Begitu saya membuka mata, hal pertama yang saya lakukan adalah menangis. Saya sudah ndak tahan lagi dengan semua ini. Hati saya ndak sekuat itu ternyata. Hati saya rapuh, bahkan hanya untuk mengatakan jangan pergi pada Mas Segawon. Hanya satu hal yang saya sadari sekarang. Mas Segawon membuang saya. Dia ndak menginginkan saya lagi. Dia benar-benar menendang saya dari hidupnya. Lalu dengan alasan klise, dia mengatakan kalau ini untuk kebaikan saya. Memangnya dia tahu apa soal kebaikan saya? Bahkan simbok ndak pernah memaksa saya melakukan sesuatu yang ndak sesuai dengan keinginan saya. Saya bisa apa? "Mboook..." Saya menangis ke pelukan simbok. Simbok mengelus punggung saya lembut. Mungkin di dunia ini hanya simbok orang yang paling mengerti apa yang saya mau. Apa yang saya ing