Keesokan paginya, Bella datang ke apartemen Zayn untuk bekerja seperti biasa. Ia menyiapkan sarapan pagi serta kopi untuk majikannya tersebut. Tak lama kemudian Zayn turun dengan wajah kusut serta kantung mata yang menghitam. Rambutnya bahkan masih acak-acakan dengan piyama yang yang ia kenakan.
“Hoooaamm… aku ngantuk sekali.” Ucap Zayn melangkah menghampiri ruang makan melihat secangkir kopi serta sarapan paginya yang telah tersaji diatas meja.
“Tuan, tidak pergi ke kantor?” tanya Bella.
“Tidak!” sahut Zayn singkat.
“Kenapa? Ini kan masih hari kerja.” Tanya Bella lagi.
“Terserahku mau masuk kantor atau tidak, aku ini CEO-nya sekaligus pemilik perusahaan!” sahut Zayn membanggakan dirinya.
“Kalau begitu tuan pasti banyak duit.” Kata Bella menyanjungnya.
“Heh, tentu saja!” sahut Zayn sembari meraih secangkir kopi itu.
“Pinjam dong!” seru Bella.
“Boleh! Kau mau pinjam berapa?” tanya Zayn lalu menyeruput kopinya.
“100 ribu dollar.” Sahut Bella.
Pprruuffttt….
Kopi yang baru saja masuk ke dalam mulut Zayn langsung tersembur keluar tepat mengenai wajah Bella yang kebetulan duduk dihadapannya.
“Tuan!!!” pekik Bella kesal lantaran wajahnya jadi basah kuyup disembur Zayn.
“Hei, apa kau gila hah? Kau tau berapa jumlah uang kau sebut barusan!” seru Zayn pada Bella.
“Tau.” Sahut Bella sembari mengelap wajahnya dengan tissue dapur.
“Tidak ada uang sebanyak itu untukmu!” kata Zayn kembali menyeruput kopinya dengan tenang.
“Katanya tuan orang kaya, CEO perusahaan… masa sih tidak punya uang 100 ribu dollar saja?” gerutu Bella.
“Hei, uangku sangat banyak tapi aku tidak akan memberikan pinjaman uang sebesar itu padamu! Kau pikir kau bisa menggantinya, hah? Bahkan gajimu sebagai pelayanku selama 10 tahun saja tidak akan cukup untuk menggantinya.” Kata Zayn.
“Haaaah, ya sudahlah.” Ucap Bella menghela nafas panjang.
Zayn melirik Bella yang tampak frustasi lantaran tidak mendapatkan pinjaman uang darinya.
“Untuk apa kau uang sebanyak itu?” tanya Zayn ingin tau.
“Membantu keluargaku.” Sahut Bella singkat.
“Memangnya keluargamu terlilit hutang sama rentenir ya?” tanya Zayn lagi.
“Haaah, bukan.” Sahut Bella lagi-lagi menghela nafas panjang.
“Baiklah tuan, selamat makan… aku mau bersihkan kamar tuan dulu.” Sambung Bella kemudian melangkah pergi menaiki anak tangga menuju lantai atas.
Zayn yang masih berada di ruang makan tampak penasaran sambil mengunyah sarapan paginya. Ia lantas meraih ponselnya yang ia simpan di saku piyama tidurnya. Ia mengirimkan pesan kepada Willy untuk mencari tau apa yang sedang terjadi kepada pelayan barunya tersebut.
Sore harinya setelah selesai bekerja di apartemen Zayn, Bella kembali ke tempat kosnya yang ruanganya hanya berukuran 3x4 meter saja. Ia merebus air setelah ia membersihkan diri. Sementara menunggu airnya matang Bella membaringkan tubuhnya pada sebuah kasur tipis yang menyatu dengan lantai kos itu.
“Haaaah, aku harus pinjam uang sama siapa lagi? Tuan Zayn tidak mau meminjamkannya.” Gumam Bella dalam hatinya.
Bella terus berpikir aga ia bisa mendapatkan jalan keluar untuk masalah yang sedang dihadapinya itu.
“Eeemmm, apa aku pinjam uang ke bos di club malam saja ya?” gumam Bella lagi.
Bella pun segera menghubungi Felli untuk meminta pendapat tentang rencananya itu.
“Hallo?” ucap Felli menerima panggilan telepon dari Bella.
“Kau ada dimana?” tanya Bella.
“Tentu saja di club! Aku sedang bersiap-siap untuk bekerja.” Sahut Felli.
“Malam ini kau datang kan?’ tanya Felli.
“Iya.” Sahut Bella.
“Hei, kenapa kau terdengar tidak semangat begitu? Apa kau sedang ada masalah?” tanya Felli lagi.
Bella pun menceritakan semua kerasahannya mengenai panti asuhan yang harus ia tebus dengan harga yang cukup fantastis.
“Oh ya Tuhan, 100 ribu dollar itu banyak sekali!” kata Felli terkejut mendengarnya.
“Haaah, aku juga bingung harus mencari pinjaman uang sebanyak itu.” kata Bella.
“Fel, apa bos di club bisa meminjamkan aku uang? Kalaupun tidak 100 ribu dollar, mungkin setengahnya juga boleh.” Tanya Bella.
“Eeemm, aku ragu untuk menjawabnya, tapi kalau kau mau mencoba apa salahnya jika kau bicara padanya.” Sahut Felli.
“Ya baiklah, aku harus mencobanya semoga saja dia mau memberikan aku pinjaman uang.” Kata Bella.
Malam harinya di club malam itu Bella sudah siap dengan seragam minimnya. Ia mengantar beberapa minuman kepada tamu yang datang kesana. Saat dirinya tengah bersantai sejenak, ia pun memberanikan dirinya pergi menemui bosnya.
“Ada apa?” tanya pria yang menjadi bos di club malam itu.
“Bos, saya ingin meminjam uang.” Kata Bella tampak ragu-ragu untuk mengatakannya.
Pria itu melirik Bella dari ujung rambung hingga ujung kakinya.
“Kau butuh berapa?” tanya Pria itu lagi.
“Se-seratus ribu dollar.” Sahut Bella membuat bosnya lantas melotot kepadanya.
“Aku tidak punya uang sebanyak itu!” seru Pria itu menolak meminjamkan uang kepada Bella.
“Bos, kalau tidak ada 100 ribu dollar setengah juga boleh.” Kata Bella tampak memohon padanya.
Pria itu lagi-lagi menyoroti tubuh Bella yang tampak berisi, lalu ia tersenyum tipis.
“Aku hanya bisa meminjamkanmu 10 ribu dollar! Kau mau?” tanya Pria itu pada Bella.
Bella berpikir sejenak dengan jumlah uang yang masih sangat jauh dari jumlah uang yang ia butuhkan.
“10 ribu dollar terlalu jauh aku harus mencari 90 ribu dollar lagi, tapi….”
“Hei, kau mau tidak? Aku tidak punya waktu menunggu jawabanmu!” seru Pria itu pada Bella.
“I-iya, mau bos!” sahut Bella terpaksa menerimanya dari pada ia tidak mendapatkan pinjaman uang sama sekali dari bosnya itu.
“Heh, kalau begitu kau harus melayani seorang tamu khusus di lantai atas.” Kata Bos club malam itu.
“Apa?” ucap Bella terkejut sekaligus bingung dengan perkataannya yang terdengar rancu baginya.
“Kita memiliki seorang tamu spesial malam ini, jadi kau harus pintar melayaninya kalau kau menginginkan uang 10 ribu dollar… aku anggap uang itu upahmu, kau tidak perlu berhutang.” Kata pria itu lagi.
“Maksudnya melayani sebagai apa, bos?” tanya Bella.
“Kau tidak perlu takut atau berpikiran yang tidak-tidak, tugasmu hanya membawakannya minuman, menuangkan minuman ke gelasnya dan menemaninya ngobrol saja.” Kata Pria itu sambil tersenyum lebar.
Bella tampak ragu-ragu menerima tugas yang diberikan bosnya.
“Kalau kau tidak mau ya tidak masalah, aku bisa menyuruh orang lain untuk melakukannya.” Kata Pria itu lagi.
Karena Bella sangat terdesak membutuhkan uang, ia pun tak ingin menyia-nyiakan kesempatan itu.
“Ba-baiklah bos… saya akan melakukannya.” Kata Bella.
“Oke! Tapi kau harus ingat, kau harus benar-benar membuat tamu spesial kita senang.” Kata Pria itu lagi.
“I-iya,” sahut Bella dengan anggukan kecil kepalanya.
Bella pun bersiap dengan sebotol wine dingin serta dua gelas kosong yang ia bawa menggunakan nampan kecil. Ia masuk ke dalam lift menuju keruangan yang dikatakan oleh bosnya tadi. Bella berhenti tepat di depan sebuah pintu ruangan yang akan ia masuki. Sebelum masuk ia mengambil nafas panjang lalu menghembuskannya secara perlahan.
“Haaah, semoga tidak ada masalah seperti yang aku pikirkan.” Ucap Bella lalu membuka pintu ruangan itu dan melangkah masuk ke dalam.
Di dalam ruanga itu Bella tidak melihat siapapun. Ia hanya melihat sebuah sofa berukuran lebar yang tampak kosong, tidak siapapun yang duduk disana. Bella menghampiri sofa itu lalu meletakkan nampan yang ia bawa diatas meja yang ada di depan sofa tersebut. Kemudian ia melirik sebuah pintu yang ia duga pintu toilet.
“Apa tamunya sedang berada di toilet?” gumam Bella dalam hatinya.
“Aah, ya sudahlah… sebaikanya aku menunggunya saja disini.” Gumam Bella lagi lalu duduk di sofa itu.
Tak lama kemudian seorang pria pun keluar dari toilet itu yang membuat Bella membelalakkan kedua matanya saat melihat pria tersebut.
“Tu-tuan!!!” seru Bella terkejut melihat Zayn adalah sosok pria yang menjadi tamu khusus di club malam itu.
“Eh, kau!!!” seru Zayn tak kalah terkejutnya saat melihat Bella duduk di sofa sambil menatapnya.
Zayn segera menghampiri Bella lalu mencengkram lengannya dengan erat.
“Sedang apa kau diruangan ini? Apa kau ingin jual diri, hah?” tanya Zayn dengan nada tinggi serta raut wajah yang kesal saat menatap Bella.
“Ju-jual diri? Apa maksud tuan? Saya kan memang bekerja disini.” Kata Bella kebingungan melihat sikap yang di tampakkan Zayn kepadanya.
“Kau bilang kau bekerja sebagai pengantar minuman kan, lalu kenapa kau masuk keruangan ini? Ruangan ini khusus untuk tamu yang menginginkan wanita nakal!” seru Zayn membuat Bella langsung memahami apa yang dikatakannya.
“Tapi aku bukan wanita nakal!!!” teriak Bella kesal setengah mati lantaran baru tersadar bahwa dirinya telah dijebak oleh bosnya.
“Cih, kepalaku tambah pusing jadinya!” gerutu Zayn lalu melepaskan cengkraman tangannya dari lengan Bella kemudian duduk di sofa itu sambil memijat-mijat kepalanya.