bc

Metanoia

book_age18+
617
FOLLOW
2.5K
READ
love-triangle
family
love after marriage
pregnant
doctor
drama
comedy
cheating
polygamy
teacher
like
intro-logo
Blurb

Metanoia merupakan sequel dari Anomali, bercerita tentang kehidupan setelah pernikahan dari Marco Setiawan dan Clarissa Pratama.

Metanoia adalah sebuah cerita tentang perjalanan dari sebuah perubahan hati, cinta, dan jalan hidup kedua orang yang tadinya saling mencintai.

Ps; yang mau baca disarankan untuk membaca Anomali terlebih dahulu.

Metanoia Cover made in Canva.com

Heading font: Abibas

SubHeading font: Abibas

Pict: Couple’s Shoes Romantic Book Cover by Marketplace Designer

chap-preview
Free preview
2 Chapter 1
CLARISSA     “Aku bosen nganggur!” Seruku kepada Marco. Aku sedang bersandar di dadanya. Inilah yang selalu kami lakukan tiap malam, mengobrol sebelum tidur (kalau dia tidak ada operasi). Dia biasanya menceritakan semua pekerjaannya padaku, aku juga menceritakan kegiatanku di rumah, kegiatan Bhagas dan apa saja yang terjadi di rumah. “Kamu lagi hamil, bae. Kerja juga langsung cuti lagi nanti.” Jawabnya. Dia benar. Aku sedang hamil, usia kandunganku sudah 6 bulan sekarang ini. Perutku membuncit dan aku menyukainya. Bagaimana tidak? Ada kehidupan di dalam perutku. Itu anugerah luar biasa yang diberikan Tuhan untuk para wanita. “Kamu di rumah aja, lagian bosen kenapa sih? Bosen ngurus aku sama Aga?” “Engga gak gitu! Aku ya bosen aja gak ada aktifitas lain.” Jawabku. “Yaudah di rumah aja, yaa? Gak usah kerja-kerja segala.” Katanya. Aku mengangguk kemudian mengecup pipinya. Kemudian aku bangkit menuju kamar mandi, yaa hampir satu jam sekali mungkin aku buang air kecil. Untuk usia kandungan 6 bulan aku masih tak kuatir, namun saat menginjak 8-9 bulan. Aku kadang suka kepikiran gimana kalau pas aku buang air kecil atau buang air besar eh bayinya keluar? Kan horor.   Aku keluar dari kamar mandi dan disambut oleh pelukan Marco. “Bae!” Panggilnya. Aku menengok dan langsung menatap matanya. “Aku bingung pilihin nama buat anak kita!” Serunya sambil menuntunku ke kasur. “Kamu mau anak kita namanya gimana?” Tanyaku. “Yang unik, kalo bisa dari bahasa kuno!” Serunya antusias. “Nanti aku coba pinjem kamus bahasa kuno ke Papa yaa.” Kataku dan Marco mengangguk. Kemudian aku bangkit, turun dari kasur dan berjalan ke depan lemari. Aku berhenti tepat di depan cermin panjang yang memantulkan tubuhku dari atas sampai bawah. “Ngapain?” Tanyanya. “Enggak. Merhatiin aja. Entar kalo udah 9 bulan bakal segede apa ya?” “Aku juga kurang tau, tergantung bayi kita gendut apa engga.” Jawabnya. Aku mengangguk. Berputar kiri, berputar kanan. Melihat bentuk tubuhku secara keseluruhan dari berbagai sisi. “I like your curve!” Serunya. Aku tersenyum, namun aku merasa sangat gendut. “Babe, aku gendut banget yaa?! Kaya paus!” “No, you're not! You're wonderful!” Jawabnya. Seketika aku terharu, aku bahkan merasa air mata otomatis mengalir keluar dari mataku. “Thank you!” Seruku. Kemudian Marco sudah berada di belakangku. Memelukku dengan kedua tangannya dan meletakkan dagunya di bahuku. “Udah ah cengeng-cengengannya!” Serunya sambil memutar badanku jadi menghadapnya. “Jadi aku gak boleh nangis bahagia?” Kataku saat Marco mengusap air mataku. “Boleh! Dan aku janji akan bikin kamu nangis lagi dengan alasan yang sama!” Janjinya. Aku tersenyum dan mengecup bibirnya sekilas.    *****   Seperti biasa aku menjemput Bhagas setiap siang, hanya saja sejak aku hamil Marco tidak mengizinkan aku menyetir sendiri, sekarang ke mana-mana aku selalu diantar oleh Pak Tono. Aku menunggu Bhagas di mobil. Sejak 3 bulan lalu ia tidak mau aku menunggu di tempat orang tua murid. Dia bilang semua temen kelasnya sudah tidak ada yang dijemput. Aku hanya tersenyum kala itu. Setidaknya Bhagas sudah punya teman yang cukup banyak. Lima menit kemudian pintu mobil terbuka, Bhagas masuk dan langsung memelukku. “Gimana hari ini?” Tanyaku. “Seru Ma, tadi aku ada praktikum IPA gituu nguji cairan asam sama basa.” Kata Bhagas. Aku mengangguk. Woow sekarang anak kelas 3-SD udah belajar asam-basa yaaa. “Kak, mau anter Mama dulu gak?” Tanyaku. “Ke mana, Ma?” “Mother care!” “Yeay. Mau cari barang buat Adek yaa?” Tanyanya antusias. Dan aku mengangguk. Setelah bilang pada Pak Tono tujuan kami selanjutnya, beliaupun langsung mengantarkan kami. “Ma? Adeknya Aga cewek apa cowok sih?” Cowok sayaang. Ingin aku berkata begitu, namun Marco melarangku. Katanya buat kejutan ke Bhagas. “Rahasia! Emang Aga maunya apa?” Tanyaku sambil memilih-milih baju bayi. Kalau saja anak yang kukandung berjenis kelamin wanita, pasti aku sudah kalap membeli baju bayi yang lucu-lucu ini. “Aga maunya cowok, biar bisa Aga ajak main bola nanti.” Jawabnya. Your wish gonna come true, dear. Just wait for 3 month again. Batinku.   **** **** MARCO     Banyak hal yang berubah di hidupku setelah menikah (lagi). Bukan hanya aku, Bhagas yang paling banyak berubah. Secara ringkas, kehidupanku jauh lebih teratur semenjak menikah dengan Clarissa. Saat ini Clarissa sedang mengandung anak kami, anak pertama kami. Oke anak kedua. Karena kami menganggap Bhagas adalah anak kandung kami. Bukan anak yang kuadopsi beberapa tahun lalu. Aku sedang dalam perjalanan pulang ke rumah. Dari dulu, setelah selesai bekerja aku selalu langsung pulang karena tak ingin Bhagas sendirian di rumah. Sekarang aku ingin langsung pulang karena Bhagas dan ditambah Istriku yang menunggu kepulanganku. Bahagia rasanya jika kau pergi bekerja ada istri dan anakmu yang mendoakanmu dan saat kau pulang kerja mereka menyambutmu dengan senyuman dan pelukan hangat. Sebenarnya aku sudah tak tahu lagi apa yang harus kuceritakan karena kami semua betul-betul sudah bahagia. Jalan cerita kami pasti akan sangat membosankan dan monoton karena setiap harinya hanya berisi kebahagiaan. Dan aku selalu berdoa agar terus seperti ini. Aku tak ingin ada konflik-konflik tidak menyenangkan yang terjadi di hidupku. Cukup dulu. Aku sudah sampai di rumah. Biasanya Clarissa dan Bhagas ada di ruang keluarga lantai bawah. Entah itu belajar, melukis atau sekedar menonton TV. Aku langsung naik ke lantai dua begitu mendengar suara tawa Clarissa. Suaranya berasal dari kamar yang selama ini kubiarkan kosong. Saat masuk aku melihat Bhagas dan Clarissa sedang menempel wallsticker yang sangat lucu-lucu. “Ko Ayah ga diajak sih?” Tanyaku, aku iri karena tidak diajak melakukan kegiatan menyenangkan seperti ini. Ini anak pertama! For God sakes semua hal sangat baru untukku! “Mama ngajak Aga nempel, Yah! Abis katanya Mama gemes sama wallstickernya terus Ayah lama datengnya.” Jawab Bhagas. Clarissa tersenyum sambil mendekatiku, ia memelukku sebentar lalu mengecup pipiku. “Maaf yaa. Abis aku excited parah!” Bisiknya ditelingaku. Well, yaa aku pasti memaafkannya. “Iya gak apa-apa. Tapi inget doong bukan kamu doang yang excited. Aku juga.” Kataku sambil mengecup pipinya. Clarissa mengangguk. “Ganti baju dulu. Baru ikutan!” Serunya. “Yes ma'am!” **** TBC    

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

The Perfect You (Indonesia)

read
289.7K
bc

Long Road

read
118.3K
bc

Kujaga Takdirku (Bahasa Indonesia)

read
75.9K
bc

Skylove (Indonesia)

read
109.2K
bc

Perfect Marriage Partner

read
809.9K
bc

Switch Love

read
112.5K
bc

Broken

read
6.3K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook