Jumat malam, pekerjaan Ariana lebih bersahabat. Anka juga terlihat manusiawi hari ini, dia justru malah pulang lebih dulu. Membuat berpasang-pasang mata karyawannya melotot dan menghembuskan napas lega. Karena kedatangan Anka menggantikan ayahnya justru berbuah neraka bagi karyawan-karyawan GFC, khususnya di divisi Ariana.
Anka tipikal yang gesit, praktis, tidak suka bertele-tele. Anka bahkan merubah beberapa peraturan yang dianggapnya kolot dan tidak efektif, juga kerap memangkas hirarki dalam pemberian tugas, atau serah terima laporan. Vanya yang menurut rekan-rekannya paling tangkas, masih dianggap lambat oleh pria dengan tinggi 185cm itu.
Vanya sempat menangis saat dibentak Anka tadi pagi, bahkan Anka mengatakan pada Vanya untuk mengikuti gaya bekerjanya karena saat ini Vanya tidak lagi bekerja dengan ayahnya, melainkan Anka. Ariana hanya bisa menepuk-nepuk punggung Vanya dan menghiburnya dengan kata-kata, "tunggu gue taklukin di atas kasur, biar lembut itu mulutnya si ganteng." Membuat Vanya yang tadinya bersimbah airmata menjadi tertawa mendengarnya.
Setelah memastikan bahwa Anka sudah turun dengan lift yang baru saja bergerak, Ariana segera membuka ponsel dan mengajak sahabat - sahabatnya bertemu.
Genk Bang
Me : Ngumpul yukkk, makan steak kita. Jam 7 yaaaaa.. Kangen kangen bingitss sama kalian ih
David : siaapppp, lu KB enggak Ar? Gw males pake kondom
Me : bangkeee
Safira : David
David : maap bu guluuuu yang cantik
Inne : jemput guweeehh Ar
Gilang : send location Ar
Me : Gilang jemput Inne tuh, gw tunggu di tkp aja ya
Gilang : oke
Inne : maaciihh mamas Gilang
Me : ENGGAK PAKE NGARET!
David : anjirr alpha women is back
Safira : iya Ariana, inshaAllah.
Inne : oke bos
Kevin menghampiri Ariana dengan gaya sok playboy-nya.
"Hai Cantik, dinner yuk!"
"Halahh ngajak makan angkringan aja gaya lu, Pin, pake diner diner segala." Cibir Melani.
Benni memukul lengan Kevin sambil lalu.
"Mau reunian gw Pin, kangen sama pasukan."
"Yahh padahal gue mau ngajak ke restoran baru yang di rooftop ituloh." Wajahnya ditekuk dengan imut.
"Hahaha, next time ya." Jawab Ariana, sambil mengedipkan matanya genit.
"Udah, Pin, move on gih! Ariana seleranya setengah bule, bukan produk lokal kayak lu!" Benni meledek Kevin dengan sadis, yang diledek hanya menatap dengan pandangan teraniaya pada cowok berwajah oriental itu.
"Koko, aku nebeng ya?" Dena sudah siap pulang dan menggamit tangan Benni.
"Boleh, cek in dulu ya sebentar." Goda Benni nakal.
Dengan cepat Dena menepuk perut buncit Benni. Ariana geleng-geleng kepala melihat tingkah teman-temannya.
"Udah ah balik yuk, udah lama enggak kena jam macet Jakarta." Ariana mengapit tasnya di ketiak.
Dengan genit Kevin menggandeng lengan Ariana dan mengajaknya turun. Diikuti Benni, Melani dan Dena di belakangnya. Dalam lift mereka asyik bergosip tentang Anka, yang keliatan lempeng aja di hadapan Vanya atau Ariana. Karena di dalam kantor mereka, perempuan dengan s*x Appeal tinggi hanya dua perempuan itu. Mustahil bagi mereka, cowok normal tidak melirik Vanya dan Ariana dua kali.
Ariana menceritakan saat makan siang barengnya dengan Anka dan bertemu Vina yang dengan bodohnya mengatakan bahwa dia adalah teman bobo Anka.
"Etdaahh, cakep enggak Ar?" Radar Benni nyala.
"Kayak anak SD, cakepan Dena malah." Lirik Ariana ke arah Dena, di antara mereka Dena adalah yang termuda dan paling junior. Dena mencibir sambil memajukan bibirnya. "Cuma yaaaa, kayaknya ukuran melonnya 36B." Lanjut Ariana, disambut teriakan histeris Benni dan Kevin secara bar-bar.
Ariana sampai menutup telinganya dan memelototi mereka.
"Anjirr juga si bos, mainannya." Kevin tertawa.
"Palingan tuh cewek yang keganjenan ya Ar?" Melani ikut nimbrung .
"Ya gitu, si bos cuek aja keliatannya. Dingin. Minta banget dikempit paha gue, biar lumer dikit."
"Abang kapan dikempit, Ar?" Goda Kevin lagi, disusul tawa teman-temannya yang lain.
Ariana menoyor kepala Kevin gemas.
Pintu lift terbuka, mereka pun keluar dan berpisah di lobby. Ojek online yang Ariana pesan sudah di depan gedung, Ariana pun pamit duluan dan melambaikan tangan pada rekan-rekannya.
***
Ariana sudah memesan tempat untuk dia dan genk-nya. Yang lain belum datang, tentu saja. Ariana langsung memesan minum dan steak lebih dulu. Sambil menunggu teman-teman dan pesanan, ia membuka i********:. Iseng mencari akun bos mudanya.
Tidak ditemukan, hhmm, bukan tipe netizen sosmed kekinian kali yes. Grup wa kantornya ramai, dibukanya aplikasi chat berlogo telepon hijau itu.
GFC Squad
Melani GFC : Guess what? Gw ketemu siapa tebak genkksssss????
Dena GFC : Siapa mbak?
Kevin GFC : Macet ih, tau gini bawa motor gue.
Me : Oot lu pin.
Kevin GFC : apa sih sayangg
Dena GFC : Epin muka tembok ih hahaha
Kevin GFC : Cinta itu harus diperjuangkan Den...ok
Dena GFC :
Melani GFC : Si Bos Anka sama ciwik genks. Cakeeepp demi sempak spongebob. Kayak arteeesss.
Me : Lebay
Melani GFC : Cakepan dia, Ar. Jangan marah yes, aseli. Mirip LCB ini. Demi apa dah.. Emesshhh emesshh. Si bos mesra aneett coba.
Dena GFC : No pic = hoax
Kevin GFC : foto dong ar
Me :
Kevin GFC : Mel, maksudnya Ar. Duh jempol, enggak bisa ngerem deh. Jujur aneet.
Melani GFC : Enggak enak njir, gw ama laki gw neeh. Bos enggak ngeliat gw sih, foto enggak y?
Me : vodoh mamat . Dah ah, mau wikenan gueh. Bye
Kevin GFC : Yah bebbb
Ariana langsung memasukan ponselnya, David sudah berdiri di depannya dengan wajah sumringah. Teman cowok yang paling kece di genk-nya.
"Apiittt..." Ariana langsung memeluk David.
"Alooo Cantik, kurusan deh lu Ar." David meregangkan pelukannya dan melihat wajah Ariana dengan jelas.
"Masa? Padahal makan gue banyak nih, stress gegara kerjaan kayak penduduk Bumi. Padet banget." Ariana melepaskan pelukannya dan duduk, diikuti David yang mengambil tempat di depannya.
"Makan banyak, olahraga malam juga meningkat dong?" David menggerakan alisnya naik turun dengan usil.
"Udah tiga minggu enggak dapat jatah, Greg ke Aussie." Sahut Ariana sok pasang muka sedih.
David mencubit dagu Ariana dengan jarinya, "kode banget minta dikelonin siihh." Ariana nyengir kuda.
"Makasih deh!" Jawabnya galak.
Mengingat hubungannya dengan David sempat awkward saat mereka mencoba berhubungan layaknya friends with benefit macam Justin Timberlake dan Mila Kunis di film berjudul yang sama dengan istilah itu, atau bahasa gaulnya TTM alias Teman Tapi m***m.
Ariana bukan tipe perempuan yang mudah jatuh hati, jangankan dengan David, dengan yang model-model mirip Christian Grey saja, hanya untuk one night stand. Tapi saat dengan David, ada rasa takut kehilangan sebagai sahabat. Jadi, demi persahabatan mereka yang sudah berkerak itu, Ariana membatalkan idenya itu dan memilih mencari 'buruan' selain teman dekat atau rekan kerja. Ariana cukup percaya diri untuk cuek dan bersikap biasa, tapi David yang pernah menjadi canggung setelahnya, Ariana jadi kapok dan tidak akan mau lagi berhubungan dengan pengklasifikasian seperti di atas tadi.
Dan dia mendadak teringat bibir kissable Anka dalam benaknya yang mendadak minta digigit. Jiwa nakalnya meminta pengecualian.
"Ariaaanaaaaaaaaaaa." jeritan Inne di pintu masuk membuat kepala Ariana dan David menoleh.
Tangan besarnya langsung menyergap Ariana dalam satu pelukan erat yang membuat gadis berambut panjang itu megap-megap kehabisan napas.
"Uuncchhh, kangeen kangen bingitss sama kamuuu.." Inne mencium pipi Ariana dengan gemas, yang dicium misuh-misuh dan terbatuk-batuk.
"Njirr hampir metong gue dipeluk duyung segede kapal selam." Ariana berceloteh, disambut tawa David dan Gilang yang juga baru datang bersama Inne.
"Ban mobil gue aja nyaris bocor ngangkut dia." Sambung Gilang, yang dihadiahi cubitan gemes Inne.
"Makin subur aja Inne, hati sehat?" David menepuk lengan besar Inne.
"Sehat dong 'A Apit, apalagi liat Aa makin kece unyu unyu begini." Sahut Inne dengan manja-manja ala incess Syahroni.
"Bisa aja, duyung kita." David mencubit pipi gembil Inne.
Mereka duduk dan melepas rindu, padahal baru empat bulan tidak bertemy. Bagaimana setahun. Hanya Safira yang belum datang, Ariana menyuruh teman-temannya untuk pesan makanan terlebih dahulu.
"Abang setengah bule apa kabar?" Inne menyeruput lemon tea yang dipesan Ariana.
"Baik, lagi business trip doi ke Aussie."
Mata bulat Inne berbinar dengan semangat, "nginep dong gue di tempat lu, ajak Fira juga ya. Kita butuh girls time nih."
Ariana mengangguk membolehkan, Inne bertepuk tangan senang.
"Lu masih sama Diva, Vid?" Tanya Gilang, pada David.
"Masih lah, hari ini Diva. Besok Santi, lusa Anggi. Gitu aja terus.."
"Sampe bikini bottom bisa dihuni penduduk Asgard" Lanjut Ariana sinis, David cengengesan.
Gilang dan Inne tertawa.
"Mumpung bu gulu belum datang, topik masih seputar selangkangan." Celetuk David dengan wajah mesumnya. Inne memukul pahanya pelan.
"Heeh, hati-hati Ne. Naik dikit, getar sekujur badan." Selorohnya lagi, Gilang menjitak kepalanya dengan gemas.
"Ada bos baru di kantor, ganteng sih tapi kelakuan kayak setan. Badannya minta disenderin banget tapi anak bos, galak lagi." Ariana curcol, Inne langsung sigap dengar kata 'ganteng'.
"Kenapa memang? Embat aja, kali bisa lancar jaya bonus lu." Setan berwujud Gilang berbicara.
"Ogah ah, ngeri.. Nanti disangka prestasi gue hasil ngerayu bos pake bobo enak lagi. Huu sayang-sayang otak encer ane, Gan!" Sahut Ariana, bibirnya monyong jumawa.
"Gaya lu ah, sikat aja kalau potensial." Iblis bernama David ikut ngomporin.
"Mana lihat fotonya Ar?" Inne menarik-narik lengannya dengan manja.
"Enggak ada, lagian jutek orangnya. Kalau ngomong, duileeh irit banget. Kayak bayar aja itu bahasa perkata."
"Kan malah bikin penasaran Ar." Inne menyemangatinya.
"Lagian mau dikemanain si bule?" David lempeng lagi.
"Halaahh, biasanya juga kanan kiri okeh nih si bu ketu." Sahut Gilang lagi masih dalam mode syaiton.
"Hahaha ngeri ah, gaulnya jetset. "
"Halaahh takut – takut tapi mainnya sama setengah bule, enggak konsisten lu ah!" Gilang mencibir sambil menyalakan rokok.
Ariana menyambar rokok yang dinyalakan Gilang dan dihadiahi jitakan pelan di jidatnya, "Hahaha, biarin weeeekk..." Ariana meleletkan lidahnya pada Gilang.
•••