terbata-bata membuat perkelahian dua cowok itu berhenti. Mereka melihat ke asal suara tadi. Seorang gadis dengan kaos yang sangat kedodoran. Lengan kaos yang bahkan sampai menutupi siku. Dan panjang kaos sampai menyentuh  paha bawah. Ketika mata kedua cowok itu memperhatikan kaos bagian bawah, mereka menelan ludah. Gadis itu hanya memakai kaos tanpa bawahan. Ya walaupun kaosnya sangat panjang tapi tetep saja berhasil bikin mereka sedikit bergetar. Tidak ingin pikiran melayang kemana-mana, dua cowok itu tanpa kesepakatan langsung melihat keatas lagi. Ke wajah sang gadis. Cantik. Itu yang pertama terlintas di benak mereka ketika melihat wajahnya agak jelas. Walau wajahnya kucel dan lusuh dengan rambut dikucir kuda asal, semua itu tidak bisa menutupi aura kecantikannya. Bibir yang tebal dan seksi. Sedikit pucat tapi malah terlihat menggemaskan. Hidung yang simetris dan mata yang agak sipit. Semua itu terlihat jelas keanggunannya. Cantik dan imut. Koreksi keduanya setelah menatap detail wajah si gadis. " Ehem," dehem Candra menutupi ketakjubannya, " maaf ada apa ya mbak?" Gadis di depannya terlihat takut. Kedua tangannya memilin-milin gugup, " Maaf bolehkah minta tolong?" " Mau minta tolong apa ya mbak?" Kali ini Fikri yang bertanya. " Bolehkah minta makan nasi?" Tanya gadis itu lirih dan ragu. " Saya belum makan nasi selama seminggu." Kedua cowok itu saling berpandangan aneh. Bukan. Bukannya mereka aneh dengan permintaan minta makan si gadis. Bukan pula tidak mau memberi makan gadis itu. Nasi dan lauk masih banyak. Si bos Saka  juga gak bakalan marah jika mereka memberi makan gratis satu orang saja. Tapi ini aneh saja bagi mereka. Satu Minggu tidak makan nasi???? Satu minggu lho ini. Pengemis jalanan saja tiap hari pasti bisa makan nasi. Lha ini.... Seorang gadis belum makan nasi selama seminggu???? Gadis itu semakin menunduk. Wajahnya memerah menahan malu. " Nanti saya akan cuci piring jika anda berkenan memberi saya makan nasi seperempat porsi saja." Sungguh. Siapapun yang melihat kondisi gadis itu pasti iba. Apalagi dengan suara bergetar ketika minta makan. Bibir Candra bergerak ingin mengatakan sesuatu tapi tiba-tiba.... " Ada apa ini?" Tanya Saja yang sudah berdiri menjulang di dekat mereka. "A...." Ketika Fikri ingin menjelaskan situasinya, Saka keburu menatap tajam gadis lusuh di depannya dan bertanya, " Siapa dia?"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD