bc

Inara

book_age18+
332
FOLLOW
1.1K
READ
dark
HE
drama
tragedy
comedy
twisted
sweet
humorous
scary
bold
like
intro-logo
Blurb

"Antara Leonara dengan kak Deon. Jelas Leon lebih baik. Tapi gue juga udah cinta dengan k*******n kak Deon …" gumam Ina seraya menuruni anak tangga rumahnya.

Bisakah Ina memilih dengan akal sehatnya?

Dua lelaki itu berkepribadian sangat bertolak belakang. Memiliki paras tampan dan keunikan masing-masing.

Leonara, lelaki aura positif. Sedangkan Deon, lelaki penuh kekotoran.

chap-preview
Free preview
Sekolah baru
Burung burung berkicauan. Matahari terbit dari timur, seperti biasanya.  Sudah lebih dari sebulan dari masa libur sekolah setelah hari kelulusan. Kini, semua murid bersiap menanti hari ini. Hari yang sangat dinantikan bagi mereka yang sangat bersemangat untuk ke sekolah baru. Tidak beda dengan gadis bernama Ina ini. Karena terlalu bersemangat, kemarin malam ia sampai melupakan waktu. Betul sekali, gadis itu begadang. Lebih tepatnya hingga ia menguap lebar menandakan otaknya sudah harus istirahat.  Dan, pagi ini, gadis belia itu belum bangun.  "Ina, bangun! Jangan malas ya! Kita ini orang susah!" Pekik seseorang diluar pintu kamar gadis itu.  Deg! Mata gadis itu mengerjap berkali-kali. Padahal, dirinya baru saja bangun. Tetapi, sekarang ini ia terlihat sangat fokus pada pikirannya sendiri. "I-iya Bu …!" Gadis cantik tersebut segera melompat dari kasur berukuran single bad itu, segera mengambil handuk, bergegas ke kamar mandi. Sial….! Apakah aku terlambat?! Selesai mandi ala kambing, yaitu hanya jebar-jebur. Ina segera secepat mungkin memakai pakaian sekolahnya, mengikat tali sepatunya. Dan bergegas pergi tanpa sarapan terlebih dahulu. "Bu, aku sekolah ya!" Pekik gadis itu seraya berlari secepat mungkin.  Kondisinya belum benar-benar vit. Baru saja ia bangun dari alam bawah sadarnya, sekitar 20 menit lalu. Aktivitas yang ia lakukan tentunya menghabiskan energi dengan boros karena mental dan jiwanya belum sepenuhnya terisi dengan benar, tepatnya dipaksa untuk "siap" pada waktu yang kurang tepat. Inara, gadis belia yang menjadi anak angkat oleh Bu Ijah, seorang pekerja keras, namun mempunyai watak tegas. Tapi, watak tegasnya itu menurut Ina sendiri adalah seperti sosok ibu tiri.  "Huh … hah … hah …!" Gadis itu berhenti berlari sejenak, memegang dengkul yang terasa semakin ngilu. Wajahnya juga sudah basah kuyup. Bagaimana tidak, ia telah berlari secepat mungkin untuk jarak 500 meter, sedangkan sekolahnya masih 1 kilo lagi! "Sial. Gua telat ga sih ini, Jirrr!?" Monolog gadis itu. Masih dengan posisi terengah-engah. Namun kini ia sudah bisa berjalan santai. Gadis itu sudah memutuskan untuk berjalan santai saja. Lagipula, kalau dirinya lari, kemungkinan terbesar adalah mendapati dirinya pingsan di jalan umum. Atau depan gerbang sekolah. "Au deh. Bodoamat. Mau telat atau nggak ..-" nafas Ina masih belum beraturan. Masih tersengal-sengal namun tidak separah tadi. "Yang penting, sekolah baru! Yess!" Inara mengepalkan tangannya seraya dengan cepat menaikkan tangannya ke atas menandakan kalau dirinya bersemangat. Terpampang jelas perubahan di wajahnya. Jika tadi ia berwajah suram kecapekan, sekarang justru Inara menampilkan wajah ceria khasnya. Wajah penuh semangat. "Ayo Nara, Lo pasti bisa! Haha!" Tegas Inara memantapkan raganya untuk tetap berlari lagi.  Sesampainya disekolah.  "Wah gila. Ternyata belom telat ye! Yes!! Yahu!" Sekali lagi Inara mengepalkan kedua telapak tangannya. Kemudian melenggangkan kaki masuk ke dalam gerbang sekolah. Semua tatapan orang orang di sekitar sekolah menuju padanya. Bukan Inara jika tidak memperdulikan pandangan orang lain terhadapnya. Terlihat hampir semua siswa terdiam menatap siapa gadis yang sangat ceria melewati koridor sekolah barunya itu. Kemudian mereka saling berbisik-bisik. Entah apa yang mereka bisikkan. Yang jelas Inara tetap memasang mimik wajah senyum ringan. "Hemmm. Dimana ya, kelas gue?" Gadis itu menempelkan telunjuk kanan pada dagunya, celingak-celinguk memperhatikan siswa maupun siswi di sekitarnya, harap harap bisa bertanya masalah kebingungannya saat ini. Karena alis Inara tinggi, jadi, ketika ia menatap lawan bicara, ia akan terlihat tegas dan sedikit menakutkan. Ditambah lagi dengan sorot matanya yang tajam, ketika menatap lawan bicara, ia seolah olah mengobrak-abrik isi jiwa dan hati lawan bicaranya. Seketika yang di tatapnya menundukkan pandangan. "Lah … ngapa dah!? Kok pada nunduk si? Ada uang jatoh kah?" Monolog Ina pada dirinya sendiri. "Ga ada uang yang jatuh. Adanya hatiku padamu yang terlampau jatuh! Iyak iyak iyak!! Hahaha … " celetuk seorang pria di belakang gadis itu. Mendengar hal itu, Ina segera berbalik badan untuk mengetahui siapa orang yang sedang berbicara dengannya. Bukankah semua orang tampak bergidik ngeri melihat Ina? Lalu, siapa pria yang berani sekali mengajaknya berbicara seperti itu. "Kenalin, gue Leon. Calon dari anak anakmu!" Ucap pria berparas tampan itu seraya menjulurkan telapak tangan, tanda ingin berjabat tangan. "Eh! Lo tau gak, kelas 10 IPS 2?" Inara mengambil topik lain. Karena sejujurnya ia malas meladeni pria satu ini. Gadis itu takut terlambat lagi, seperti pada waktu MOS smp. "Oh Deket. Kelasnya sebelahan sama kelas gue. Sini gue anter aja." Jawab Leon seraya mengambil tas Inara dan menentengnya, bergegas melenggangkan kaki diikuti inara. Inara yang melihat ini, hanya diam saja. Ia merasa, untuk apa ia meladeni perilaku pria di hadapannya ini. Mungkin saja ia berniat baik. Setelah sampai di depan kelas. Leon memberikan tas Ina pada pemiliknya. "Nih, makasih ya. Hahaha" Leon berjalan melenggangkan kaki meninggalkan Ina sendirian. "Wah ... gila ya tu cowo. Harusnya kan, gua yg bilang makasih. Yaudahlah, biarin aja." Monolog Ina pada diri sendiri. Entah apa yang dipikirkan Ina, tetapi gadis itu belum juga bergerak sedikitpun untuk masuk ke dalam kelasnya. "MAKASIH! NAMA GUE INA. OKEH!" Pekik Ina bersemangat. Menghela napas, dan tersenyum tipis dengan kedua mata yang masih setia melihat punggung pria yang bernama Leon.  "Cowo yang menarik. Haha." Kini Ina mengyilangkan kedua tangannya. Tak sadar, bahwa ia sedang berdiri persis di depan pintu kelas yang membuat kegaduhan dimulai. "Woy. Ngapain ditengah jalan si. Minggir!" Celetukan pria di belakangnya mampu membuyarkan lamunan Ina. "E-eh … iya … iya! Maaf temen! Temen baru, haha." Ina tampak sok dekat dengan pria tersebut. "Hah? Apasih, gila ya?" Celoteh asal-asalan dari pria tersebut dengan mimik wajah yang membingungkan. "Dih …! Ish! Apasih?!" Omel Ina pada pria itu. Namun, pria itu sudah jalan jauh didepannya. Mustahil untuk mendengar suara Ina. Karena saat ini, ruangan itu benar benar dipenuhinya kegaduhan teman-teman di dalam kelas tersebut. "Aduh diem! Gue pusing!" Pekik Ina, membuat sontak sekelas kaget dan mereka memasang mimik wajah tanya. "Wah, selamat datang ketua kelas! Maaf ya, kelasnya rusuh gini." Ucap salah seorang dari sekumpulan siswa yang merupakan dalang dari kegaduhan di kelas itu. "Hah?" Ina bertanya tanya di dalam hatinya, sebenarnya apa yang dimaksud pria dihadapannya ini? Apakah ada orang selain dirinya di sekitar situ? Ina segera menunjuk dirinya untuk memastikan. Lebih kagetnya pria itu mengangguk cepat tak lupa dengan wajah bersemangat dan antusias yang tinggi. "Maaf ya, keamanan belum bisa menenangkan situasi hari pertama, ketua kelas." Celetuk salah seorang pria dari arah lain. Ina semakin dibuat bingung oleh mereka semua. Sebenarnya, apa maksud dari semua ini? Apakah ini surprise atau memang salah duga, atau apa?! 

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Siap, Mas Bos!

read
11.7K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
203.8K
bc

Tentang Cinta Kita

read
188.9K
bc

My Secret Little Wife

read
94.0K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.4K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
14.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook