Kesal

1052 Kata
Malam semakin larut, Andin sengaja membiarkan ponselnya mati, begitu juga dengan Lusi. Mereka hanya tidak ingin di teleponin terus oleh Mama Dewi. Kalau orang tua Lusi nggak bakalan telepon, karena mereka berada di luar kota, dan sengaja menyuruh orang tua Andin untuk mengawasi Lusi juga. Karena emang mereka berdua tidak terpisahkan sejak usianya masih kanak-kanak. Setelah selesai makan di sebuah warung tenda, Edo tidak langsung memulangkan Andin, sengaja ngajak nongkrong sebentar di sebuah lapangan basket. “Import! Pulangin gue!” protes Andin. Edo menyunggingkan senyumnya. “Nggak! bentar lagi!” ketus Edo. Andin pun hanya bisa pasrah. Turun dari motor gedenya Edo. Tentu saja dengan wajah yang di tekuk. Lusi yang sudah turun dari boncengan Febian, berjalan mendekati Andin. “Ndin, kita bakal kena omelan Tante,” ucap Lusi. “Itu dia, gue ngajak pulang, Importnya nggak mau. Katanya ‘bentar lagi’!” kesal Andin. “Udah … jangan dipikirkan. Ayo kita main basket!” ajak Edo, menyeret lengan Andin. “Ayo, Lus!” ajak Febian, ikut-ikutan menarik lengan Lusi. “Feb! pulangin kita!” seru Lusi. Febian tersenyum. “Gue nurut sama Edo. Kalau dia belum nyuruh, gue belum boleh nganterin lo pulang. Lagian kenapa sih, kami juga nggak bakalan perkaos kalian berdua.” Lusi mendengus kesal saat tau jawaban Febian. “Huh! terserah lo lah! gue di sini aja, gue nggak minat sama basket!” ketus Lusi. “Lus! ayo! seru lo!” Ini suara si Leo yang ikut-ikutan bujuk Lusi. “nggak! gue nggak mau!” ketus Lusi. “Lo PMS ya … sensi banget kek gitu.” Si Risky ikut-ikutan angkat bicara, langsung dapat pelototan dari Lusi. “Lo pikir, semua cewek kesel karena dia lagi PMS!” Lusi tambah kesel bukan main setelah mendengar tuduhan Risky. Febian, Leo dan Juga Risky, hanya bisa nyengir. Cewek emang menakutkan kalau lagi mode kesel dan juga galak. “Ya udin! Jangan galak gitu dong. Abang tekut!” ucap Leo. “Udah, sana! jangan ganggu gue, ngerti! Makanya pulangin kita sekarang, gue nggak akan kesel lagi,” ucap Lusi. “Ogah!” Ini jawaban singkat Febian yang bikin Lusi pengen nelan tuh cowok hidup-hidup. “Pergi lo!” usir Lusi. Melepas sepatunya, niat banget mau ngelempar kearah Febian. “Iye! kita pergi!” seru Febian. Langsung ngacir dari hadapan Lusi. Diikuti Risky dan juga Leo, takut aja di lempar sepatu sama Lusi. Andin yang emang suka basket, dia nggak mau tinggal diam. Ikut-ikutan main basket sama Edo. Risky, Febian dan juga Leo, ikut gabung dengannya. “Keren! Lo emang serba bisa, Ndin!” seru Leo. Dia makin kagum sama Andin. Pengen banget jadi cowoknya Andin. Andin melirik sekilas. “Biasa aja!” ketus Andin. “Markonah! lempar bolanya! Dari tadi lo drible mulu, kalau kelamaan masuk pelanggaran!” seru Edo. “Basiarin! rebut bolanya, kalau lo bisa!” tantang Andin. “Nggak, ah! gue takut salah ngambil bolanya!” seru Edo. “Dasar pe-a, lo!” celetuk Febian. Mentonyor kepala Edo. Andin cengo. “Kamsud lo! gue cuman bawa satu bola!” protes Andin. “Iya, Do. Bola dia rata!” celetuk Risky. “Woi, kamvret! Jaga bacot lo! meski rata, Andin cakep banget!” bela Leo. Nggak rela aja, Andin di jadikan bahan lelucon, Ayang tersayang gitu loh! “Woi! bisa jelasin kamsud kalian!” seru Adin. Lusi yang dengar perdebatan mereka, ikut angkat bicara, “Maksunya, dadanya lo!” seru Lusi. Andin yang kesal langsung ngelempar bolan yang dia pegang tepat ke wajah tampan Edo. Untung aja, nih ketua preman lagi jinak, kalau nggak. Andin bakalan celaka. “Woi, Markonah! sakit tau!” kesal Edo. “Makan tuh bola! Dasar otak m***m!” kesal Andin. Langsung keluar dari lapangan. Febian mencekal lengan Andin. “Jangan marah, Ndin! Kita cuman bercanda!” bujuk Febian. “Keterlaluan kalian! mentang-mentang aku rata!” ketus Andin. “Heleh! sensi banget lo, tadi aja … lo singgung sosis gue, nggak masalah tuh! gue malah demen di bilang bersosis gede!” Ini si Edo ikut-ikutan songong. Andin menatap tajam Edo. “Diem lo!” bentak Andin. “Woi, Markonah! ngapain lo nyolot! Jangan ngelunjak lo!” kesal Edo. Leo mendekati Edo. “Udah, wajar dia kesal. Mereka cewek baik-baik, takut di marahin orang tua mereka karena telat pulang,” ujar Leo. Edo melempar bolanya asal, menepis tangan Leo yang memegang pundaknya. Berjalan mendekati Andin. Semua kawatir kalau-kalau Edo marah sama Andin. Karena Edo menyeret lengan Andin. “Do! jangan kasar sama cewek!” seru Leo. “Ayo kita pulang!” seru Edo. Lusi langsung lompat girang. Andin reflek langsung merangkul pinggang Edo, semua melotot. Untung saja malam, jadi wajah Edo yang memerah nggak kelihatan sama mereka. “Yee …! Makasih Import!” seru Andin. Ini cewek emang banyak kejutan, bentar marah … bentar seneng. Semua hanya bisa tersenyum geli ngelihat tingkah Andin. “Lepasin tangan lo!” Edo masih saja berpura-pura ketus, padahal jantung dia udah berdetak nggak normal. Tapi dasar Edo, dia mana mau ngaku. Dan jujur, nggak tau aja kenapa sampai kek gitu. Padahal udah sering tiba-tiba saja dipeluk sama cewek yang naksir dia. Andin mendongak, menatap Edo yang berdiri di sampingnya, cukup tinggi juga si Edo, sengaja dia nggak ngelepas tangannya dari pinggang Edo. Ini buat Andin udah biasa, karena sejak SMP dia memperlakukan teman cowoknya kek gitu. “Eh, bentar …!” Edo mengernyit heran. “Napa lo!” kata Edo. “Emm … kalau diamatin dari samping kek gini, lo mirip hantu! tinggi besar!” celutuk Andin. “Buahaha …” tawa Risky, Febian dan juga Leo pecah. Edo melotot. Baru kali ini, wajah sempurnanya, di katain mirip hantu. “Enak aja! buka mata lo baik-baik! gue gantengnya kek gini, lo samain hantu? gile lo, ya!” kesal Edo. Andin mengernyit, sengaja narik tubuh tegap Edo, agar berhadapan dengannya. Andin semakin mendekat, sekarang iseng banget natap Edo dari bawah dagunya, mana Edo berdiri di bawah lampu tamaram, sinarnya dari atas. “Coba deh, kalau lo nggak percaya,” ucap Andin. Menoleh kearah Leo. “Demit! Sini kamera ponsel lo!” seru Andin. Leo nurut, menyerahkan ponselnya ke Andin. Iseng banget Andin menjepret wajah Edo dari bawah. Menyerahkan hasil jepretannya ke Edo. “Nih, lihat! kalau lo nggak percaya!” Andin menyodorkan hasil jepretannya ke Edo. “Bener juga ya …” lirih Edo. Nah lo! jadi ikut-ikutan sableng kek Andin.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN