Pusat perhatian ini terarah pada langit biru disertai awan cerah mengantar perjalanan hari ini menuju bandara. Daniel, Nadia bahkan kedua orang tua angkatku akan pulang atau lebih tepatnya mereka kembali ke London. Lagi-lagi aku harus berpisah dengan mereka dan entah kapan akan bertemu hingga kami bisa bercanda bersama, tapi memang itu sudah merupakan keharusan bagi kedua adikku yang masih kuliah. “Nanti Kakak jangan nangis lagi ya?” Saran Nadia masih saja memelukku. Aku melirik wajah yang bersandar di pundakku. “Nggak salah? Oh, Kakak tau. Kamu lagi nasehati diri sendiri, iya ‘kan?” Memang seketika Nadia mengeratkan pelukan dan menangis atas perpisahan beberapa menit lagi. “Kak, aku kan masih kangen. Kakak ikut aku ke London ya?” “Kamu itu makanya cari suami,