bc

Cinta Tanpa Restu

book_age16+
9
FOLLOW
1K
READ
HE
humorous
realistic earth
asexual
gorgeous
like
intro-logo
Blurb

Memiliki perasaan cinta yang begitu besar terhadap seseorang, terkadang membuat kita menjadi gelap mata. Banyak hal dan perihal yang tak seharusnya dilakukan seakan menjadi lazim dan sah sah saja. Tetapi itulah cinta, bahkan manakala restu dari orang tua tak juga kunjung di dapatkan, meski berbagai cara telah di lakukan, membuat Andri nekat menikahi Nita meski tanpa restu dari kedua orang tua Nita. Banyak hal hal romantis dan seru yang mereka lewati bersama. Termasuk halangan dan juga kendala.

chap-preview
Free preview
Berawal Dari Satu Kisah
Senja ini terasa sejuk. Angin sepoi terasa menerpa wajah. Ku langkahkan kaki ku menuju parkiran sepeda motor ku. Seperti biasa, dan hampir tak ada yang berbeda, jika pulang dari kantor, aku pasti langsung pulang. Berada di kosan setelah capek kerja adalah hal yang paling aku gemari. Bukan gak mau nongkrong, tapi setidaknya gajiku jadi lebih hemat. tapi kalau ada yang traktir, mungkin aku lakukan pengecualian. hehehe. Tiba tiba saja pandangan ku terhenti pada sosok perempuan berjilbab biru yang sedang berdiri sambil sesekali melihat kanan kiri. Kalau di lihat dari seragam yang ia kenakan, seperti nya dia bukan salah satu karyawan dari perusahaan perusahaan yang ada di komplek perkantoran ini. Aku coba menghampiri, mungkin dia membutuhkan bantuan. " Maaf nih, bukannya sotoy, tapi kayaknya kamu bingung. Ada yang bisa aku bantu?" tanya ku sopan. Sejenak dia seperti tak menghiraukan ku. Ku tunggu beberapa saat, karena merasa di cuekin, aku balik badan hendak meninggalkan nya. " Aku menunggu teman ku, tapi sepertinya aku salah tempat mas" ku dengar suara lembut dari arah belakang ku. Aku hentikan langkahku. Lalu ku balikkan badan ku. Aku tersenyum. " Nah, gitu dong. Kalo di tanya jawab" Dia balas senyum tersipu malu. Aku mendekat. Ku perhatikan ada lesung pipit di ujung bibir nya. Wangi sekali aroma tubuh perempuan ini. Angin senja menyapu aroma itu masuk ke lubang hidung ku. Mata kami saling bertatap. Aku masih menunggu respon dari nya. " Ini nama komplek perkantoran nya apa mas?" tanya nya tiba tiba. " Disini nama komplek perkantoran nya Adidaya, temen kamu nunggu dimana katanya?" aku balik bertanya. " Ooh pantas saja, dia menunggu ku di Adicipta, berarti salah ya?" aku mengangguk. Dia terlihat mengambil handphone nya, lalu ketak ketik seperti menulis chat pada seseorang. " Aku pulang nya melewati komplek itu, apa kamu mau aku antar? tenang ga harus bayar, aku sekalian lewat soalnya" aku coba menawarkan bantuan. Kasian juga soalnya bentar lagi maghrib, takut ada orang iseng aja. Aku suka ga tega kalo melihat perempuan sendirian di tempat yang asing bagi nya. Pertanyaan ku belum terjawab. Dia masih sibuk dengan hp nya. Hingga beberapa saat aku merasa di cuekin, ku putuskan untuk meninggalkan nya. Mungkin dia tak membutuhkan bantuanku, atau takut karena aku adalah orang asing yang tiba tiba menawarkan bantuan. Ku tarik sepeda motorku ke arah belakang keluar dari parkiran. Hanya saja sekarang jadi lebih terasa ringan dari biasanya. Aku menoleh ke belakang, ku lihat dia ikut menarik handle sepeda motorku dengan tatapan matanya masih melihat ke hp. Ini perempuan aneh banget. Ditanya mau ikut apa enggak, diem aja. Tapi giliran orang mau jalan, malah ikutan narik motor mau keluar parkiran. Aku masih menolehnya. Kulihat dia menarik narik handle belakang motorku. Aku sengaja tahan biar dia melihat ku. Dan benar saja, dia melihatku sambil senyum. " Aku ikut ya mas" ujarnya. Kulihat giginya rapih berbaris menyembul dari katup bibirnya yang merah. Tatapanku biasa saja. Aku merasa perempuan ini cuek tapi butuh. Aku tak menjawab. Kubiarkan dia kembali membantuku keluar dari baris parkiran. Tak lama kemudian, kurasakan dia naik ke atas motor ku. Masih tanpa bicara, aku mulai menarik gas sepeda motorku. Kami hanya diam sepanjang jalan. Tak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulut kami. Aku masih malas nanya nanya karena sikapnya yang sedari tadi ngelihatin hp. Sepertinya saat ini pun dia masih ketak ketik di hp nya. Saat kami melewati komplek Adicipta, bahuku di tepuk tepuknya. " Mas, minggir mas, itu temenku di pinggir jalan" ujarnya. Aku langsung menepikan motorku dan berhenti tak jauh dari perempuan berbaju merah yang dia sebut sebagai teman nya itu. Perempuan itu lantas turun, ku dengar pelan dia mengucapkan terima kasih. Aku tak menjawab. Semenjak dia aku tanya tidak menjawab itu membuat aku malas bertanya macem macem ke dia. Setelah memencet klakson aku pun langsung tancap gas meninggalkan mereka. Sungguh perempuan yang aneh, gumamku dalam hati. Pengalaman hidup yang pahit terhadap perempuan, telah membuatku bersikap tak terlalu perduli dengan sosok perempuan. Semenjak perceraian ku dengan Dina, mantan istriku, aku sekarang menjadi sosok yang merasa lebih nyaman jika sendiri. 9 tahun kebersamaan kami di dalam rumah tangga, akhirnya kandas tanpa sisa. Penyebab nya tak lain tak bukan adalah pola pergaulan dari teman teman nya yang cenderung hedon. Sehingga ketika aku tak lagi memiliki kemampuan untuk mensuplai kebutuhan hedon nya, Dina memilih meninggalkan aku dan Veldi anak ku. Sejak saat itu aku merasa tak ada yang lebih penting selain Veldi. Bahkan aku sempat berpikir jika sepertinya aku akan mati dalam keadaan menduda. Hujan yang turun sejak aku sampai rumah, terasa semakin deras. Kulihat Veldi sedang asyik dengan Laptop nya. Aku pindah duduk ke teras depan rumah. Tak lupa kopi serta rokok ikut serta ku bawa. Menikmati suara hujan di teras depan adalah sangat menyenangkan. Kulihat jam di hp menunjukkan jam 8 malam. Suara air hujan yang jatuh di atas atap, seperti sebuah nyanyian yang riuh rendah. Kupejamkan mata, kutarik nafas panjang. Ah, sangat syahdu sekali rasa nya malam ini. Aku seperti masuk ke dimensi lain. Masa lalu yang kelabu seakan tak pernah ada. Hilang bersama aliran hujan menuju selokan. Bagiku, kondisiku sangat baik baik saja. Tapi ternyata tidak dengan sahabat sahabat dan keluarga ku. Banyak diantara mereka yang berulang kali menyuruhku menikah lagi. Mengingat usiaku kini sudah menginjak 37 tahun. Aku cuma balas ujaran mereka dengan senyum dan candaan. Gue yang duda kenapa lo pada yang rempong. Iya sih, Veldi butuh sosok ibu, bahkan entah berapa kali dia menyuruhku untuk mencarikan ibu untuknya. Aku cuma membalas dengan elusan acak di kepala nya. Andai mereka tahu, Aku pun tak ingin hidupku seperti ini. Akan tetapi, untuk mencintai seorang perempuan itu bukanlah hal yang mudah bagiku. Karena hati itu bukanlah tempat singgah sementara. Jika sebuah nama sudah masuk dan bertahta didalamnya, sangat sukar untuk mengeluarkan nya. Namun bukan berarti aku ingin CLBK ya. Hahahaha. Hanya saja aku masih belum siap menerima konsekuensi terpahit dari sebuah cerita hidup yang pernah aku alami. Pernah beberapa kali Dina chat ke aku. Ngajak aku ketemu, ngirim kata kata yang pada intinya ingin balik lagi. Aku hampir mau pada saat itu, karena jujur, semua kenangan kenangan indah bersama nya seakan memanggilku tuk kembali. Tapi semua itu sirna manakala kata kata permintaan cerai nya mulai menusuk nusuk di telinga. Sakit sekali rasa nya. Seolah olah 9 tahun kebersamaan kami hanyalah sebuah kisah tanpa makna. ya, aku kecewa.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Dinikahi Karena Dendam

read
217.2K
bc

Tentang Cinta Kita

read
199.3K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

My Secret Little Wife

read
114.0K
bc

Siap, Mas Bos!

read
18.3K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
4.6K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
16.4K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook