Part 2 - End

2149 Kata
Hari ini Siska resmi pulang ke rumahnya dan tak sampai beberapa jam dia sudah pergi ke rumah Ridho, tepatnya rumahnya saat sebelum kecelakaan itu terjadi, di depan rumah terlihat beberapa orang sibuk mempersiapkan ultah anaknya Ridho. Banyak balon dan hiasan terpasang, terlihat cukup mewah padahal selama ini Siska sering meminta Ridho untuk merayakan ultah anaknya namun tak pernah disetujui dengan alasan tidak mau menghambur-hamburkan uang, namun kenapa sama Linda dia menjadi pribadi yang berbeda? Siska semakin mendekati rumah itu, rumah warisan dari kakeknya Ridho terlihat lebih besar karena halaman yang tertata rapi dan catnya pun terlihat bersih dan baru. Tiba-tiba ada seorang pria yang cukup dewasa menggendong seorang anak kecil keluar dari rumahnya mereka tertawa bersama dan bercanda, terlihat sekali bahwa pria itu menyayangi anaknya, pria itu nampak bahagia, rambutnya tertata rapih, bajunya juga rapih mungkin mereka punya pembantu yang menyetrika bajunya setiap hari. Siska menelan saliva tak mengerti mengapa pemandangan itu terasa menyakitkan? Bukankah seharusnya dia bahagia melihat suaminya kini bahagia? Ridho sangat berbeda sekarang, dia sosok yang terlihat murah senyum dan ramah, serta wajahnya berseri-seri ketika bercanda dengan anaknya. Tak lama Linda, sepupu Siska ke luar menghampiri suami dan anaknya, jilbabnya panjang menutupi d**a dan terlihat anggun sekali, Linda mencium anak mereka dengan lembut dan Ridho tertegun melihat Linda. Tangis Siska semakin pecah, air mata berhamburan keluar dengan cepat dari matanya tanpa bisa dia bendung, hatinya sangat sakit memandang hal itu. Linda menoleh, merasa ada yang memperhatikan, dia cukup kaget melihat Siska sedang menangis mengamatinya, setengah berlari Linda menghampiri sepupunya itu. “Siska kamu kok nangis, kenapa? Masih sakit?” tanya Linda penuh perhatian dia mendekap adik sepupunya erat, usia mereka terpaut sekitar delapan tahun dan memang Linda sering menemani Siska kemana-mana mereka sangat dekat sekali. Siska menggeleng cepat dia mengusap air matanya. Ridho pun menghampiri Siska, masih tetap menggendong anaknya yang berusia satu tahun. “Ajak masuk De, kasihan mungkin dia masih sakit,” ucap Ridho, mendengar hal itu Siska semakin sedih, biasanya Siska yang dipanggil ade oleh Ridho, tapi kini … “Bang Ridho,,Shena mana?” tanya Siska tak bisa menahan lagi rasa sakitnya. “Shena Siapa?” Ridho terperanjat, seakan tidak pernah mendengar nama itu sebelumnya. “Anak Abang!” “Ini anak abang, laki-laki, namanya Ryan” ucap Ridho. Siska memperhatikan anak itu dan kebingungan, lalu Shena ke mana? Mungkinkah Shena belum ada di dunia ini? Mungkinkah Shena adalah anak Siska nantinya? Berjuta pertanyaan muncul di otak Siska membuat kepalanya pusing sekali, Siska berjongkok dan mendekap kepalanya, bayangan shena menari-nari di otaknya, mulai dari ketika Shena lahir, belajar tengkurap, merangkak, sampai berjalan semua terlihat nyata dan bayangan Ridho saat menjadi suaminya pun muncul, dia menggendong Shena seperti yang dilakukan setiap malam, mengajak main Shena setiap akhir pekan dan saat seperti itu biasanya Siska di rumah sendiri tak mau ikut, karena jenuh dengan suaminya. Siska pun didekap oleh sebuah tangan yang hangat, yang besar dan tangan itu milik kekasihnya Radit, dia datang setelah mendengar kabar Siska pergi sesaat setelah sampai rumah. *** Kini Siska ada di dalam mobil bersama Radit, mobil Pribadi Radit, sebuah mobil sport berwarna hitam. Sejenak Siska merasa pernah melihat mobil itu sebelumnya, namun entah di mana? “Kamu mikirin apa sih?” tanya Radit. “Kamu sayang sama aku?” tanya Siska. “Ya iyalah, sayang banget malah.” Radit tersenyum dan membelai rambut kekasihnya sementara Siska hanya menunduk, dia tidak ingat sama sekali. Dan dia sangat bingung, manakah dunia mimpi? Mana kah yang nyata? Apakah saat ini adalah sebuah hal yang nyata? “Serius?” “Serius … buat apa aku bohong?” “Oh … selama ini tempat favorit kita berdua di mana?” “Hmmmm banyak terutama daerah yang ada airnya dan pemandangan indah, beberapa kali kita travel ke luar negri, dan kita juga pernah kemping di beberapa pegunungan di Indonesia.” “Masa sih?” “Iya … ya Tuhan. Kenapa memori yang diambil justru tentang kenangan kita sih?” ucap Radit sedih, dia menatap perih tapi Siska malah memalingkan wajah ke kaca mobil, bukankah seharusnya dia bahagia saat ini, bersama dengan orang yang selama tujuh tahun ini selalu singgah di mimpinya setiap malam, menghibur saat hatinya sedih menerima beban hidup, yang semakin menumpuk. Namun yang ada hanyalah perasaan hampa, justru lebih hampa dibanding saat dia bersama Ridho, akhirnya Siska pun mengingat lagi masa-masa bersama Ridho dan Shena. Kali ini dia mampu menahan air mata karena tak mau Radit kecewa. Mobil Radit berhenti di depan rumah orang tua Siska, dan Siskapun langsung masuk ke kamarnya, masih kamar yang sama seperti saat Siska SMA, hanya saja fotonya banyak yang berubah yang bahkan Siska tak ingat kapan diambilnya, ada foto dirinya bersama Viona di depan kelas, yang ini Siska ingat karena dia memang masih menyimpannya. Banyak foto dirinya bersama Radit, di sebuah pegunungan, ada yang di Bali, di Korea, bahkan Disneyland Hongkong, terlihat Siska bahagia sekali di foto itu, namun apalah arti sebuah foto jika Siska memang tidak berada di sana. Dilihatnya sebuah ponsel di mejanya, ponsel yang sama dengan yang ia pernah miliki, dengan cepat Siska melihat pesan keluar dan ‘DEGGGG!’,, ada outbox yang pernah dia kirim sebelum kecelakaan, isi pesan itu berbunyi: -Andai waktu bisa terulang ke 7 tahun yang lalu saat aku study tour ke Jogja, aku pasti akan mengungkapkan perasaan ke dia, mungkin hidupku enggak akan sehampa sekarang– Send to : 08088XX0XX00 Siska menangis, mengenang apa yang sudah dia perbuat. Merasa dirinya menjadi orang yang paling jahat, merubah masa depan orang seenaknya, merasa jadi istri yang tidak becus karena meninggalkan suaminya, sekaligus menjadi ibu yang buruk karena sudah pergi meninggalkan Shena anaknya yang sangat dia cintai, untuk apa dia hidup jika dia tidak bisa melihat lagi orang-orang yang disayangnya? Siska pun baru menyadari bahwa sebenarnya dia amat sangat merindukan Ridho, merindukan dirinya yang dewasa dan selalu membimbing Siska meskipun Siska menganggap dia sok tahu dan selalu menggurui. Bahkan dia merindukan Ridho yang tak pernah memarahinya meskipun Siska sering melalaikan tugas sebagai seorang istri dan ibu untuk anaknya. Bukankah itu yang sesungguhnya Siska butuhkan? Seorang yang dewasa yang mampu meredam amarahnya dan memanjakannya. Meskipun akhir-akhir ini sikap Ridho berbeda terhadapnya dan itu lah yang meski Siska cari tahu, bukannya malah berharap bisa kembali ke masa tujuh tahun yang lalu. Dengan cepat Siska mengetik pesan di ponselnya dan mengirim ke nomor itu. -Aku ingin kembali ke masa di mana aku menjadi istri Ridho dan ibu dari Shena, tolong maafkan aku, kumohon!- “Send” *** Siska kembali lagi ke rumah Ridho, bukan untuk menemuinya, melainkan untuk mengulang kejadian sebelum tabrakan itu, malam ini dengan tubuh yang masih lemah karena baru keluar dari rumah sakit, Siska berdiri di depan minimarket ingin menyeberang jalan. Dia menoleh ke kanan dan kiri mencari seorang kakek-kakek berbaju putih. Siska yakin dia pasti punya andil dalam kejadian ini. Sudah satu jam Siska berdiri namun yang ditunggu tak muncul juga, Siska menangis. Tak tahu lagi apa yang harus dia perbuat agar bisa kembali ke masa di mana dia sudah menikah dan mempunyai anak. Ketika Siska membuka matanya dia melihat seorang berdiri di depannya, mengenakan baju serba putih, rambutnya pun sudah memutih, Siska tahu itu adalah kakek yang dia tunggu dari tadi, tapi kakek itu berjalan terus ke tengah jalan seakan tubuhnya tak terlihat, Siska pun berlari mengejarnya dan lagi-lagi ... “BRAKKKKKKK!!” sebuah mobil hitam melaju kencang dan menabrak tubuhnya. Siska pun tak sadarkan diri, namun ia tersenyum dalam Pingsannya. Jikalau dia bisa bangun lagi, dia berharap untuk sekali lagi bisa bertemu Shena anaknya. *** Siska akhirnya membuka mata, hal yang pertama dia lihat adalah ruangan yang serba putih, dia melihat Radit, Siska pun menangis, mengapa dia tidak bisa kembali padahal dia sudah melakukan apa yang pernah dia lakukan, apakah takdirnya benar-benar telah berubah? “Mamah mamah mamah,” celoteh anak kecil terdengar di telinganya dan Siska mengusap matanya untuk menghapus air yang menghalangi matanya, Siska terbelalak ternyata ada Shena, Radit menggendong Shena, mungkinkah dia telah melewati lorong waktu dan kini dia telah menikah dengan Radit dan mempunyai anak yaitu Shena? “Kamu sudah sadar, De?”suara berat mengagetkannya karena Ridho muncul dari pintu, Siska pun semakin tak mengerti apa yang terjadi, kenapa ada Radit, Ridho dan Shena? “Sebenarnya apa yang terjadi?” tanya Siska, Ridho hanya terdiam, Shena masih memeluk Radit. Terlihat akrab sekali. “Kamu koma, sesaat setelah mobil yang aku kendarai menabrak kamu, jadi aku setiap hari datang kesini dan dekat sama Shena,” jelas Radit, membuat Siska lega ternyata dia sudah kembali ke masa sebelumnya sempat membuat jenuh, masa yang juga dia rindukan. Ridho pun langsung keluar ruangan melihat itu, Membuat Siska menjadi bingung, bukankah seharusnya suaminya yang mendampinginya? “Oiya mas Ridho bilang sebulan lalu dia nemuin buku kamu ini dan dia baca, ternyata isinya tentang aku semua, aku enggak nyangka kamu masih menyimpan perasaan itu, karena aku juga mencintai kamu sampai sekarang, mas Ridho juga sudah menyerahkan kamu ke aku, dia bilang aku orang yang tepat untuk jadi suami kamu, dan Shena juga sudah dekat sama aku, aku akan menyayangi dia seperti anak sendiri,” ucap Radit sembari tersenyum, senyum yang sudah lama dirindukan Siska. Namun Siska menunduk, tak mungkin dia menjalani hal ini karena suaminya pasti akan sangat sedih, bukankah Ridho sangat menyayangi Shena? Siska merasa sudah menjadi orang paling bodoh karena menulis hal-hal yang tidak penting dalam diarinya. Dan dia menyesali apa yang telah dia perbuat. “Maaf Dit, aku sudah menikah,” ucap Siska parau. “Iya aku tahu … .” “Dan sekarang aku mencintai suamiku, kamu hanya kenangan aku, enggak lebih,” potong Siska membuat Radit tertegun sedih, dia mendekap Shena semakin erat. “Oh, iya aku ngerti kamu memang orang yang setia, tapi bolehkan sesekali aku datang menemui Shena, aku sudah terlanjur sayang sama dia,” ucap Radit sambil menunduk, matanya terlihat berkaca-kaca, Radit memang merupakan orang yang bijaksana. “Iya boleh kok.” Raditpun tersenyum dia mencium pipi Shena. “Aku panggil mas Ridho dulu ya,” ucap Radit masih menggendong Shena, dia keluar dan ternyata Ridho mendengarkan dari balik pintu, dia langsung masuk dan menggendong Shena, kini saatnya Radit untuk pergi meninggalkan mereka. “Kenapa kamu bilang gitu ke Radit? Bukankah kamu suka sama dia?” tanya Ridho yang masih tak percaya mengapa isterinya bisa seceroboh itu mengaku mencintai dirinya, padahal Ridho sangat tahu bahwa selama ini istrinya berlaku baik kepadanya hanyalah karena sebuah keterpaksaan, hal yang membuatnya sangat sedih karena dia justru sangat menyayangi istrinya itu meski mereka menikah karena perjodohan. “Iya aku suka sama dia, tapi itu dulu, dan aku terjebak di ruang nostalgia sendiri sehingga mataku tertutup untuk bisa melihat kamu Bang Ridho, padahal aku tahu kamu jauh lebih menyayangi aku sebagai istrimu dibanding siapapun di dunia ini.” Untuk pertama kalinya Ridho menitikkan air mata di depan Siska, dia memegang tangan Siska dan menciumnya pelan, Siska pun menangis, Shena yang kebingungan melihat orangt uanya menangis hanya mampu memeluk Ridho ayahnya. “Maafin aku enggak bisa bahagiain kamu, De,”ucap Ridho suaranya bergetar hebat. “Shena dan kamu itu kebahagiaan terbesar aku, Bang,” ucap Siska, Ridhopun mencium kening Siska. Siska semakin menangis, mengingat betapa terlukanya dia seandainya Ridho benar menikahi kakak sepupunya, beruntung semua itu hanyalah mimpi saat dia koma saja. Mungkin Tuhan memang menegurnya dengan mendatangkan mimpi itu, untuk memberi bayangan apa yang terjadi jika langkah yang dipilih Siska berbeda. Apakah perasaan Siska tetap sama? Rupanya Siska kini sudah terbuka hati, mata, dan pikirannya. “Oiya, ini, aku memang sudah bertekad setelah kamu siuman aku mau kasih kamu ini.” Ridho menyerahkan sebuah buku tabungan yang belum pernah Siska lihat sebelumnya. “Ini apa?” Siska pun membuka buku itu dan terbelalak melihat nominal di dalamnya. “Maaf aku enggak pernah ngomong sama kamu, selama ini uang yang aku kasih ke kamu hanya setengah dari gaji aku sisanya aku tabung, untuk masa depan kamu, kamu bilang sendiri mau buka usaha dan tidak mau kerja jadi karyawan biasa, makanya aku nabung dan cari sampingan, alhamdulilah terkumpul tiga ratus juta, aku harap kamu bisa manfaatin dengan baik,” ucap Ridho tersenyum, mengenang hasil kerja kerasnya selama ini. Siska semakin sedih melihat betapa besar cinta suaminya untuknya sehingga sudah memikirkan masa depannya, andai dia tidak mengirim sms itu mungkin dia masih tak tahu apa yang dilakukan suaminya untuknya selama ini? Waktu telah mengubah segalanya, apa yang menurutnya indah belum tentu terasa indah jika dijalaninya, dan apa yang dianggap buruk justru bisa jadi itu hal terbaik yang sudah Tuhan berikan untuknya. Siska kini semakin dewasa dan mengerti makna hidup yang sebenarnya, dan tentang Radit, dia sudah menguburnya jauh-jauh dan kini justru bersahabat dengannya, Siska sekarang jauh lebih mencintai keluarga kecilnya dan bersyukur akan hidup yang dijalaninya. Dia yakin dan percaya bahwa Tuhan Maha Adil, mengatur jalan hidup yang terbaik untuknya. **tamat** Mau baca cerita pendekku yang seru lainnya? ada puluhan judul yang gak kalah seru, ayo meluncur ke aplikasi sebelah ? DM ig aku ya khody.didi atau Sheis.didi ❤️

Cerita bagus bermula dari sini

Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN