bc

YANG TAK BERTUAN

book_age4+
129
FOLLOW
1K
READ
bitch
comedy
ambitious
lucky dog
male lead
small town
horror
reckless
spiritual
civilian
like
intro-logo
Blurb

Semua berawal di sebuah rumah sederhana di daerah Jawa barat, di rumah itu tinggallah Ki Amin, bersama Anak , Menantu dan juga Cucunya.

Ki Amin kini genap berusia 101 tahun, di masa tuanya Ki Amin lebih bugar dan sehat di bandingkan dengan orang lain seusianya, hal ini lah yang membuat Krisna’ Cucu dari Ki Amin’ merasa ada hal aneh dan janggal dengan kehidupan Kakeknya , sebab untuk orang Indonesia jarang sekali ada orang yang sampai berusia lebih dari 100 tahun.

Sampai pada akhirnya semua pertanyaan Krisna pun terjawab oleh Pak Dadang ,yang tidak lain adalah Bapak Kandung Krisna, Pak Dadang mengajak Krisna ke sebuah Hutan, untuk mengajaknya melakukan sebuah Ritual sebagai awal semua jawaban dari pertanyaan Krisna.

“ Krisna, kamu ingin tahu kenapa Kakekmu itu panjang umur ?”tanya Pak Dadang dengan nada tegas.

“ Ia Pa, Krisna juga ingin punya umur panjang seperti Kakek.” jawab Krisna

Krisna pun mengikuti Pak Dadang menuju Hutan, sesampainya di sana Krisna merasa ada hal yang janggal, Krisna mengira kalau bapaknya mengajaknya ke hutan itu untuk mencari tanaman herbal sebagai rahasia panjang umur, tapi semuanya di luar dugaan Krisna , setelah melihat di Hutan tersebut sudah banyak sekali sesajen lengkap hingga wewangian. Krisna pun mau tidak mau mengikuti Ritual yang di adakan oleh Pak Dadang, meskipun dalam hati Krisna ini sudah tidak rasional lagi, tapi mau tidak mau, Krisna menuruti perkataan Pak Dadang karna Krisna tahu sifat Pak Dadang yang keras dan tidak bisa di bantah.

“ Turuti semua yang Bapak bilang, jika kamu ingin hidup panjang umur.” ucap Pak Dadang dengan nada tinggi.

Krisna hanya tertunduk, sambil menyesali semua kegiatan Ritual tersebut, semua Ritual tersebut di akhiri dengan pemotongan rambut alis Krisna sebagai tanda bahwa Krisna sudah mengikuti ritual itu.

Kejadian - kejadian aneh pun sering datang menghampiri Krisna, bukan hanya pandangan Krisna yang lebih sensitif tapi lebih dari itu, hubungan dengan Ayu pun yang merupakak kekasih dari Krisna, hampir retak, bahkan rekan, teman dan sahabat Krisna pun menjauhi Krisna, hal itulah yang membuat Krisna hampir mengakhiri hidupnya karna tidak sanggup lagi menahan gangguan – gangguan itu.

chap-preview
Free preview
awal bermula
Hari itu di suatu Desa semuanya tampak Normal tidak terlihat sesuatu yang mencurigakan , semuanya tampak Asri dan Nyaman, terlihat hamparan sawah yang lapang, anak - anak Angon yang sedang menjaga hewan ternaknya, Petani - petani juga tampak bahagia mungkin karena waktu itu sedang masa panen.   Begitu juga dengan Krisna, yang merupakan anak dari seorang Petani yang bernama Pak Dadang, pada hari panen itu memang sangat berlimpah, semua orang berkumpul di sawah untuk memanen semua padi, Krisna juga baru lulus kuliah, otomatis dia masih menganggur hingga pada saat panen ia bisa membantu Kedua orang tuanya untuk memanen padi di sawah.   “ Alhamdulillah ya Pak, Bu, panen sawah kita untuk saat ini sangat melimpah.” ucap krisan yang sedang bahagia sambil memandang hamparan sawah yang lapang.   “ Ia Kris, makannya ada pepatah bilang , padi di kebat dengan daunnya.” ucap Pak Dadang .   “ Apa itu artinya Pak? “ tanya Krisna .   “ Artinya itu, usahakan sesuatu itu dengan modal.”  jawab Pak Dadang.   “ Maksudnya apa Pak, Krisna kurang paham yang di maksud sama Bapak.” tanya Krisna.   “ Maksudnya semua hasil ini , memerlukan modal , bukan hanya modal dengan hal yang terlihat berupa uang, tapi juga modal berupa yang tak terlihat. “jawab Pak Dadang.   “ Sudah, sudah , jangan banyak ngomong terus, kerjanya gak akan selesai kalau ngomong terus.” ucap Pak Dadang dengan nada tegas.   Krisna masih penasaran dengan jawaban Bapaknya  itu, hanya saja Krisna segan untuk bertanya lagi ke Bapaknya, mau tidak mau Krisna menyimpan pertanyaannya  itu, sampai waktu yang tepat. Hingga akhirnya senja pun tiba, semuanya kembali ke rumah  dengan membawa hasil panen , dan di teras rumah sudah ada Ki Amin menyambut mereka yang baru pulang dari sawah, sambil menyeruput segelas kopi di temani dengan lagu Jawa lawas, Ki Amin yang merupakan Kakek dari Krisna , memiliki kebiasaan unik ketika masa panen datang, Ki Amin selalu minum kopi hitam pahit dan mendengarkan lagu Jawa kuno, padahal sehari - harinya Ki Amin tidak pernah minum kopi dan mendengarkan lagu jawa lawas.  "Mbah? kok belum masuk ke rumah? ini sudah hampir malam." ujar Krisna bertanya kepada ki Amin. " Mbah nunggu kalian pulang, sambil muter tembang lawas, inget waktu masa muda pas panen dulu." jawab ki Amin  " sudah , jangan ganggu Mbah mu itu. Biarkan Mbah mu mengenang masa muda nya dulu, angkut saja karung2 gabah itu ke teras." ujar pak Dadang menyuruh krisna "ohh ia pa," jawab Krisna menuruti perintah pak Dadang. Krisna mengambil semua hasil panen yang masih berupa gabah itu ke teras rumah nya, saking banyak nya gabah yang di bawa krisna sampai kelelahan , sampai ban mobil untuk mengangkut gabah pun terlihat kempes . "Bersyukur ya Pak, hasil panen kita banyak, Krisna sampai lemes angkut semua gabah" ujar krisna "ia , ia, sudah kamu sekarang masuk ke rumah, mandi, bersihkan badan mu!" suruh pak Dadang kepada Krisna. "ia pak, krisna masuk." jawab Krisna " Mbah, Bu, krisna masuk duluan ya." ujar Krisna sambil masuk ke dalam rumah. " luar biasa panen kita, kalau tidak di bantu sama dia, mana mungkin hasil panen kita sebanyak ini," ujar Ki Amin sambil melihat hasil panen yang luar biasa melimpah. " ia mbah, kita harus memberikan suguhan pada hutan di sana ,sebagai rasa syukur panen kita." jawab Bu Eni. " ya sudah , nanti jika semua hasil panen sudah terjual kita berikan suguhan ke hutan, langit juga sudah gelap, semua masuk saja ke rumah, kita bahas lagi saja besok, takut Krisna mendengar." ujar pak Dadang. Selama menganggur Krisna yang selalu ada di rumah, mulai menaruh curiga kepada keluarga nya, pasalnya sewaktu masa panen tiba perilaku mulai dari Pak Dadang, Bu Eni dan Ki Amin berubah Drastis, di rumah Krisna ada satu ruangan khusus penyimpanan hasil panen , dan yang boleh masuk hanya Pak Dadang, Bu Eni dan Ki Amin saja , sedangkan Krisna yang kini sudah berumur 26 tahun, belum pernah sekalipun menginjakkan kakinya ke dalam ruangan itu.   Di pagi harinya krisna bangun dan melihat seisi rumah dalam kondisi kosong, hanya terdengar dari teras rumah Ki Amin yang sedang mendengarkan tembang jawa lawas, Krisna menghampiri Ki Amin sambil menanyakan Bapak dan Ibu nya. " mbah, tumben sekali pagi-pagi buta seperti ini sudah di teras?" tanya Krisna " kamu sudah bangun Kris, ia Kris, Mbah sedang mengenang masa muda aja Kris," jawab krisna. " ahh, Mbah kebiasaan kalau di tanya selalu jawab nya mengenang masa muda, Mbah masih sehat kaya gini juga artinya jiwa Mbah masih muda, yaa, meskipun raga Mbah sudah kisut." ujar Krisna sambil bercanda dengan kakek nya. " ohh, ia Mbah, Bapak sama Ibu pergi kemana, kok di kamarnya ga ada?" tanya Krisna "Bapak sama Ibu mu sedang ke penggilingan tadi subuh, sudah sekarang bikinin Mbah kopi hitam saja!" ujar Ki Amin " wiiihhh, Mbah tumben minum kopi hitam, biasa nya juga s**u murni sama talas rebus. Biar inget masa muda ya Mbah." jawab Krisna sambil terus bercanda dengan kakek nya, ia bergegas pergi ke dapur dan membuat kopi sesuai permintaan ki Amin, padahal ki Amin sengaja menyuruh Krisna agar tidak banyak bertanya. " ini Mbah kopi nya." ujar krisna. " ia terimakasih." jawab Ki Amin. Tidak lama berselang Pak Dadang dan Bu Eni pulang dari tempat penggilingan  gabah, membawa banyak beras hingga Krisna pun datang untuk membantu.   “ Sini Pak , Krisna bantu angkat berasnya,” ucap Krisna  sambil mengangkat beras.   “ Masukin ke ruangan di pojok itu kan?” ucap Krisna bertanya kepada Pak Dadang.   “ Waduh, Krisna!!, sudah nanti sama bapak saja! “ jawab Pak Dadang tegas.   “ Kenapa Pak, Krisna Cuma mau bantu pak, “  jawab Krisna kebingungan.   “ Kamu itu masih Perjaka, Bujang, belum menikah, pamali masuk ruangan itu.” jawab Pak Dadang melarang Krisna.   “ Ia Pak, tapi kenapa? Krisna sudah dewasa, dari kecil sampai sekarang kenapa Krisna ga boleh masuk ke sana? “ tanya Krisna keheranan.   “ Jawaban Bapak dan Ibu juga selalu seperti itu.”  ucap Krisna semakin penasaran.   “ Sudah , jangan banyak tanya Kamu, lebih baik Kamu cari pekerjaan , dari pada banyak nanya kaya gitu, sudah untung Kamu Bapak sekolahkan tinggi - tinggi,”! jawab Pak Dadang dengan nada tinggi dan raut wajah sangat kesal.   “ Krisna, ikuti kata Bapak Mu, nanti juga Kamu bakal tau kenapa Kamu ga boleh masuk ke sana.” jawab Bu Eni memberikan Penjelasan.   Dalam hati Krisna masih tersimpan rasa penasaran , kenapa kedua Orang tua dan Kakeknya sangat bersikukuh melarangnya untuk masuk ke ruangan itu, apa ada yang di sembunyikan mereka?, apa memang benar itu sebuah pantangan?, pertanyaan itu yang membuat hati Krisna tidak tenang.  krisna kembali duduk dengan kakek nya, hanya memperhatikan pak Dadang membawa padi- padi itu ke dalam kamar khusus yang Krisna sendiri belum tau isi dari tempat itu.sambil sesekali ia memikirkan pekerjaan apa yang cocok untuk nya. " betul kata Bapak tadi, Aku harus cari pekerjaan, sudah susah- susah aku sekolah tinggi, kasihan juga Bapak sama Ibu, terus saja membiayai hidup ku."  Ke esokkan harinya Ayu dan Siti mendatangi rumah Krisna, Ayu yang juga  merupakan kekasih dari Krisna ingin memberi tahu ada sebuah pekerjaan di kota sebagai Marketing di sebuah perusahaan, Siti yang merupakan sahabat Ayu , memiliki sedikit kelebihan atau orang sebut indigo , ketika masuk ke rumah Krisna, Siti mulai merasa ada hal yang janggal.   “ Permisi ?” ucap Ayu dan Siti berdiri di depan rumah Krisna.   “ Ia sebentar,” sahut Krisna dari dalam rumah.   “ Ehh, siti ikut juga? “ tanya Krisna ke Ayu dan Siti.   “ Ia Kris, Aku ikut , nemenin Ayu aja takut kenapa – kenapa di jalan, takut di begal kan bahaya, mana Ayu cuman satu - satunya di kampung ini.” jawab Siti sambil bercanda .   “ Ia deh, masuk – masuk!” ajak Krisna .   “ Tumben nih ke rumah, biasanya kalau ngajak jalan suka telepon.” Tanya Krisna.   “ Ini Kris, kata Siti di kota ada lowongan pekerjaan sebagai Marketing, siapa tau Kamu mau nyoba masukin lamaran ke sana.” ucap Ayu.   “ Ohh gitu, boleh juga , kebetulan Aku juga kemarin habis kena marah Bapak, dari pada Aku menganggur , mending aku coba ke kota saja.” Jawab Krisna. di tengah perbincangan Siti yang mempuanyai penglihatan yang sensitif, merasa ada hal janggal di rumah Krisna, Siti sebenarnya penakut sehingga penglihatan nya malah menjadi hal yang sedikit merugikan untuk Siti.   “ Siti, kamu kenapa?” kok gelisah gitu?” tanya Ayu.   Siti mulai merasa ada yang janggal ketika duduk, Siti selalu memandang ke arah ruangan tempat penyimpanan beras yang Krisna pun belum tahu isi dari ruangan itu, di sela -  sela perbincangan mereka bertiga tiba - tiba Siti mencium bau yang kurang wajar, tapi Siti tidak membicarakannya, Siti berusaha acuh dan mengabaikan apa yang dia rasakan.   “ Engga Yu, Cuma haus aja.”  ucap Siti sambil tersenyum.   “ Ohh ia maaf, lupa gak di sediain minum, sebentar ya.” Ucap Krisna   Selang beberapa waktu saat Krisna mengambil minuman ke dapur, Siti sudah ga nyaman.   “ Yu, pulang sekarang . “ujar Siti mengajak Ayu untuk lekas pulang.   “ Sebentar Sit, Krisna kan lagi ngambil minuman ke dapur, kamu kenapa kok gelisah gitu?” tanya Ayu yang melihat Siti sangat gelisah sampai berkeringat dingin.   Siti tidak berhenti menatap ruangan itu, sampai Krisna pun datang dengan dua gelas minuman dingin.   “ Silahkan Siti, Ayu, minum!, mumpung masih dingin.” ujar Krisna sambil bercanda.   Krisna melihat Siti seperti orang yang sedang menahan sesuatu, seperti ada yang di sembunyikan oleh Siti.   “ Ngomong - ngomong, kamu kenapa Sit,  kamu sakit perut?” tanya Krisna.   “ Engga Kris, kedinginan aja.” jawab Siti sambil tatapannya mencuri - curi ke arah ruangan itu.   Krisna pun mulai curiga melihat tingkah laku aneh Siti, di saat Krisna dan Ayu berbincang soal pekerjaannya, sesekali Krisna  melirik ke arah Siti, Dan semakin curiga, melihat siti seperti ketakutan melihat ruangan di pojok itu.   “ Siti.” ujar krisna sambil menepuk pundak Siti   “ Ehh ia kris, gimana tadi?” ucap Siti.   “ Jujur aja kamu kenapa?” tanya Krisna.   “  Emm, dalam kamar itu apa ya Kris? aku ga nyaman liat ruangan itu.” jawab Siti yang sangat gelisah.   “ Jangan kan kamu, Aku saja yang sudah puluhan tahun di  sini belum pernah kaki Ku ini menginjak lantainya, Aku juga kurang tau isi dalam ruangan itu apa? , Bapak sama Ibu ga bolehin Aku masuk ke sana, Mereka bilang aku belum kawin, jadi pamali.” ucap Krisna.   “ Emang kenapa gitu Sit? “ tanya Krisna.   “ Gak Kris, ga papa, Cuma penasaran aja. “Jawab Siti.   “ Ia Siti, Kamu aneh, gak ada angin gak ada hujan tiba - tiba jadi berubah kaya gitu? ” Tanya Ayu keheranan melihat tingkah laku Siti.   “ Ya sudah, ga usah di bahas lagi, lanjutin aja obrolan kita soal Kerjaan.” Ujar Krisna.   Krisna semakin sangat curiga tentang ruangan di pojok itu, karena Krisna tau Siti memang sensitif sama hal - hal berbau tak kasat mata, sambil melanjutkan perbincangan mereka  bertiga , sesekali Siti selalu mencuri - curi pandang ke arah ruangan itu, lalu tiba - tiba muncul harum bau singkong bakar.   “ Kris, kamu di sini tinggal sama siapa ?” tanya Siti.   “ Ohh, Aku tinggal sama Bapak, Ibu dan Kakek .” jawab Krisna.   “ Ohh ada Kakek Mu juga, tapi Siti kok gak liat Kris?” tanya Siti.   “ Kakek nya Krisna panjang umur loh Sit.” ucap Ayu.   “ Ia Sit, Kakek Ku sekarang umurnya sudah 101 tahun.” jawab Krisna.   “ Lantas, dimana Kakek Mu sekarang?” tanya Siti semakin penasaran.   “ Kakek ku jam segini biasanya ada di belakang, “ jawab Krisna.   “ Sambil bakar singkong gak? “ tanya Siti.   Krisna semakin merasa aneh dengan semua pertanyaan Siti.   “ Bakar singkong?, jangan kan singkong Sit, Kakek Ku itu gigi nya sudah habis , mau makan singkong kaya gimana, becanda kamu Sit.” ujar Krisna sambil bercanda.   “ Emangnya kenapa sama singkong? ” tanya Krisna.   “ Aku mencium bau singkong bakar.” ucap Siti.   “ Kamu lapar Sit?” tanya Krisna sambil tersenyum.   “  Bukan lapar Kris, Aku gak nyaman sama bau ini.” ucap Siti.   Krisna mengerutkan dahi nya, dan menganggap Siti hanya bercanda, tapi dalam hatinya dia tetap menyimpan pertanyaan, semakin lama semakin penasaran itu muncul untuk melihat isi dari ruangan itu.   Setelah perbincangan antara mereka bertiga selesai, pamit lah Siti dan Ayu, saat akan pulang pun Siti selalu melihat ke arah ruangan itu.   “ Ya sudah Kita sudah mulai ngelantur nih obrolannya, udah kesana kemari, Kita pamit ya Kris.” ucap Ayu.   “ Ia Kris, udah sore juga.” ucap Siti.   “ Ohh ia Sit, sampai di rumah langsung makan yah, biar gak kecium bau singkong bakar terus.” ujar Krisna sambil bercanda dengan Siti.   Saat bersamaan pula, ada Pak Dadang dan Bu Eni yang baru datang dari pasar, lalu Ayu dan Siti sambil mencium tangan kedua orang tua Krisna.   “ Pak, Bu, habis dari mana? “ tanya Ayu ke Pak Dadang dan Bu Eni.   “ Kita dari pasar, habis jual hasil panen kemarin. “ jawab Bu Eni dengan ramah.   “ Kita pamit ya Bu, Pak, udah dari tadi ngobrol sama Krisna.” ujar Ayu.   "kenapa buru - buru, kebetulan tadi di pasar beli singkong juga, kita bisa makan sambil ngobrol - ngobrol." ujar pak Dadang mengajak Ayu dan Siti agar tidak buru- buru pulang. " ga papa terima kasih tawaran nya pak, Siti sama Ayu kebetulan ada urusan lagi." jawab Siti sambil mengajak Ayu untuk cepat pulang. "duh Siti! ga usah sambil tarik - tarik tangan juga." ujar Ayu kesal dengan Siti " ya udah pak, Bu, Kris, Kita pamit dulu." ujar Ayu pergi meninggalkan rumah pak Dadang. di perjalanan Ayu dan Siti berbincang tentang apa yang Siti rasakan, Siti merasa selalu di perhatikan oleh seseorang di dalam ruangan itu, sampai bau singkong bakar itu menjadi pertanda bahwa memang ada makhluk lain di ruangan itu, bulu kuduk Siti seketika berdiri ketika menceritakan apa yang Ia lihat di rumah Krisna. " Ayu, maaf yah soal tadi di rumah Krisna, Siti takut sebenarnya ada yang liatin Siti terus dari dalam ruangan itu." ujar Siti sambil berjalan arah pulang. " emang ada apa gitu, sampe kamu cemas gitu?" tanya Ayu keheranan. "sudah ahh, Siti ga mau bahas lagi, ngebahas yang tadi bulu kuduk Siti berdiri semua, ngeriiii." ujar Siti sambil bergidik. Malam harinya Krisna mendekati kedua Orang tuanya yang sedang duduk sambil berbincang. Krisna ingin meminta ijin kepada kedua Orang tuanya untuk pergi ke kota dan bekerja di sana, mendengar hal itu Pak Dadang sontak merespons, dengan wataknya yang keras, dan sangat percaya tentang hal magis, sehingga menyaran kan Krisna untuk membekali dirinya dengan sesuatu yang berbau magis.   “ Pak, Bu, Krisna mau ke kota.” ujar Krisna.   “ Mau ngapain kamu Kris? “ tanya Bu Eni.   “ Tadi Ayu dan Siti ke rumah, mereka bilang ada lowongan pekerjaan sebagai Marketing di perusahaan besar, Krisna mau coba Bu , siapa tau ada rezeki Krisna di sana.” jawab Krisna dengan penuh harap.   “Kapan kamu mau ke kota Kris? “ tanya Pak Dadang.   “ Rencana Krisna lusa Pak.” jawab Krisna.   “ Ya sudah, besok ikut Bapak ke rumah Pak Sugeng! “ ujar Pak Dadang.   “ Ke rumah Pak Sugeng?, Dukun kampung itu Pak? “ tanya Krisna.   “ Ia Pak Sugeng, yang rumahnya kaya vila itu, memangnya kenapa Kris?” tanya Pak Dadang.   “ Buat apa ke sana Pak? , Krisna itu hanya mau kerja ke kota!” ujar Krisna menolak permintaan Pak Dadang.   “ Dengarkan Bapak Kris, Kamu itu ke kota jangan sampai kosong, harus di isi, harus ada yang jaga, jangan sampai kenapa – kenapa!” jawab Pak Dadang.   “ Maksudnya Bapak apa? ,  Krisna gak ngerti apa yang Bapak bicarakan?” tanya Krisna sambil mengerutkan dahi.   “ Yang namanya di kota itu keras, jadi kalau Kamu gak di isi, kamu bakal kalah.” ucap Pak Dadang.   “ Kalah bagaimana Pak? , Krisna ini Cuma mau kerja .” jawab Krisna yang semakin kebingungan dengan pembicaraan Bapaknya.   “ Sudah!, Kamu itu semakin besar malah semakin susah di atur, ikuti kata Bapak , jangan banyak tanya!” ujar Pak Dadang dengan nada tinggi.   “ Besok ikut Bapak ke rumah Pak Sugeng .” ujar Pak Dadang membentak Krisna.   “ Ia pak.” jawab Krisna dengan perasaan yang bimbang.   “ Sudah, jangan di pikirkan, ga akan terjadi apa - apa, itu juga buat kebaikan Kamu Kris.” ucap Bu Eni, menenangkan Krisna yang sedang bercampur emosi.   Mau tidak mau, Krisna akhirnya mengikuti apa yang di katakan oleh Bapaknya, Dengan berat hati Krisna pergi ke kamarnya, sambil telentang dia tidur, dan memikirkan apa yang sebenarnya terjadi di keluarga Krisna .    " di isi apa maksud Bapak, aneh Aku cuma mau ke kota, harusnya Bapak sama Ibu kasih bekal aja yang cukup, bukan nya malah ngajak ke rumah pak Sugeng." ujar krisna menggerutu. Hingga pagi pun tiba, Krisna bangun dari tidurnya, dia lekas berjalan menuju dapur , sebab terdengar suara gaduh dari arah dapur, ternyata kegaduhan itu bersumber dari kesibukan Bu Eni yang sedang membuat kue - kue khas dan jajanan - jajanan pasar.     “ Ibu sedang apa Bu ?” tanya Krisna.   “ Ibu sedang buat kue Kris,” jawab Bu Eni.   “ Tumben sekali Ibu bikin kue , pagi - pagi pula, memang ada yang hajatan ya Bu ?” tanya Krisna sambil sembunyi - sembunyi mengambil kue yang masih panas.   “ Tanya sih tanya, tapi tangannya diam aja, gak usah ikut nimbrung tangan nya.”ujar Bu Eni sambil tersenyum.   “ Ibu tau aja.” jawab Krisna sambil tersenyum.   “ Itu buat siapa Bu?” tanya ulang Krisna.   “ Ini buat acara Kamu nanti di rumah Pak Sugeng.” jawab Bu Eni.   “ Kenapa harus seperti ini Bu?” tanya Krisna.   “ Ini belum seberapa Kris, Bapakmu sedang mencari kembang 7 rupa ke kebun, sama ambil kelapa tua yang sudah jatuh Kris.” ujar Bu Eni.   Krisna langsung terdiam mendengar apa yang Ibunya bicarakan tentang tujuan membuat kue itu, tidak lama kemudian datang Pak Dadang membawa bunga 7 rupa dan kelapa tua.   “ Ini Bu, bunga sama kelapanya.” ujar Pak Dadang.   “ Ia Pa simpan saja di atas meja, ini kuenya juga sudah beres.” jawab Bu Eni.   “ Krisna, cepat kamu bersihkan badan Mu, pakai baju yang bagus, pakai wewangian juga.” ujar Pak Dadang  menyuruh Krisna dengan nada tinggi.   Tanpa seucap kata keluar dari mulut nya, Krisna langsung bergegas membersihkan dirinya dan melakukan semua yang Bapaknya inginkan.   “ Sudah lah Pak, jangan terlalu keras pada Krisna, dia kan anak satu – satunya yang kita punya.“ ujar Bu Eni.   “ Bukan begitu Bu, tapi Anakmu itu yang ga bisa di atur sama orang tua.” jawab Pak Dadang.   Bergegas lah Krisna mempersiapkan dirinya, semuanya tampak normal  di hari itu, cuaca juga sangat cerah, ikut juga tetangga pak Dadang mengantar ke rumah pak Sugeng, sambil membantu membawa sesajen yang cukup banyak, mereka berjalan ke arah rumah pak sugeng, dari kejauhan terlihat sebuah vila megah, yang merupakan kediaman Pak Sugeng, Krisna dan Pak Dadang masuk ke vila itu, Krisna sendiri merasa takjub dengan kondisi di dalam vila, tidak hanya barang - barang mewah, tapi juga vila itu di penuhi dengan barang - barang aneh dan lukisan-lukisan  yang cukup menyeramkan. sesajenan semua di simpan di pelataran rumah pak Sugeng, Krisna dan pak Dadang membuka alas kaki dan mulai nerjalan masuk menyusuri rumah pak Sugeng, sedangkan tetangga yang lain pulang meninggalkan mereka berdua. diketuknya pintu besar, berukiran naga , berwarna merah menyala. " permisi pak Sugeng." ujar pak Dadang sambil mengetuk pintu. " ia sebentar." sahut pak Sugeng dari dalam rumah.  " permisi pak , Saya Dadang dari kampung sebelah." ujar pak Dadang  “ ya ya, Ada keperluan apa datang ke sini?” tanya Pak Sugeng.   “ Gini Pak Sugeng, Anak saya mau ke kota mencari kerja, minta di isi , biar dia ga polos di kota sana, sama biar ada yang jaga, di kota kan keras. “ucap Pak Dadang.   “ Pak, maksudnya ada yang jaga itu seperti apa?” tanya Krisna pada Pak Dadang.   “ Sudah, ikuti saja apa yang di bilang Pak Sugeng!” ucap Pak Dadang dengan nada tinggi.   “ Kamu bawa sesajenan yang biasa di pakai untuk hal seperti ini?” tanya Pak Sugeng.   “ Bawa pak, semuanya sudah di simpan di depan.” ujar Pak Dadang.   " masuk, duduk lah di mana pun kamu mau." ujar pak sugeng “ Baik, tunggu di sini, saya mau ritual dulu .“ ujar Pak Sugeng.   “ Ia Pak Sugeng , silakan.” jawab Pak Dadang.  " Pa, kita mau apa ke sini." tanya krisna " sudah, ikuti saja. ini juga demi kebaikan kamu." jawab pak Dadang sambil membentak. Pak Sugeng pergi meninggalkan Krisna dan Pak Dadang, setelah kurang lebih 2 jam mereka menunggu, Pak Sugeng kembali dengan menggenggam sebuah benda kecil yang di balut dengan kain putih , dan air kembang yang Pak Sugeng simpan dalam kendi tanah liat.   “ Ini air kembang, untuk Kamu mandi nanti malam, Kamu harus puasa dulu besok, mulai dari subuh sampai ke subuh lagi, lalu simpan benda ini di barang yang sering kamu bawa setiap hari , lebih bagus kamu jadikan benda ini kalung.” ujar Pak Sugeng, kepada Krisna yang hanya terdiam.   “ Terima kasih Pak Sugeng , maaf Kita tidak bawa apa - apa ke sini, hanya bawa sajian seperti biasa.” ujar Pak Dadang.   “ Sudah ,jangan di pikirkan, yang penting  jalankan saja semua perintah Ku.” ujar Pak Sugeng.  " terima kasih Pak, wejangan - wejangan dari pak Sugeng pasti di lakukan sama Anak saya." ujar pak Dadang. " Kami pamit pak," ujar pak Dadang berpamitan pulang. " silahkan, silahkan ada perlu lagi jangan sungkan, datang saja ke sini." jawab pak Sugeng. Krisna hanya tertunduk bingung, Krisna merasa ini sudah melenceng dari norma Agama, sepanjang perjalanan Krisna merasa gelisah, takut akan hal ini yang membuat Krisna jatuh ke dalam lingkaran syirik, sesampainya di rumah pun Krisna masih tertunduk lesu, kenapa untuk ke kota saja harus membawa barang - barang seperti ini.   “ Besok , Kamu berangkat ke kota, pakai ini simpan di dompetmu .” ujar Pak Dadang sambil memberikan bungkusan putih itu.   “ Krisna kayanya ga perlu pak, Krisna bisa jaga diri sendiri.” ujar Krisna menolak.   “ Ini juga untuk kebaikanmu. Bawa! , kalau Kamu tidak bawa ini, Bapak ga akan ijin kan Kamu berangkat ke kota,” Ujar Pak Dadang dengan nada marah.   Krisna dengan berat hati menuruti kemauan Bapaknya, air kembang 7 rupa pun terpaksa dia gunakan , puasa dari subuh hingga subuh lagi pun di jalani, hal itu jugalah awal di mana Krisna mulai merasa ada yang aneh dengan dirinya, setiap kali Dia tertidur, Dia merasa selalu ada yang  memperhatikannya, tidur selalu tidak nyenyak, selalu mimpi buruk yang Dia hadapi.   Tidak seperti biasanya Krisna malas untuk melakukan sesuatu, hari ini harusnya Krisna berangkat ke kota, tapi rasanya berat untuk berangkat, setiap akan ibadah rasanya sangat berat untuk di lakukan , Krisna merasa kebingungan dengan keadaan dirinya.   “ Kenapa aku jadi seperti ini, rasanya berat sekali, males mau ngerjain apa - apa juga.” ujar Krisna .   “ Tidak seperti biasanya, tapi harus Aku paksa, Aku merasa ini bukan diri Ku.” ujar Krisna. Krisna pun akhirnya berangkat ke kota, Krisna berpamitan ke Pak Dadang dan Bu Eni. Semua pakaian sudah di kemas, perbekalan pun sudah di siapkan, kecuali bungkusan putih itu, Krisna sengaja meninggalkannya di kamar dan berpura pura lupa, tapi Krisna merasa berat untuk meninggalkan rumah.   “ Pak, Bu, Krisna pamit ya.” ujar Krisna tampak lesu.   “ Ia Kris, Ibu titip ya, jaga diri di sana.” ujar Bu Eni.   “ Tenang Bu, dia kan sudah bawa pengisi, jadi kita ga perlu khawatir.” ujar Pak Dadang.   “ Krisna, ingat pesan Bapak, bungkusan putih itu setiap malam harus di buka, jangan simpan terus di dompet. “ ujar Pak Dadang.   “ Ia pak.” jawab Krisna, padahal bungkusan putih itu sengaja Krisna simpan di kamar, dan di sembunyikan di lemari pakaiannya berharap Pak Dadang atau Bu Eni tidak menemukan bungkusan itu.   Krisna beranjak pergi, tapi kakinya terasa sangat berat, perasaannya gundah, tapi Krisna memaksakan keadaan itu. Krisna pergi menggunakan bis untuk sampai ke kota, hanya satu kali naik bis sudah sampai hanya saja waktu yang di tempuh cukup lama dari 3 sampai 4 jam.  di perjalanan pun hal ganjil mulai krisna rasakan, seperti rasa ngantuk yang sangat berat, saat di tempat pemberhentian pun rasa ingin melakukan ibadah serta merta hilang, Krisna pun menyadari hal aneh pada dirinya, hanya saja Krisna tidak bisa melawan semuanya.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Siap, Mas Bos!

read
11.1K
bc

Tentang Cinta Kita

read
188.3K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
203.1K
bc

My Secret Little Wife

read
92.1K
bc

Suami untuk Dokter Mama

read
18.4K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.3K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook