Pandangan Jhonas secepat kilat beralih pada suara kunci pintu yang diputar. Ia tersenyum lebar sampai deretan gigi-gigi putihnya nampak jelas terlihat. Hal itu juga dilakukan oleh dua bodyguard tersebut, yang tepatnya bila disebut dengan seringai binatang buas kelaparan.
Namun, senyum kepuasan dan kemenangan itu seketika lenyap dari wajah ketiganya ketika bukan sosok Danu yang keluar dari ruangan itu, melainkan Jelita si gadis keras kepala. Wajah sang gadis begitu dingin dan seakan penuh dendam disertai hawa pembunuhan, saat memandangi mereka bertiga yang masih shock dengan tatapan tak percaya saat melihat gadis itu melangkah keluar dalam keadaan tak kurang suatu apa.
Dengan tangan berlumur darah, perempuan itu melilitkan gesper melingkari tinjunya yang kecil. Gesper milik Danu!! Hanya satu arti;entah dengan cara bagaimana, jagoan mereka telah tumbang dipecundangi perempuan itu.
Jelita bergeming dengan mata menatap tajam pada Jhonas yang nampak sangat terkejut. Insting Jelita bisa merasakan jika Jhonas mulai tertekan dengan kemunculannya yang tak terduga. Mereka semua pasti tak menyangka dengan ending yang seperti ini, hal tersebutlah yang tanpa sadar serta merta membuatnya memasang senyum teramat manis.
“Hmm ... giliran kalian selanjutnya,” dengan garang, wanita berwajah pembunuh itu menantang penuh ancaman.
Jelita begitu yakin kalau ia bisa keluar dari tempat ini secepatnya, walaupun tadi entah setan mana yang telah menuntunnya untuk berbuat seperti ini. Yang Ia tahu, hal ini adalah tentang hidup dan mati. Hidup dengan menanggung segala penghinaan, atau mati untuk mempertahankan nama baik.
Dan itulah yang terjadi.. sebuah kekuatan yang ia tak mengerti dari mana asalnya, tiba-tiba telah datang membantu untuk mendobrak segala angkara yang akan menista dirinya malam ini. Untuk saat ini, Ia tak mau memusingkan dirinya dengan mencari asal muasal kekuatan besar yang tiba-tiba saja telah menjadi bagian dari tubuhnya.
Ia juga tak menganggap jika hal tersebut adalah sesuatu yang aneh, karena siapapun akan mampu melakukan hal diluar nalar menembus kekuatannya sendiri jika tengah menghadapi bahaya. Ia terjepit dan hanya mengerti jalan untuk terus maju. Tak ada kata mundur lagi badi dirinya, karena diam dan menyerah akan berarti sebuah kekonyolan fatal.
Paling tidak, ia akan memiliki setengah peluang untuk tetap hidup jika bersikap berani untuk menghadapi semuanya. Sebaliknya, Ia hanya akan menjadi gadis konyol b***k seks tanpa kehormatan diri jika menyerah kalah menerima perlakuan tak adil ini.
Jhonas menjentikkan jarinya, dan dengan sigap dua tukang pukul itu langsung berjalan ke arah Jelita. Dalam penglihatannya, lagi ... dan itu juga suatu hal yang membuat dirinya heran; dua orang itu seperti bergerak dengan sangat pelan.
Setiap langkah kaki maupun kibasan tangan dari dua orang bertubuh tegap itu bisa ia tangkap dengan jelas. Jelita seperti melihat film dengan durasi diperlambat 5 detik disetiap framenya.
Yang terjadi selanjutnya ... dengan mudah, tiba-tiba saja ia selalu bisa menghindar disetiap pukulan yang hendak menghujam. Reflek, kaki kanan Jelita terangkat, dan Ia melihat satu karung beras telah tumbang. Tersisa satu orang lagi yang menatap heran dan ragu kearahnya.
Buk!
“Ugh...”
Jelita hampir saja tersungkur ketika orang itu berhasil menendang perutnya. Rasa sakit sempat menjalar ditubuh namun hal itu justru membuatnya semakin menggelora. Amarahnya kembali terbakar, hinaan dan rasa sakit telah membangkitkan sesuatu dari dalam perutnya. Rasa panas yang berpusar dan mendesak untuk keluar.
Sejenak sang gadis menarik napas panjang, lalu dihembuskannya perlahan. Kemudian sebuah tendangan kilat membuat laki-laki itu terjungkal hingga tubuhnya menghantam tembok dan menimbulkan suara berdebum keras.
Tak puas sampai disitu. Dengan gerakan gesit yang Ia sendiri juga tak tahu bagaimana bisa terjadi; sebelum tubuh gempal itu tersungkur, Jelita mendahului meraih bagian leher dan menghantamkan kepala laki-laki tersebut ke arah tembok dengan keras. Satu lagi bodyguard Jhonas tumbang!
Seperti sedang menyaksikan film laga, Jhonas sama sekali bergeming ketika Jelita kembali menatapnya.
Gadis itu perlahan berjalan ke arah Jhonas dan berhenti hanya beberapa langkah saja di hadapan laki-laki itu. Tatapannya dingin ke arah Jhonas sambil tersenyum penuh kemenangan.
Laki-laki itu bangkit dari duduknya sambil bertepuk tangan kagum kepada Jelita sambil tertawa. Akan tetapi, rasa gusar Jhonas tak bisa luput dari tatapan Jelita. Gadis itu merasa menang.
“Wow ... fantastic!” puji Jhonas di akhir tepuk tangannya, lalu Ia mengusap dagu dengan tetap menatap Jelita dengan angkuh.
“Tapi ... hal ini sama sekali tidak berpengaruh apa-apa. Karena bagaimanapun, kau adalah jaminan dan akan tetap disini untuk bekerja denganku, Nona Jelita!” sambung laki-laki itu dengan keras dan tegas.
“Dan aku tidak sudi untuk melakukan itu. Kau harus ingat, lebih baik aku mati daripada harus menjadi b***k pemuas laki-laki jalang seperti anak buahmu. Cuh!”
Ludah pekat karena kurang cairan minum itu mendarat telak di muka sang Big Boss. Giliran Jhonas kini yang harus menahan diri, lalu dengan perlahan mengeluarkan sapu tangan dari saku jas dan mengusap air ludah yang disemprotkan si perempuan.
“Oh ya? Kau juga harus ingat tentang perjanjian itu. Salahkan saja Budiman yang dengan sukarela menjadi seorang pecundang sejati, haha ... Berhutang lalu bersembunyi di ketiak anak gadisnya yang ternyata begitu jalang!”
Perkataan Jhonas kembali melukai hati Jelita. Meskipun sikap Budiman yang disebutkan tadi memang benar-benar biadab seperti itu, tapi biar bagaimanapun juga, laki-laki itu tetaplah Ayah kandungnya. Jhonas menghina sang Ayah, dan itu berarti sebuah penghinaan bagi Jelita juga.
Kembali kepalanya terasa ditusuk, seakan ribuan jarum menghujam ke seluruh bagian dalam kepalanya. Telinganya juga ikut berdengung, berdenging tinggi seakan hendak memecahkan gendang yeng berada di dalamnya. Panas, menyakitkan, namun malah membuat kesadarannya tetap terjaga.
Kembali Jelita menarik napas panjang dan menghembuskannya lagi perlahan ... ternyata cara yang dipelajari dari pengalaman tadi sangat efektif untuk menetralisir rasa sakit yang menyiksa kepalanya.
Dengan tatapan yang jauh lebih tajam dan senyum manis yang terus merekah dari bibir, gadis itu berjalan perlahan menuju ke arah Jhonas. Langkahnya penuh percaya diri, dengan lenggak-lenggok kegenitan lady’s escort papan atas yang begitu cantik memesona.
Jhonas terpukau, bukan saja oleh kecantikan dan lekuk tubuh sempurna pemicu birahi di hadapannya. Namun Ia menjadi begitu terperangah kagum ketika menemukan sebuah aura ganas, dingin, namun cantik dalam versi sosok iblis betina penggoda yang benar-benar menjelma nyata di hadapannya. Jelita telah menjadi sosok yang cantik mengagumkan sekaligus juga menjadi pengejawantahan sang malaikat maut di dunia ini.
Sedikit lagi, beberapa langkah lagi ia bisa memberikan pelajaran pada laki-laki b*****h itu. Namun ...
Prang!
Jelita merasakan kepalanya berdenyut, nyeri juga perih. Ia tak bisa lagi melihat dengan jelas seperti sebelumnya. Pandangannya terasa kabur bahkan ia merasa tubuhnya melayang diangkasa.
Sekilas wajah Diana dan Altara hadir dalam penglihatannya, mereka tampak bersedih, lalu semuanya menjadi gelap seketika.
***
Bersambung ...