Narendra, Zen dan Mentari

1198 Kata

Ditolak oleh ibu kandung sendiri ternyata lebih menyakitkan dari apapun. Narendra pergi dari kediaman sang Ibu sembari meneteskan air mata. Bukan air mata buaya, tetapi benar-benar air mata kesedihannya karena merasa tidak berharga dan merasa putus asa atas apa yang akan dia lakukan selanjutnya. Narendra tiba di warung kembar dengan gontai dan lesu. Dilihatnya Zen Andri dan juga Mang Entis sudah mempersiapkan berbagai hal untuk mulai berjualan petang nanti. "Lo kusut amat Mas Bro. Katanya dari pasar abis beli apa?" Zen memberikan satu gelas es teh manis lengkap dengan esnya yang banyak kepada Narendra. Dia tahu sahabatnya pasti lelah dan juga kepanasan karena seharian ini Bandung sangat panas. "Terima kasih," ucap Narendra dingin menyentuh kulitnya saat dia membawa gelas itu dan perlaha

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN