14. Gas Terus

1274 Kata
“Pak, apa maksudnya jadi pacar bapak?” tanya Dara masih membulatkan matanya. “Kamu terima jadi pacar saya dan desain ini jadi milik kamu atau kamu tidak jadi pacar saya tapi desain milik saya? Atau kamu mau dua-duanya, jadi pacar saya dan desain milik saya?” oceh Adi, Dara makin membulatkan matanya, perempuan itu bahkan sangat pusing dengan apa yang diucapkan Adi. “Sekarang semua terserah kamu,” kata Adi dengan santai. ”Bapak kenapa nembak saya? Kalau bapak suka desain itu ya pakai aja untuk perusahaan dengan imbalan uang lima ratus juta, kenapa harus pakai pacar-pacaran? Jangan-jangan bapak emang mau modus sama saya. Saya dibaik-baikin terus ujungnya nanti diminumin alkohol lalu ditidurin,” oceh Dara agak menjauhkan tubuhnya dengan tubuh Adi. “Kamu kalau ngomong lancar banget kenapa gak jadi penulis n****+ aja?” tanya Adi dengan datar. “Gak mau, nanti dihujat pembaca kalau tulisannya jelek. Jadi karyawan Pak Adi saja,” jawab Dara. “Kok ini pembicaraan makin ngawur. Sekarang kalau kamu mau, tanda tangan di sini!” titah Adi menarik berkasnya dan menunjukkan pada Dara. Dara menatap berkas itu, gadis itu membacanya dengan teliti. “Satu, pihak kedua menyerahkan desain pada perusahaan dan ditandatangani secara sadar dan tanpa paksaan.” Dara membaca baris pertama dari berkas itu. Jangan sampai setelah tanda tangan, ternyata dia mendandatangani berkas dari kawin kontrak. Sungguh mengerikan. “Baca yang teliti, anak manis!” ucap Adi menepuk-nepuk kepala Dara dengan pelan bak anak kucing. “Pak, mana uangnya?” tanya Dara. “Ada, kalau kamu sudah tanda tangan, nanti saya akan ke rumah kamu menyerahkan uang. Anak kecil tidak boleh bawa uang sendiri, nanti saya juga akan bicara sama ibu kamu,” jelas Adi. Bertemu ibu Dara sekalian modus, batin Adi. “Pak jangan ke rumah saya, mama saya galak banget,” ucap Dara menggelengkan kepalanya. “Tidak apa-apa. Saya bisa menaklukkan banyak orang dengan satu kedipan mata, kalau dengan mama kamu dengan setengah kedipan mata pun pasti langsung luluh,” jawab Adi dengan percaya diri. Dara menggigit bibirnya, cewek itu mengambil berkas dan mulai membubuhkan tanda tangan di sana. Belum semua tanda tangannya selesai, Dara sudah menghentikannya. “Ada apa?” tanya Adi. “Bapak tidak akan curang, kan?” tanya Dara memicingkan matanya. “Curang apa maksudmu?” tanya Adi balik dengan bingung. “Saya takut kalau bapak mengubah surat kontrak. Yang awalnya kontrak soal desain, tiba-tiba kontrak berubah jadi nikah kontrak,” jawab Dara. “Dara … sudahi berpikir berlebihan kalau kamu ini tokoh n****+!” pekik Adi mengangkat laptopnya tinggi-tinggi. Kalau dia tidak ingat harga laptop, sudah pasti dia akan membanting laptop itu saking gemasnya dia dengan Dara. “Eh eh .. maaf, Pak. Jangan dibanting, harganya mahal,” ucap Dara dengan panik. Adi mengembalikan laptopnya dengan kasar. “Sekarang tanda tangani itu ssampai baris terakhir. Kalau kamu masih ngoceh tentang n****+-n****+ lagi, kamu tidak akan bisa keluar dari ruangan ini selama tujuh hari tujuh malam!” oceh Adi dengan tegas. Buru-buru Dara segera menandatangani berkas itu dengan tangan gemetar. Bayangan dikurung selama tujuh hari tujuh malam membuat Dara ketakutan. Bayangan itu sangat menyeramkan, dan apa yang akan Dara lakukan jika dia benar-benar dikurung, gadis itu bergidik ngeri. Setelah selesai menandatangani berkas itu, Dara segera menyerahkannya pada Adi untuk dicek. Adi tersenyum puas dengan tanda tangan yang dibubuhkan Dara. “Baik, selamat bekerja sama. Nama kamu akan tetap dikenang dalam desain ini,” ucap Adi mengulurkan tangannya pada Dara. Dengan kikuk pun Dara menerima uluran tangan Adi, mereka berjabat tangan layaknya mulai menjalankan kerja sama. “Dikenang, kayak saya mau mati saja,” batin Dara dengan sinis. “Sekarang saya akan uruskan hak paten untuk desain ini. Nama motif ini akan saya beri nama Dira,” kata Adi. “Kenapa Dira, Pak? Saya menyebut desain itu sebagai desain ‘tampan dan berani,” ujar Dara. “Dira itu singkatan, yaitu Adi Dara,” jawab Adi yang makin membuat Dara bingung. Ada yang aneh menurut Dara, kalau Adi tidak ada perasaan padanya jelas Adi tidak akan memakai nama singkatan keduanya. Tiba-tiba Dara makin takut, sekarang Adi terang-terangan menyukainya. “Saya tidak mau nama Dira, kesannya aneh,” protes Dara. “Saya tidak menerima bantahan, itu kamu sudah tanda tangan tandanya ini milik saya. Dan saya menamai Dira, filosofinya antara Adi dan Dara tidak akan terpisahkan,” kata Adi dengan penuh percaya diri. Adi bahkan mengusurng senyumnya pada Dara. Adi benar-benar sudah gilaa dengan Dara. Di mana Adi yang berwibawa dan sangat berkharisma? Kini Adi sangat bucin di hadapan Dara, bahkan Dara sampai tidak mengenali Adi yang sebelumnya. “Bapak suka sama saya?” tanya Dara dengan canggung. “Suka banget,” jawab Adi. “Karena kamu sudah berbaik hati memberikan desian ini, saya kasih kamu bonus yang lebih besar,” kata Adi lagi. “Apa?” tanya Dara was-was, takut bonus yang diberikan adalah bonus yang aneh. Mengingat tabiat Adi yang saat ini sangat aneh. “Bonusnya kamu pacaran sama saya,” jawab Adi yang membuat Dara hampir mengeluarkan kedua bola matanya saking melototnya. “Di mana lagi kamu bisa menemukan cowok seganteng saya, sekeren saya dan sekaya saya. Harusnya kamu bersyukur kalau belum lama kamu menjadi anak magang, tapi sudah disukai atasan,” oceh Adi. “Saya gak mau jadi pacar bapak. Kalau saya pacaran sama bapak, terlihat sekali kalau saya simpanan bapak,” tolak Dara. “Saya masih lajang, Dara. Kamu tidak boleh membantah, mulai saat ini kamu pacar saya. Saya cinta sama kamu, saat memejamkan mata hanya ada kamu, saat membuka mata hanya ada wajah kamu, dan saat di toilet pun yang saya pikirkan hanya kamu. Jadi saya kasih saran untuk kamu, lebih baik menerima orang yang mencintaimu daripada menunggu orang yang kamu cintai.” ”Pak Adi gilaa ya?” desisi Dara dengan kesal. “Ya, saya gilaa karena kamu,” jawab Dara. Dara berdiri, cewek itu menghentakkan kakinya kesal. “Saya tidak mau terlibat masalah dengan pacaran sama bapak. Saya mau hidup bebas, magang juga bebas, tidak terjebak skandal apa-apa, dan saya pun tidak menyukai bapak!” tolak Dara dengan kejam. “Saya tidak mau tau kalau kamu menolak saya, yang pasti saat ini kamu adalah pacar saya!” ucap Adi dengan terkekeh. “Saya tidak mau!” pekik Dara menatap tajam Adi. “Ya terserah, cowok menang milih, cewek menang nolak. Kalau saya milih kamu, tandanya kamu adalah cinta saya. Kalau pun kamu menolak, saya akan tetap berusaha biar kamu jatuh cinta sama saya,” jelas Adi yang ikut berdiri. “Dan lagi, saya pastikan kamu akan terkewer-kewer sama saya,” ucap Adi menusuk-nusuk kening Dara dengan jari telunjuknya. “Pak Adi gilaa!” kesal Dara menghentakkan kakinya. Dara keluar dari ruangan Adi dan membanting pintunya dengan kencang. Elleana yang ada di depan pintu ruangan kakaknya pun hanya mengelus dadaanya dengan pelan saking kagetnya. Sejak tadi Elleana berdiri di sana tanpa mau membuka pintu ruangan kakaknya karena takut mengganggu, tidak dia sangka kalau Dara keluar ruangan dalam keadaan marah. Sedangkan di dalam ruangan, Adi tertawa seorang diri. Adi sadar kalau dirinya benar-benar gilaa. Adi berani mengungkapkan cintanya dengan cara sama sekali tidak romantis dan bahkan cenderung lebih ke pemaksaan. Namun, siapa peduli. Kadag cinta memang membutakan segalanya. Adi menuju ke meja kerjanya, cowok itu mengambil matchiatonya dan meneguknya sampai tandas karena sudah dingin. Adi paling benci dengan minuman itu, tapi karena Dara yang membuatkan, Adi menjadi suka. Sebucin itu Adi dengan Dara. Kalau sampai Dara tetap tidak menerimanya, Adi akan meminta ilmu pelet dan membabat habis bunga Ki Jaya Kusuma milik Eci untuk ritual pengasihannya. “Dira, Adi Dara … lucu sekali,” ucap Adi seorang diri.  * * * Jangan lupa tetap ramein. Terimakasih dukungannya!
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN