Chapter 6

1321 Kata
Anka memarkirkan mobil, Ariana melepas seatbelt-nya yang mendadak sulit dibuka. Anka yang melihat kesulitan Ariana, berusaha membantunya. Wajah Anka hanya berjarak beberapa senti dari wajah Ariana. Seketika aroma mint shampoo pria menyergap indera penciumannya, ditambah wangi sabun pria yang tidak kalah macho menari-nari berebut ingin masuk ke dalam hidung mancung Ariana. Wajah Ariana sontak memerah, karena ia harus menahan napasnya saat Anka berusaha membantu melepas seatbelt tadi. Dari arah berlawanan, Kevin menyapa dengan gerakan mata menggoda Ariana yang tertangkap berangkat kerja bareng dengan bos muda. "Pagi Cantik!" Godanya genit, "pagi Bos!" sapanya pada Anka yang dijawab dengan anggukan, tanpa senyum. Selama Anka menggantikan Pak Gito, Ariana dan rekan-rekannya belum mendapatkan senyum Anka. Mungkin bibirnya keseleo kalau dia senyum, Ariana berspekulasi dalam kepalanya. Seketika ponsel Ariana berisik, bola matanya terputar cepat. Ulah Kevin pasti yang bocor blasss ke grup. Kevin GFC : Cieeehh yang bareng sama bos, abis keramas pula. Patah hati abang, dek Melani GFC : Siapa pin? Grandong ya? Benni GFC : Wah Ar! Dapet juga si bos? Dena GFC : Dih bareng doang, kali ketemu di jalan. Suudzon deh kalian Kevin GFC : Ih Denok kenapa? Jeles yaaa Dena GFC : Aku positif thinking Epin, enggak kayak kamu! Benni GFC : Oh Dena demenannya yang kayak si bos. Me : Heh, kerjaaaa! Melani GFC : Idiihh bu bos galak, ngeri aahhh Kevin GFC : berasa body guard gue, di belakang mereka Me : Gw tabok ya pin! Ariana melirik Anka yang berwajah tenang, tidak tahu dirinya tengah menjadi topik hangat di grup chat karyawan-karyawannya yang laknat. Kevin tertawa kecil membaca chat yang ia mulai sendiri kerusuhannya. Ariana melirik dengan tatapan maut, yang mematikan nafsu syahwatnya. Anka berjalan lebih dulu, Ariana berkesempatan mencubit perut Kevin dengan gemas. Membuat pemuda itu meringis kesakitan. "Pedes ih, Ar!" Omelnya pelan sambil ketawa. "Elu! Bocor banget kayak pembalut tipis anak SMP! Eeerrgh!" Ariana melotot kesal. Benni mesam-mesem melihat kedatangan Ariana dengan Kevin, sambil menyentuh rambutnya yang digerai karena memang habis keramas. "Idih, keramas. Abis main sama siapa Ar? Terong?" Kontan Kevin kembali tertawa lepas. "Minta disumpel pake bakiak itu lambe!" Ariana berjalan tidak menghiraukan pria-pria usil yang tengah menertawakannya di belakang. Melani Putri Handoko : Kok bisa bareng Anka? Ariana Wardhani : Satu tower ama gue mbak Melani Putri Handoko : Anjassss, surga banget Arrrr.. Vevet Ar! Kasihanilah kami. Taklukan si bos setan itu. Ariana Wardhani : Ogah! Gue masih mau sama Greg! Melani Putri Handoko : Elaaahh Ar, Greg jangan tau. Ar, demi kelangsungan hidup kita disini Ar, taklukan dia Ar! Ariana Wardhani : Udah punya temen bobo mbak, lagian males banget affair sama bos. Iih amit-amit. Melani Putri Handoko : hati-hati Ar, sakti tuh kata Ariana Wardhani : Apa? Melani Putri Handoko : amit-amit itu. Seketika Ariana seperti mendengar suara petir menyambar keras. Padahal seumur-umur dia tidak pernah mendengar suara petir di dalam sini. Dilalah tadi langit cerah ceria, secerah wajah mama saat melihat bonusnya. Ariana, Dena, Melani dan Vanya tengah menyantap makan siang bersama di meja Melani, ibu catering bagi mereka. Dena sedang asyik berbagi cerita tentang drama korea yang sedang ditontonnya secara maraton bersama Vanya. Sedang asyik-asyiknya, Melani melanjutkan kekepoan yang tertunda tadi pagi, via chat. "Ar, kok lu tahu kalau si bos udah punya temen bobo?" Tanya Melani, membuat Vanya dan Dena menghentikan kegiatannya bercerita. "Tadi ketemu, masih pake piyama lagi." Jawab Ariana, acuh tak acuh. "Yakin? Ketemunya dimana? Kali cuma satu apartemen aja?" Melani ini cocok jadi jaksa penuntut umum, detektif, atau wartawan gosip. Ariana melirik galak, "dikamarnya Mbak Meeellllll.. Unit-nya beda 2 kamar dari tempat gue!" Kontan mata Melani, Vanya dan Dena membelalak dengan berlebihan. Ariana memutar mata dengan malas. "Lebay!" Desisnya pelan. "Serius Ar? Kebetulan se-sakti itu ya?" "Sakti jidat lu trapesium, Mbak! Kejiii, ini tuh kejii.. Udah tahu badannya melambai-lambai minta dielus, dia cuma berjarak segitu ama gue dan sialnya gue enggak bisa apa-apain!" Ariana mendesah berat. "Lagian, irit banget dia kalau ngomong. Mati kutu gue rasanya!" Melani menepuk lengannya pelan, "kami mendukungmu Ar, taklukan dia! Buat dia mensejahterakan kita dengan mengembalikan peraturan bapaknya!" Seru Melani dengan wajah memelas dramatis. Ariana merenggut kesal, "Mbak aja sonoh! Jangan numbalin aku." "Siapa yang ditumbalin?"Anka tau-tau berdiri di samping Vanya, yang tengah serius mendengarkan bujukan Melani dan ratapan Ariana. Semuanya diam, Melani hanya cengar-cengir kuda. "Vanya, booking dua tiket. Saya dan Ariana, ke Denpasar hari Rabu!" Sudah begitu saja. Tidak ada ucapan 'terima kasih', 'maaf mengganggu' atau kalimat basa basi lainnya. "Ahelaah Mbak, kerja Mbak!" Ariana berteriak kesal. "Hahaha, yaelah di entertaint sekali-kali gituloh Ar. Masa bapaknya aja yang di-entertaint." "Idiihh, kapan gue entertaint pak Gito?" Ariana mendelik marah, seganjen-ganjennya dia, masih bisa memilih 'mangsa'. "Lha itu, kalau lu lagi ngelawak garing." "Elaaahh, biar awet muda itu papah mertua. Eehh." Celetuk Ariana yang disambut sambitan kerupuk, chiki , sendok, garpu dan meja oleh teman-temannya. *** Hari Rabu tiba. Greg : Touchdown Jakarta, langsung masuk kantor. Me : haha, kamu balik, aku mau ke Bali ini pesawat jam 2 Greg : hebat! Yah ngambek, Ariana cemberut menatap ponselnya. Panggilan video call-nya ke Greg ditolak, ambekan emang cowok imut itu. Tapi Ariana enggan meminta maaf, ambekan yang receh-receh begini nanti juga menguap kalau 'dedeknya' butuh kehangatan. Sudah hapal deh Ariana dengan kelakuan laki-laki macam itu, kalau ada maunya aja baik-baikin. Kalau sudah dapet aja, boro-boro inget. Ariana sengaja membawa ransel, daripada koper. Sebenarnya dia tipe cewek simple yang kalau kemana-mana penganut aliran praktis dan efisien. Tidak repot ngajak Ariana jalan, tipikal anak pramuka banget. Ketukan di pintu membuat ia terlonjak, Anka sudah menunggu di depan kamar. Kegiatan bareng ke kantor ini menjadi semacam ritual tidak resmi antara bos muda dan Ariana beberapa hari belakangan ini. Anka bisa saja pergi lebih dulu ke kantor, tapi entah kenapa lebih sering menunggu Ariana untuk mengajaknya serta. Atau Ariana bisa aja mengendap-endap kabur duluan ke kantor tanpa sepengetahuan Anka, tapi terlalu malas sampai kantor kepagian. Bosan juga dia datang lebih pagi dan harus menemani OB merapikan ruangan. Anka juga membawa ransel seukuran dengan punya Ariana, berwarna hijau army, yang malah membuatnya seperti anak kuliahan hendak pergi sidang. Kiyut. *** "Hallo!" Ariana menjawab telepon di mejanya. "Ke ruangan saya!" Anka dengan titahnya. Ariana memelototi benda penemuan Alexander Graham Bell yang tak bernyawa. Mentransfer kebencian terhadap sikap bos muda ganteng yang tak tahu sopan santun itu. "Bawa ini!" Katanya tanpa basa-basi menunjuk tumpukan dokumen dalam tas kain bermotif batik di atas meja. Ariana meraih tas itu, berbalik untuk keluar dari ruangan Anka dan terhenti dengan panggilan bosnya yang menjengkelkan itu. "Kamu cancel tiket baliknya?" Tanyanya lagi, kedua alisnya terangkat. Ohya satu lagi tentang Anka, dia suka banget berkomunikasi dengan menggerakkan alis. Kadang tanpa komunikasi verbal, cukup dengan menggerakan alisnya sebelah, maka para kacungnya mengerti bahwa itu tanda "kenapa memang? Aneh banget. Ada ya?" kalau alisnya naik semua, itu artinya "apa? Jawab cepet / hah? Yakin kamu?" semacam itulah. Seperti pertanyaan yang dilayangkannya ke Ariana saat ini, kedua alisnya naik tinggi. "Heem, anu. Mama saya ngajak liburan Pak, jadi kebetulan kesana mau habiskan waktu sampai minggu dengan Mama." Jawab Ariana setengah centil. Respon Anka hanya mengangguk dan mengusirnya dengan dagu. Ariana memutar mata sebal, tidak peka! Desisnya, dalam hati tentu saja. Lagi digodain juga, respon kek. Ish! Seorang pria berwajah blasteran tengah bersandar di dekat kubikel Benni, terlihat asyik ngobrol. Wajahnya menoleh menyadari kedatangan Ariana yang kaget melihat Greg sedang berbincang dengan Benni. Ariana bertanya dalam hati, tadi pagi Greg menolak panggilan videonya. Tapi tiba – tiba berada di kantor Ariana saat ini. "Hei.." Greg menyapa, Ariana menghampirinya. "Lunch bareng, okay?" "Aku ambil hp dulu." Ariana meletakkan dokumen yang diambilnya dari Anka tadi di atas meja. Mereka akan berangkat jam 2 ke bandara. "Maaf soal tadi." Ucap Greg tulus, saat mereka sudah di dalam lift. Tangannya merangkul pinggang ramping Ariana. "Iya, enggak pantes deh ngambek kayak remaja." Sahut Ariana, melirik sinis. Greg tertawa kecil. "Berapa lama di Bali?" Tanya Greg lagi. "Sampai Minggu, mama ajak weekend-an disana." "Kalau aku bisa nyusul, aku kesana ya." "Iya nyusul aja." •••
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN