Perasaan Yang Berbeda

1100 Kata
Alarm di ponsel Lisa sudah berbunyi, tanda dia harus segera bangun dari tidurnya. Saat itu jam menunjukkan pukul 04.00 pagi. Lisa mengerjapkan matanya, dan kini sudah terbuka dengan sempurna. Dia langsung bangkit duduk di tepi kasur kecil di kamarnya. "Jam berapa ini?" gumam Lisa. Dia raih telepon genggamnya untuk melihat jam yang berapa saat ini. Lisa sudah memblokir nomor telepon ibu tirinya dan bapaknya, agar mereka tak bisa menghubungi dirinya lagi. Semenjak dia menjadi simpanan Leo, Lisa menaruh dendam kepada mereka. Hingga akhirnya dia memutuskan untuk tidak peduli dengan mereka. Lagipula, selama ini bapaknya pun hanya membutuhkan uangnya saja. Tak pernah memikirkan perasaannya. Lisa sudah terlihat cantik, meskipun hanya memakai pakaian pelayan. Dia membantu Terecia di dapur menyiapkan sarapan pagi untuk majikannya, yaitu Leo dan juga Elena. "Semalam, sewaktu Bibi sudah tidur. Nyonya Elena sudah pulang. Aku bertemunya," Lisa mengungkapnya. "Terus, dia bicara apa ke kamu? Apa dia memergoki kamu, saat kamu berada di kamar suaminya?" Tanya Terecia yang kini menengok ke arah Lisa. Memandang wajah Lisa. Wajah Terecia terlihat khawatir, dia sangat tahu karakter Elena-sang majikan. Lisa menggelengkan kepalanya, dan akhirnya dia menceritakan atas apa yang terjadi dengannya semalam. "Syukurlah! Sekarang, kamu masih bisa bernapas lega. Ingat, kau harus lebih hati-hati! Dia adalah tipe wanita yang kejam. Dia akan menyeret kamu keluar secara paksa dari Mansion ini. Atau mungkin melaporkan kamu ke polisi, karena tuduhan kamu menggoda suaminya," ucap Terecia. Dia juga mengingatkan Lisa untuk berusaha menjauhi Leo, selama Elena disini. Terecia begitu mengkhawatirkan Lisa. Dia tak ingin terjadi sesuatu dengan Lisa. Leo baru saja terbangun dari tidurnya, dan melirik ke arah sang istri yang masih tertidur nyenyak. "Maafkan aku, Sayang! Jika kamu selalu berada di sampingku, aku tak pernah selingkuh darimu. Kamu yang membuat aku seperti ini," ucap Leo dalam hati, saat memberikan kecupan di pucuk kepala istrinya. Ada perasaan yang berbeda yang Leo rasa kepada sang istri, tak seperti dulu sebelum hadirnya Lisa di hidupnya. Leo mencoba melepaskan pelukan sang istri, karena dia harus segera bersiap-siap ke kantor. Ada hal penting yang tak bisa dia tinggalkan. Setelah itu, dia langsung beranjak turun dari ranjang, dan bergegas untuk mandi. Bayangan Lisa hadir kembali, saat dirinya memejamkan matanya di bawah guyuran air shower. Bahkan miliknya pun ikut menegang. "Sh*it! Apa yang sebenarnya terjadi padaku? Mengapa aku teringat dia terus? Bahkan aku menjadi kecanduan tubuhnya," Leo berkata. Kini Leo sudah terlihat rapi, siap untuk berangkat. Dia melirik ke arah sang istri yang masih tertidur nyenyak. Leo memutuskan untuk tidak membangunkan sang istri, karena dia yakin kalau istrinya pasti merasa lelah. Leo menuruni anak tangga, untuk sarapan pagi. Dia langsung menuju meja makan. Seperti biasanya Lisa sudah berdiri di dekat meja makan, siap melayani majikannya. "Anggap tak pernah terjadi sesuatu diantara kita! Saya tak ingin Elena tahu, hubungan kita selama ini. Bekerjalah sebagai seorang pelayan yang baik, layani Elena dengan baik!" Leo berkata sinis. Bahkan Leo tak menatap wajah Lisa. Dia tak ingin semakin terjebak dengan perasaan hatinya. Dia ingin mengakhiri hubungannya dengan Lisa, kembali mencintai istrinya sepenuhnya. Tak ada yang bisa Lisa lakukan, dia hanya bisa menganggukkan kepalanya. Mau protes pun tak bisa, karena dia bukan kekasih atau orang yang penting untuk Leo. Dia harus menyadari, siapa dirinya. Dia hanyalah seorang wanita hina, yang menjual tubuhnya demi sebuah uang. Hatinya terasa sakit, kala mendapatkan perlakuan dingin dari laki-laki yang kerap menjamah tubuhnya di kala malam. Leo kembali seperti dulu, menjadi sosok dingin kepadanya. Setelah sarapan, Leo langsung pergi meninggalkan Mansion untuk bekerja. Selama perjalanan dia tampak diam. Sibuk dengan pemikirannya sendiri, ada perasaan iba di benaknya terhadap Lisa. Namun, dia ingin mempertahankan rumah tangganya. "Maafkan aku, Lis! Aku tak ingin menyakiti hati istriku, meskipun aku harus tersiksa menahan rindu untuk menciumi tubuhmu," ucap Leo dalam hati. Sedangkan Lisa saat ini justru sedang menangis di kamarnya. Terecia mengikuti Lisa ke kamarnya. Dia merasa tak tega melihat Lisa menangis. Lisa sudah dia anggap sebagai keponakannya. "Sudah, jangan nangis! Tak ada yang patuh kamu tangisi! Sejak kamu mengambil keputusan itu, pastinya kamu sudah tahu apa yang akan terjadi padamu. Tuan Leo memang sangat mencintai Nyonya Elena. Meskipun Nyonya Elena bersikap tak peduli padanya dan mementingkan kariernya. Rasa cintanya Tuan Leo kepada sang istri tak pernah berubah. Kamu harus pahami itu! Jangan pernah buka hatimu untuknya, karena kamu akan merasa sakit hati!" Lisa langsung memeluk tubuh Terecia. Mencari tempat bersandar. Dia begitu menyayangi Terecia. "Iya, Bi. Dalam hal ini, aku tak boleh menjadi orang yang tersakit, karena pasti rasanya lebih sakit Nyonya Elena. Jika dia mengetahui perselingkuhan suaminya dengan aku," ungkap Lisa. Lisa menghapus air mata di wajah cantiknya. Dia tak ingin sedih lagi. Dia harus sadar posisi dia selama ini. "Aku harus kuat menghadapinya! Benar kata Tuan Leo, anggap kalau kita tak pernah terjadi sesuatu. Lagipula, bukankah ini yang aku nantikan sejak kemarin?" Lisa berkata dan tersenyum getir. Dia mencoba tersenyum, meskipun hatinya terasa sakit. Lisa dan Terecia melanjutkan pekerjaannya kembali, dia tak ingin nantinya Elena akan marah kepada mereka. Sebenarnya, dia bisa bertahan hidup. Tanpa dia harus bekerja seperti sekarang ini. Elena baru saja terbangun dari tidurnya. Namun, dia tak melihat wajah suaminya. Dia langsung beranjak bangkit, mencari keberadaan suaminya itu. Namun, sayangnya sang suami sudah tak dapat dia temui. Hingga akhirnya dia tersadar untuk melihat jam saat ini. "Huh, pantas saja dia sudah tak ada. Pasti dia sudah berangkat bekerja. Mengapa dia tak membangunkan aku? Pasti dia takut kalau aku melarangnya bekerja. Kamu memang tak pernah berubah, selalu saja sibuk dengan pekerjaanmu, dan mengabaikan aku. Wajar jika aku akhirnya memilih untuk berkarier kembali, aku jenuh jika harus di Mansion terus menerus," Elena mengungkap kekecewaannya. Keinginan Elena untuk berkarier, ternyata bukan kesalahan dia sepenuhnya. Saat menikah dengan Leo, Elena sempat berhenti dari dunia modelling, dan berusaha fokus untuk menjadi seorang istri. Namun, Leo selalu saja sibuk dengan pekerjaannya. Bahkan dulu dia kerap meninggalkan Elena di Mansion, hingga akhirnya dia merasa jenuh. Pada akhirnya Elena memutuskan untuk berkarier kembali. Leo seorang penggila kerja, hari-harinya di sibukkan dengan pekerjaan. Saat di rumah dan hari libur pun dulu dia masih sibuk bekerja. Pentingnya komunikasi yang baik di dalam rumah tangga, agar tak terjadi kesalahpahaman hingga berujung perselingkuhan. Elena memutuskan untuk mandi. Hari ini dia berniat untuk ke Mall, untuk melepas rasa jenuh yang dia rasakan. Kedatangan dia, ternyata tak membuat suaminya fokus padanya. "Kamu masih saja seperti dulu, mengabaikan aku, dan lebih memprioritaskan pekerjaan kamu. Padahal kamu tahu, waktuku tak lama di sini. Aku ingin menghabiskan waktuku bersamamu," Elena mengungkap perasaan kecewanya. Elena sudah terlihat cantik, dia memang selalu menjaga penampilannya. Meskipun suaminya kini merasakan hal yang berbeda pada dirinya, membandingkan tubuhnya dengan wanita lain. Kini Leo justru kecanduan tubuh Lisa-pelayannya, dan bersikap cuek kepadanya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN