"Kami sudah membumi hanguskan tempat perkemahan jurit Kawulan, Yang Mulia," lapor sang kepala jurit pada Erlangga. Pria itu bergeming, hanya memandang di kejauhan. Sinar matahari yang mulai menyeruak dari balik jajaran gunung itu membuatnya sedikit nyaman. Pikirannya masih sibuk mengulang ingatan tentang malam kemarin bersama Anindita. Pertemuannya dengan gadis itu adalah sebuah kebetulan. Setelah sekian abad, baru kali ini dia merasakan ikatan yang sangat kuat dengan seorang calon Erderna. Erlangga masih tidak bisa mengurai energi apa yang membuatnya sedemikian frustasi ketika berada dekat dengan Anindita. Biasanya pertemuan dengan Erderna hanya seperti ikatan kerja tanpa kata, sebuah perja Jian kuno untuk saling melindungi dan menjaga kunci dimensi. Demikian juga dengan Hanggara, Er