bc

Sssss! Undead Around You

book_age12+
247
FOLLOW
1K
READ
reincarnation/transmigration
family
body exchange
second chance
tragedy
twisted
bxg
heavy
mystery
rebirth/reborn
like
intro-logo
Blurb

Raesha bisa melihat hantu dan aura orang lain yang menunjukkan waktu kematian mereka. Membuat Nya sering melihat kematian di sekiar nya. Ia tidak bisa menghentikan atau pun mengalihan waktu itu. Membuat Raesha sering kali trauma, dan memilih untuk menjauh dari pergaulan. Raesha menderita karenanya. Namun tak satupun yang tau, kecuali—Rey.Lelaki yang sering kali menjadi langganan di tempeli Hantu.

Selain dari itu, Raesha bisa melihat hantu, melihat roh dan…juga bisa melihat Undead. Mayat hidup, tidak terlihat, tidak terasa dan bisa…membunuh Manusia. Raesha selalu menjaga jarak dan pura-pura untuk tidak melihat mereka. Karena Raesha itu juga manusia, ia bisa terluka jika berhubungan dengan mereka.

Raesha berusaha menjauh, sejauh mungkin dari para Undied itu. Hingga, sampai akhirnya dia tahu, kalau yang paling diincar Undied itu bukan hanya dia. Tapi Undied itu juga mengincar…Rey.

chap-preview
Free preview
Bagian pertama
Di sebuah desa yang kecil, seorang anak kecil hidup bersama ke- 2 orangtuanya dan kedua saudara sepupunya. Avril sebenarnya adalah anak dari ratu Lucy dan raja Peter. Namun pada saat hari kelahirannya, kerajaan di serang. Membuat ia terdampar di tengah hutan dan ditemukan oleh sosok orang tua miskin. Avril besar dan berkembang di desar kecil itu, meski miskin dan tidak punya banyak uang. Avril tetap bisa hidup dengan layak bersama dengan kedua sepupu lainnya, Visel dan Skan. Mereka bertiga sering berkelana ke hutan, menyembrangi danau-danau dan pergi berpetualang. Dan seperti saat ini, mereka sedang pergi mengembara di sebuah hutan. "Kau masih belum percaya bahwa kau adalah anak dari seorang raja Avril?" Visel yang berjalan di depan Avril dan Skan sedikit menatap sosok gadis yang tepat berada di belakangnya. Avril mendengkus kesal "Jika aku anak seorang raja, harusnya aku tinggal di kerajaan dan hidup senang. Bukan seperti yang aku lakukan sekarang. Dasar menyebalkan...!" Avril mendahului Skand dan Visel. Berlari memasuki hutan yang semakin rimbun. "Seharusnya kau tidak mengungkit masalah itu lagi , kau sudah tau bahwa gadis percicilan itu pasti tidak akan percaya bahwa dia bukan saudara kandung kita. Ayolah, sekarang kau malah memperkeruh suasana saja!" Skand ikut berlari memasuki hutan dan mengejar adik kecil mereka itu. Ia memang tau bahwa Avril bukan saudara mereka, tapi jika gadis itu tetap tidak percaya. Apa yang harus mereka perbuat? "Hey....Avril ! Tunggu! Mohon jangan marah, kita ini saudara dan aku yakin kau sudah tau seperti apa Visel. Dia itu memang menyebalkan!" "Aku tidak marah Skand , dan aku ingin kau menjauh dariku saat ini!" Avril kembali pergi meninggalkan Skand, dan memilih untuk duduk di samping sebuah batu yang berada tidak jauh dari sungai. "Apanya anak raja? Jika anak raja, aku tidak akan tinggal di hutan seperti saat ini, dasar menyebalkan!" Skand dan Visel yang berada tidak jauh dari Avril hanya menghela nafas, Skand menatap Visel yang hanya tersenyum bodoh. Tanpa rasa bersalah sudah membuat suasana hari Avril menjadi tidak bagus hari ini. Padahalkan mereka seharusnya sudah dapat buruan untuk makan malam, tapi karena Visel. Semua jadi kacau dan Skand hanya bisa bersabar. Tidak mungkin ia langsung memukul adiknya itu. "Avril...tunggu sebentar dan coba dengarkan penjelasan kami!" Skand dan Visel mendekati Avril dan duduk di sebelah gadis itu. "Apa lagi yang ingin kalian bicarakan padaku? Ingin membuat sebuah rekayasa lagi agar aku percaya, begitu?" "Sebenarnya Visel hanya bercanda saja tadi. Ayolah, kau ini pemarah sekali Avril!" Skand memukul pelan kepala Avril. Membuat adik kecilnya itu berdecak sebal dan mengibaskan tangan Skand yang masih ingin memukulnya. "Sekarang sudah larut malam dan tidak baik bagi kita untuk tetap berada di dalam hutan. Aku minta maaf jika membuatmu kesal, aku tidak berniat demikian!" Visel meminta maaf pada akhirnya, sesuai dengan perintah Skand. Avril memalingkan wajahnya, sebenarnya Visel sering mengatakan hal itu. Tidak hanya sakali atau dua kali saja, tapi sudah berkali-kali dan seharusnya Avril tidak kesal. Namun entah karena apa, suasana hatinya benar-benar sensitif saat ini. Avril akhirnya menganggukkan kepalanya, lalu menyusul pulang kerumah. Mentari yang tadi masih kelihatan sekarang sudah mulai menghilang. Warna orange kekuningan memenuhi warna langit yang tadinya biru. Di tengah perjalanan, seekor beruang yang ganas mendekati Avril dari depan. Ia lari ketakutan sambil membidikkan satu panah kepada beruang itu. Grawuuuuuu....Beruang itu berteriak dengan keras dan sangat ganas. Avril malah berhenti sebentar dan menatap lekat ke arah beruang itu. Untungnya Visel dan Skand belum terlalu jauh dari Avril dan langsung menyerang beruang itu. Skand menarik Avril mendekatinya dan menatap ke sekitarnya, sementara Visel langsung mengambil panahnya. Menarik busurnya dan melepaskan tiga anak panah tepat pada jantung beruang itu. Beruang itu mulai terlihat lemas dan akhrinya jatuh ke tanah. Skand langsung membawa Visel dan Avril kembali ke perjalanan mereka yang tertunda. Mereka tiba di sebuah rumah kecil, terbuat dari kayu dan dekat dengan sumber air. Mereka memasuki rumah dan melihat Abel, sang ibu yang sedang duduk melamun di atas kursi tua. Namun saat mendengarkan suara langkah mereka, Abel langsung menghampiri putra putrinya itu. "Kalian sudah pulang?" "Sudah ma!" Visel dan Skand menjawab bersamaan, namun tidak dengan Avril. Gadis itu langsung pergi ke kamarnya dan benar-benat menghiraukan keberadaan Abel sang ibu. "Hey Skand, kenapa dengan adikmu itu? Dia murung dan itu tidak seperti biasanya. Apa kalian sedang bertengkar lagi?" "Tidak ada apa-apa bu, hanya kejadian kecil saja tadi!" "Aku membuatnya marah bu!" Visel mengakui perbuatannya tadi. Skand hanya menatap Visel dengan helaan nafas. "Memangnya apa yang kalian lakukan padanya hmm?" "Bu....!" avril tiba-tiba langsung keluar dari kamarnya dan memeluk Abel dari belakang. "Apa benar aku bukan putrimu? Visel selalu berkata bahwa aku bukan lah putrimu, dia selalu berkata aku adalah anak dari seorang raja!" Abel tiba-tiba terdiam, lalu menatap Visel dan Skand. Ia sudah sering kali mengingatkan pada kedua putranya itu untuk tidak mengatakan hal ini. Namun, ia juga sadar bahwa rahasia ini tidak akan bertahan selamanya. Ia jelas tidakk bisa terus menerus menyembunyikan hal ini dari Avril yang pada faktanya memang bukan putrinya. Abel menarik tangan Avril, membawa anak gadisnya itu untuk duduk di atas kursi yang biasanya mereka tempati saat makan malam. Skand dan Visel yang peka pun ikut untuk duduk bersamanya. "Aku rasa, kau sudah besar untuk mengetahui hal ini sayang. Ada sesuatu yang ingin ibu bicarakan padamu, dengan sangat serius!" Avril mengerutkan keningnya, ia menatap Abel sang ibu. Sejak lama ia kenal dengan wanita paruh baya itu, dan sekalipun ia tidak pernah mendapatinya seperti saat ini. Seolah ia tidak mengenali siapa sosok nya saat ini. "Bu...tapi ini..!" "Sttt...!" Abel memegang tangan Skand, putra sulungnya. Ia hanya mengangguk padanya dan menatap Visel. "Sebenarnya, apa yang selama ini Visel katakan memang benar nak. Kau bukanlah putri kandungku!" Bagai di sampar petir, Avril langsung menatap sang ibu. Avril menggelengkan kepalanya bersamaan dengan matanya yang mulai berkaca-kaca dan hal itu membuat Skand tidak tahan. Ia mengelus punggung Avril untuk menenangkan adiknya itu. Biar bagaimanapun, ia sudah menganggap Avril sebagai adiknya, bagian dari keluarga kecil mereka. Dan hal itu tidak akan berubah sampai kapan pun juga. " Apa yang ibu katakan memang benar Avril, kau memang bukan putri kandung ibu. Dan bukan adik kandung kami berdua. Saat itu, ibu menemukanmu di dalam hutan saat kau masih bayi dan aku rasa saat itu kau masih bayi. Visel selalu berkata kau adalah putri kerajaan karena tanda yang ada di dahimu ketika kau masih bayi. Aku sendiri sebenanrya tidak yakin dengan Visel, namun kami juga tidak tau mengapa kau bisa berada di hutan saat itu! Avril tidak bisa menahan amarahnya, ia langsung memukul meja makan. Dan pergi meninggalkan mereka, memasuki kamar kecilnya dan langsung menangis di dalam kamarnya. Tidak, ia pasti sedang di bercandai oleh ibu dan kedua saudaranya. Jika memang Avril bukan anak kandung Abel, mengapa wanita itu tetap memperlakukannya seperti seorang putrinya sendiri?

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Romantic Ghost

read
162.3K
bc

Possesive Ghost (INDONESIA)

read
121.2K
bc

Time Travel Wedding

read
5.3K
bc

AKU TAHU INI CINTA!

read
8.8K
bc

The Alpha's Mate 21+

read
146.2K
bc

Putri Zhou, Permaisuri Ajaib.

read
3.1K
bc

Legenda Kaisar Naga

read
90.3K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook