"Sial! Jika saja Dekker kembali lebih cepat, pasti aku tidak perlu bertemu dengan Erlangga lagi," rutukku dalam hati, sembari melihat sekeliling. Namun tidak ada tanda-tanda orang lain muncul. "Dekker janji akan menjemputku, tapi kenapa dia lama sekali ? Apa jangan-jangan dia sudah mati?" Aku bergidik ngeri. Apalagi tadi sempat kudengar perintah Erlangga pada juritnya untuk membunuh siapa pun yang mendekati kami. Jika dibandingkan dengan Erlangga, sudah jelas Dekker lebih manusiawi dan memperlakukanku dengan baik. Seperti saat aku tergelincir di tepi sungai, dia sangat peduli tentang kenyamanan dan keamananku. Tidak seperti Erlangga, yang malah menjebak dan mengancamku saat kami sedang berada di atas pohon. Kenapa juga, aku bisa terpeleset dari dahan tadi. Mungkin karena sangat mengantuk