Kamu yakin?

1347 Kata
Olive memutuskan untuk mengukur dirinya sendiri, sedalam apa rasa sayang yang tertinggal untuk Egit. Tanpa ia sadar ia sudah terlanjur dalam bermain dalam drama ini. Olive merengek meminta untuk menghabiskan waktu sampai malam bersama Egit, dan seperti yang dulu, Egit tetap memperlakukan Olive dengan manja. Kebiasaan yang tidak pernah Egit lupakan, menggandeng tangan Olive dimanapun merekar berada, tak jarang Egit memperbaiki rambut Olive jika kusut. Jika Olive ingin makan sesuatu Egit dengan cepat menuruti, ia memperlakukan Olive seperti ratu, “Kak, aku mau naik itu” Olive menunjuk salah satu wahana yang cukup menguji nyali karena ketinggiannya. Egit menelan kasar salivanya “Loh, kok tumben mau naik yang begituan?. Ngeri ah liatnya” ucap Egit menolak. Olive berdiri didepan Egit, ia mendongakkan kepalanya untuk melihat Egit yang lebih tinggi darinya “Haaa aku mau naik itu kak, ayolahh” rengek Olive manja. Egit mendesah berat “Yaudah ayok, kalau takut pegang tanganku” ucap Egit gagah. Mereka melangkah mantap untuk bermain wahana itu. “Kamu yakin nih?” tanya Egit saat petugas memasang alat keamanan, Olive dengan tegas mengangguk “Iya, kapan lagi kan” Olive memperlihatkan senyum tertulus darinya. Egit menarik nafas dalam kemudian menghembuskannya, ia menggenggam tangan Olive “Sayang, kalau kamu takut atau kenapa-napa teriak yah, bilang aku biar aku teriak paling keras supaya wahananya berhenti” Egit tersenyum hangat. Olive mengangukkan kepalanya sayu. Teriakkan mulai terdengar saat Wahana itu dimulai, dalam ketegangan itu Olive melirik tangan Egit yang masih memegang erat tangannya. Raut wajah Egit bahkan terlihat menahan rasa takut karena ia memejamkan matanya, meskipun Egit tidak berteriak. ‘Kalau kamu se sayang ini sama aku, kenapa tega sih kak?. Kenapa nyakitin aku kayak gini?, kenapa kak?’ ucap Olive dalam hatinya. Tanpa ia sadari air mata sudah mengalir di pipinya dalam buaian tingginya wahana itu. Menangis tanpa bersuara. Waktu berlalu begitu cepat, begitulah singkatnya menit jika kita menghabiskan waktu bersama orang terkasih. Olive turun dari mobil saat Egit membukakan pintu mobil untuknya “Kamu langsung tidur ya, pasti capek kan seharian main kayak tadi” ucap Egit. “Liat ntar deh, kalau udah sampai rumah kabarin ya kak” ucap Olive pada Egit. “Iya sayang” Egit mencubit ujung hidung Olive lalu mencium keningnya barulah Egit berlalu pergi. Langkah Olive terasa berat masuk kedalam rumahnya “Loh? kok kelitannya capek gitu?. Kamu kenapa sayang?” Rosa menyambut kedatangan anaknya. “Aku tadi habis jalan-jalan bun sama kak Egit, badanku rada capek, aku mau berendam air hangat ya bun” ucap Olive. Rosa menggelengkan kepalanya sembari berdecak “Ya ampun, kamu kebiasaan deh. Tunggu bentar bunda ambilin vitamin biar kamu nggak pegal besok” Rosa langsung menuju dapur dan menyusul Olive ke kamarnya “Nih sayang, minum ya nak. Kalau enggak besok kamu terlalu capek” Rosa mengusap pucuk kepala Olive dan berlalu pergi. “Lihat kalian, lihat gimana kalian memberiku perhatian. Anjing, kok kalian tega sih. Kalian seperti menyayangiku tapi kalian b******u dibelakangku, aku ini apa untuk kalian hah” ucap Olive, ia kembali menangis memeluk lututnya, menikmati rasa sakit dari beban sendiri “Aku harus gimana sama kalian, aku harus apa?. Aku nggak kuat kayak gini, kenapa kalian tega” gumam Olive lagi. Olive terbuaia dalam air matanya, ia berperang dengan rasa kecewa tapi kenyataannya, mereka yang menyakiti adalah mereka yang begitu dekat, mereka yang jika Olive lepaskan bisa saja membuat tiang kehidupan Olive roboh. **** “Ah capek” ucap Dira meletakkan barang belanjaan, ia bersender disofa melepaskan lelah. “Liv, bunda lo kemana? kok nggak keliatan?” tanya Dira, Olive mengedikkan bahunya “Nggak tau, ini barang nya nggak ada yang kurang kan?” Olive memastikan pakaian baru yang ia beli untuk bekerja nanti. Dira menghitung kantong belanjaan dan dengan yakin mengatakan semua barang lengkap. “Enaknya, udah bisa langsung kerja. Hah gue musti ngelamar dulu” keluh Dira. Olive terdiam sejenak “Bentar” ucap Olive ia  mengambil minuman dingin dari kulkas dan kembali duduk disamping Olive “Nanti gue mau nanya oom, gue bisa nggak punya sekretaris pribadi. Ntar gue usulin elo ya. Kerja sama gue aja Ra, please” Olive memohon. Dira sudah berniat memulai dari bawah tanpa bantuan siapapun, awalanya begitu. Tapi ketika ia melihat keadaan Olive, terlebih ketika Olive sedang berjuang melawan masalahnya sendiri, membuat Dira sedikit merubah fikirannya “Yaudah deh, itupun kalau boleh sama Om lo ya” ucap Dira. Olive mengangkat tangannya girang “Yeee, okay” ucap Olive. “Terus sekarang gimana?. Apa lo udah nemu jawaban buat hati lo?. Masih sayang sama kak Egit?” tanya Dira. Olive menekuk wajahanya “Gue, hmmm gue sayang Ra” ucap Olive mengakui perasaannya. Dira menepuk jidatnya “Astaga Olive. Lo serius?, terus lo mau bertahan gitu?” tanya Dira. Olive menganggukkan kepalanya sembari tersenyum hambar. “Gila lo, dia udah jelas bukan cowok yang baik Liv. Lo udah lihat kan sama mata kepala lo sendiri, Astaga. Ini hati lo yang terlalu baik, apa otak lo yang udah usang?” ucap Dira kesal. Olive protes tidak terima “Ra nggak mudah gitu aja lepas dari hubungan yang udah dijalani selama enam tahun. Kemaren pas jalan sama kak Egit, dia nggak berubah sama sekali Ra. Perhatian dia, sikap dia, kasih sayang dia ke gue tu masih sama. Lo cuman nggak ngerasain beratnya Ra” ucap Olive “Nggak ngerasain gimana?. Lo kan tau gue pernah pacaran sama Dino hampir tiga tahun, pas ketahuan dia itu selingkuh gue putusin, hidup gue damai dan gue udah nggak percaya lagi sama cowok. Gue tanya deh, lo yakin sama mau lo ini?.Gimana kalau dia ngelakuin itu lagi sama cewek lain, bukan cuman sama bunda” Dira memperkirakan hal yang terburuk “Nggak akan, aku akan coba pancing kak Egit supaya janji sama aku, dia nggak akan ganggu cewek lain” ucap Olive mantap. Dira mendesah berat, ia menaikkan satu alisnya “Yakin? gimana kalau sebagai balasan dari janji dia, dia minta lo ngelakuin s*x sama dia. Mau?” tanya Dira telak. Olive tertegun, bibirnya mendadak bungkam. Ponsel Oliver bergetar, ia menerima pesan dari Egit ‘Liv aku kangen banget sama kamu, pengen meluk kamu nih, nanti malam aku kerumah ya, sampai jumpa sayang’ isi pesan itu. Olive sangat tau makna dari pesan itu, makna dari ucapan kangen ingin memeluk. Olive mengangkat kepalanya menatap Dira “Kalau itu bikin kak Egit nggak ganggu wanita lain lagi, aku kasih ke dia semuanya Ra” ucap Olive putus asa. Olive berdebar ketika mendengar mobil Egit sudah datang, ia membuka pintu jendela kamarnya lebar agar angin malam bisa masuk. Biasanya jika melakukan ciuman Olive merasa gerah, Karena Egit tidak memberinya ruang dan memeluk tubuh Olive sangat erat “Sayang?” sapa Egit datang, ia menutup pintu kamar Olive dan memeluk Olive dari belakang yang saat itu sedang berdiri didepan jendela kamar “Ihh, kak Egit” desah Olive menerima pelukan Egit. “Duh, mendadak aku kangen Liv. Bunda lagi santai deh kayaknya sambil nonton, Hmmm aku mau itu boleh kan?” tanya Egit. Olive memutar badannya, ia melingkarkan tangannya dileher Egit, dengan tersipu malu Olive menganggukkan kepalanya. Tanpa aba-aba Egit langsung mencium bibir Olive, merasakan manis dan lembab dari bibir itu. “Shhh…hahhh” Olive melenguh setiap kali Egit mengigit bibir bawah Olive, dalam hatinya sekarang sekalipun Egit ingin melakukan lebih, Olive ingin merelakan saja. Seperti biasa Egit yang selalu memipin ciuman itu, kemanapun gerakan kepalanya secara otomatis Olive akan membalasnya. Egit melepas ciumannya, ia mengangkat kepalanya memberikan ruang untuk Olive menghirup oksigen yang terlepas, Egit mengusap bibir Olive yang sudah merah karena ulahnya, sementara mata Olive menatap Egit sayu “Aku suka” ucap Egit singkat tapi memberikan damage yang besar untuk Olive. Merasa masih belum puas Egit kembali melumat bibir merekah Olive. Kali ini Olive merasakan sensasi yang berbeda ketika Egit menggendong tubuh mungil Olive dan membuat Olive duduk ditepi jendela, Egit mengelus paha Olive, menjalar kepinggangnya hingga mendadak menyentuh d**a Olive. Olive yang awalnya terpejam, langsung membuka matanya meskipun ciuman diantara mereka belum lepas, hal ini tidak pernah dilakukan Egit sebelumnya. Olive merasakan sensasi yang berbeda, sementara hatinya bertanya-tanya, memangnya ia siap memberikan segalanya?
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN