Buncah

1190 Kata

Ditha menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi mobil. Menjelajahi Pasar Baru dan sekitarnya ternyata membuat perempuan itu teramat lelah. Maklum, lama sekali dia tidak berjalan sejauh ini. Melihat Ditha yang terpejam dan duduk nyaman, Narendra tidak berani buka suara. Mungkin Ditha lelah. Narendra berhak memberikan ruang kepada Ditha. “Lihat ke depan, masa nyetir matanya lihat ke sini,” tegur Ditha. Malu rasanya ketika diam-diam mengamati terus ketahuan. Dengan gugup Narendra mencoba membela diri, “Enggak ada salahnya ngeliatin kamu, cantik, suka, jadi betah liatnya.” “Lihat tempat dan waktu juga kalau mau liat-liat. Aa harus fokus menyetir.” “Iya, ini kan masih lampu merah,” kilah Narendra. Ditha kembali tersenyum. Hal itu mengundang keresahan yang sukses membuat Narendra semakin

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN