Di tatapnya penuh cinta pria itu usai mereka melepaskan tautan. Deru nafas diantara kedua insan itu masih memburu usai ciuman mesra yang mereka lakukan,bahkan mereka merasakan kebas yang sama di bibir mereka. Enam tahun menjalin hubungan, tatapan Oliv pada kekasihnya itu selalu sama. Semakin waktu berlalu cinta Oliv justru semakin hangat.
“Kak Egit udah ah. Kebiasaan suka liat aku kayak gitu terus” protes Oliv melepaskan pelukannya. Ia beralih mengambil n****+ dari rak buku dan duduk disofa untuk mengalihkan perhatiannya. Namanya Olivia Aqila, wanita yang baru saja merayakan wisudanya usai mendapaptkan gelar Sarjana Manajemen Bisnis. Ia memiliki paras yang imut dengan tinggi badan 158 cm dan berat badan 41 kg. Rambutnya pirang sepanjang pinggang dan poni yang terlihat cocok dengan wajahnya yang memiliki pipi agak tembem, jika digambarkan mungkin seperti artis korea Park Bo-young. Begitulah karakter utama dalam kisah ini.
“Duh, masih kurang nih. Kamu suka gitu, dari dulu sampai sekarang kita tu jalan ditempat tau nggak. Masak cuman sekedar ciuman doang, kamu liburan usai wisuda dua minggu loh. Kita nggak ketemuan udah dua minggu, masak aku cuman dapat itu doang” protes pria yang menjadi kekasih yang sangat amat dicintai oleh Olivia. Namanya Egit Prasetya. Setiap kali Oliv jalan dengannya tinggi badan Egit membuat olive merasa terlindungi.
Egit memiliki d**a bidang dengan tinggi badan 173cm dan beratnya 60kg. Rambutnya lurus dan tebal menutupi telinganya. Selama enam tahun ia selalu bersikap sebagai pria setiap dimata Olivia, ia lebih tua dua tahun dari Olivia dan sudah bekerja menjadi pemilik restaurant seafood yang cukup ternama.
“Kan mulai lagi. Udah aku bilang, aku belum siap sejauh itu ih” jawab Olive menanggapi protes kekasihnya itu. Egit duduk menyilangkan tangannya di d**a, usianya sudah 26 tahun, tapi sikap manjanya pada Olive masih seperti anak kecil yang kekurangan jajan “Aku ini laki-laki.Padahal aku tu sayang banget sama kamu. Kalau terjadi apa-apa aku juga tanggung jawabkan. Ayolah sayang, jangan bikin aku uringan terus dong” keluh Egit.
Olivia akhir-akhir ini agak kualahan menghadapi permintaan kekasihnya itu. Egit dengan terang-terangan ingin melakukan s*x dengan Olive, tapi entah mengapa ada firasat keraguan dari Olive “Aku takut kak. Udah jangan bahas itu lagi” ucap Olive tegas. Egit menyenderkan kepalanya dipundak Olive “Aku harus gimana dong?. Masak senam jari lagi, masak sabun mandi jadi pelarian lagi. Kamu aku ajak nikah juga nggak mau” ucap egit.
Olivia terkekeh “Hahah, sayangku, kan kakak tau aku mau kerja dulu, seenggaknya aku coba kerja dua tahun deh udah cukup, baru puas kan nikmatin hidup” Olive masih mengelak. Egit mendesah berat “Yaudahlah. Aku pulang dulu” ucap egit berdiri. Olive menahan tangan egit “Loh? kok pulang?” tanya Olive.
“Terus? Gimana aku mau tenang kalau disini terus. Besok aku kesini lagi, katanya kamu mau beli skincare kan, bye sayang” Egit mencium kening Olive dan berlalu pergi. Mengingat permintaan Egit yang tidak akan bisa Olive penuhi, ia hanya membiarkan Egit pergi begitu saja. Olive berdiri didepan cermin, ia mengusap bibirnya dengan jari dan mengambil tisu basah untuk menghapus lipstick yang berantakan di bibirnya. Kemudian ia tersenyum merasa berhasil menjadi kekasih yang sempurna untuk Egit.
*****
“Bunda? bunda liat jedai aku nggak? Tadi aku taruh diatas meja makan,aku lupa bawa” teriak Olivia melirik kesana kemari mencari jedai rambutnya. Sang bunda yang dipanggil tidak menyahut panggilannya, itu membuat Oliv semakin tidak sabar “Ih, Bunda??Bunda?” teriak Olive lebih keras.
“Astaga Oliv, kebiasaan teriak gitu,heran. Mau bunda beliin toya biar setiap hari kamu teriak sampai gugur tuh pita suara?” ucap Rosa menghampiri anak perempuan satu-satunya itu. Olivia berkacak pinggang, menyipitkan matanya menatap sang bunda “Bunda? itu kan jedai aku. Kenapa dibawa olahraga yoga sih?. Ahhh bau keringat dong” protes Olivia melihat jedai yang baru ia beli saat liburan ke bali dipakai sang bunda.
“Hehehe, tadi bunda kira ini nganggur, ya bunda pakai” jawab Rosa cengengesan. Namanya Rosa, setiap kali ia dan Olivia jalan berdua, semua orang mengira mereka adik kakak. Itu karena Rosa menikah diusianya yang masih 17 tahun saat itu. Kesulitan ekonomi menjadi factor utama, membuat Rosa mau dinikahi oleh pria yang sudah mapan dan jelas pekerjaannya,.Ketika usia pernikahannya sudah dua tahun, ia mendapatkan anugrah anak perempuan yang lucu sekaligus menjadi pelajaran hidup yang cukup berarti untuk Olivia.
Jika ada wanita tangguh yang Olivia kagumi, sudah jelas itu bundanya. Di usia muda, bundanya dituntut menjadi seorang ibu dan wanita yang tangguh mengarungi biduk rumah tangga. Hingga ayahnya meninggal, bundanya yang mengurus bisnis peninggalan ayahnya dan membuat Olivia hidup tanpa kekurangan.
“Bunda suka gitu, sini jedai Oliv balikin” ucap Olive. Ia memanyunkan bibirnya dan mengambil gelas jus dikulkas. “Kamu kapan mau ngelamar kerja?. Yakin nggak mau bantu bunda aja di perusahaan?. Daripada om kamu kualahan, bunda nggak terlalu banyak ngerti. Bunda belajar tiga tahun kayaknya masih kurang deh” keluh Rosa.
“Hmmm nggak ah, nanti om malah suruh aku ngerjain semua tugas. Aku mau coba dari bawah dulu aja, males mendadak jadi CEO” ejek Olivia. “Idih, dikasih kerjaan enak, malah nolak. Anak siapa sih kamu” protes Rosa. Olivia menyipitkan matanya memasang wajah konyolnya “Anak tersayang bunda Rosa yang paling cantik sejagad raya” puji Oliv, berharap bundanya berhenti mengeluh.
“Hai tante, hai anak ayamnya aku” Egit datang berkunjung kerumah Oliv. Semenjak ayahnya meninggal, tidak ada laki-laki lagi dirumah itu yang bagi Olive bisa diandalkan. Untunglah Egit sudah mengenal keluarga Olive dengan baik. “Loh, ini apa? tumben bawa bingkisan?” tanya Rosa.
“Ini oleh-oleh dari mama tante, kan mama baru balik liburan dari paris” Egit tersenyum. Olive menyatukan alisnya “Kok nggak bilang mau datang sih sayang?. Aku ada janji sama Dira hari ini” ucap Olive. Egit mencubit pinggang Olive membuat Olive menggelinjang geli “Kamu kebiasaan ya lupa, belum juga tua. Kan kemaren aku bilang mau datang kesini, emang kita nggak jadi beli skincare buat kamu” ucap Egit gemas.
“Wahhh ini makanan enak, makan ah” pekik Rosa girang tidak peduli pada Egit dan Olive yang tengah berdebat, ia justru mengambil piring dan membewa pergi kotak oleh-oleh yang dibawa Egit tadi. “Yah bunda? tinggalin buat aku ya” teriak Olivia.
“Sayanggg!!!” ucap Egit melambaikan tangannya di depan wajah Olive, merasa terabaikan. Olive tersenyum tanpa merasa bersalah “Ini aku mau pergi, kamu nggak kerja emang? Udah ah Dira udah nunggu. Aku pergi yah, bye” Olivi pergi meninggalkan Egit yang sudah memasang raut wajah kesal.
Olive mencoba menelfon Dira, sahabat terbaik yang pernah ada bagi Olive, namun Dira tak kunjung mengangkat telfonnya “Duh, ni anak monyet kemana lagi” gerutu Olive. Mendadak Olive memberhentikan mobilnya “Aduh, jedaiku ketinggalan. Nggak bisa nih, si Dira pasti ngomel-ngomel kalau nggak aku pakai. Balik aja deh” Olive memutar balik mobilnya menuju rumah.
Ia memilih meninggalkan mobilnya diluar gerbang rumah, terlalu susah kalau Ia harus mengeluarkan mobil lagi nanti “Loh, kok mobil kak Egit masih disini. Belum pulang ya dia” ucap Oliv masuk kedalam rumah, ia menuju meja makan untuk mengambil jedainya. Tapi jedai itu sudah tidak ada “Kan, pasti dibawa bunda deh ke kamarnya. Kebiasan nih emak-emak muda, doyan barang anaknya” gerutu Olive berjalan menuju kamar bundanya.
“Yah, Ahhh…Iyah gitu. Duhhh terus, ahhh” suara desahan yang terdengar jelas ketika langkah kaki Olive baru sampai setengah dari pintu kamar bundanya. Untuk sesaat Olive terdiam, memastikan suara desahan itu dari kamar bundanya “Ini…Ini suara bunda?” gumam Olive. “Duhh Egit, aku udah nggak kuat. Kamu kok makin ku,,aat ahhhh, yeahhh aduhhhh” desah itu semakin berat.
Penasaran menjalar disekujur tubuh Olive, terlebih nama Egit yang samar-samar terdengar. Olive berjalan semakin dekat dan perlahan melihat dari balik celah pintu kamar. Mata Olive membelalak sempurna, ia menutup mulutnya untuk menahan teriakannya, ketika pemandangan yang ia lihat didepan mata sudah tidak masuk diakal lagi baginya.
“Aku mau keluar tan, gantian dong goyangnya, sini sayang, iyahh diatas ya” Ucap Egit berpindah posisi, ia tidur telentang sementara Rosa sudah duduk diatasnya “Kamu kebiasaan deh diamanjain gini” keluh Rosa memegang bagian kemaskulinan Egip dengan ujung kepalanya yang sudah mengkilap, Rosa menuntun bagian panjang nan gagah itu untuk kembali masuk kedalam liang kenikmatannya “Pelan-pelan yah” desah Rosa sembari menggoyangkan pantatnya, sementara egip mengimbangi gerakan Rosa dengan memberi ritme halus digundukkan d**a Rosa.
Oliv masih butuh waktu untuk menyadarakan dirinya, sampai ia benar-benar menerima tamparan kenyataan itu. Bundanya yang sangat ia hargai, dan kekasihnya yang sangat ia cintai tengah memadu kasih saling mengejar puncak kenikmatan, tubuh mereka yang bertelanjang sudah setengah berkeringat.
Lutut Olive bergetar, apa yang harus ia lakukan dalam situasi ini?. Perasaannya terluka, ia terlalu terkejut. Ini terjadi begitu saja, memangnya apa yang ingin ia lakukan?. Jika Egit bersama wanita lain, mungkin Oliv masih bisa menjambak rambut wanita itu. Tapi ini??? wanita itu bundanya kan?